Anda di halaman 1dari 10

LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN DIABETES MELITUS DAN SENAM KAKI

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Kurang lebih istilah Diabetes Melitus menggambarkan gejala diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena mengandung gula. Oleh karena demikian, dalam istilah lain penyakit ini disebut juga Kencing Manis.
B. Penyebab Diabetes Melitus

Penyakit Diabetes mellitus terdapat beberapa macam. Namun yang paling diderita lansia adalah diabetes mellitus tipe 2. Penyebab Diabetes Melitus tipe 2 ini sebenarnya tidak begitu jelas, akan tetapi faktor berikut ini turut berperan menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus yaitu:
1. Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th, hal ini karena sensitivity terhadap hormone insulin menurun karena proses penuaan dan kemunduran organ.
2. Obesity ( 85% of all people with type 2 DM )

Pada pasien obesitas terjadi kenaikan kadar asam lemak bebas didalam plasma sehingga meningkatkan sekresi VLDL oleh hati yang melibatkan keluaran triasil gliserol dan kolesterol tambahan di dalam sirkulasi darah. Sehingga menghambat terjadinya glikolisis dan meningkatkan kejadian glukoneogenesis, sehingga sensitivity terhadap insulin menurun.
3. Riwayat keluarga 4. Aktifitas Fisik sehari-hari

Gaya hidup yang kurang baik dapat meningkatkan kolesterol serum. Sirkulasi Islet Cell Antibodies (ICA) terjadi pada diabetes tipe 2. Merusak hati dan otot sehingga menurunkan sekresi insulin dan merusak sekresi insulin.
C. Komplikasi

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Komplikasi kronis DM telah cenderung mengakibatkan penderita mengalami hal-hal berikut:
a. Lebih mudah mengalami trombosit otak (pembekuan darah di bagian otak). b. Lebih mudah mengalami PJK (penyakit jantung koroner). c. Lebih mudah mengalami kebutaan. d. Lebih mudah mengalami infeksi misalnya tuberculosis paru dan infeksi

saluran kemih.
D. Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus

Tujuan penanganan DM pada lanjut usia tidak jauh berbeda dengan orang dewasa umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut dan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi. Satu hal yang tidak boleh diabaikan, yaitu walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih baik merupakan tujuan utama penanganan DM pada lanjut usia, namun pemberiaan obat-obatan secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar. Saat ini, pola penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2 telah maju sedemikian pesat terutama dalam hal terapi farmakologis, namun intervensi obat-obatan bagi lansia mutlak perlu dilakukan dengan lebih hati-

hati, karena proses penuaan yang telah terjadi telah menurunkan fungsi ginjal. Untuk itu terdapat panduan dalam pengelolaan DM yang disebut sebagai Empat Pilar Pengelolaan DM, yaitu:
1. Edukasi

Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:
a. Penyakit DM. b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM. c. Penyulit DM. d. Intervensi farmakologis dan non farmakologis. e. Hipoglikemia. f.

Masalah khusus yang dihadapi. pengembangan sistem pendukung dan pengajaran

g. Perawatan kaki pada diabetes. h. Cara

keterampilan.
i.

Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan. Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk

2. Perencanaan Makan

dapat dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta

komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
1. Karbohidrat 60 70 % 2. Protein 10 15 % 3. Lemak 20 25 %

Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca. Adapun Indeks massa tubuh ( IMT ) dapat dihitung dengan rumus: IMT = BB ( Kg ) / TB ( M2 )
IMT Normal Wanita = 18.5 23.5 IMT Normal Pria = 22.5 25 BB kurang = < 18.5

BB lebih
Dengan resiko = 23.0- 24.9 Obes I = 2.5.0 - 29.9 Obes II = = 30.0

3. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari hari dan latihan jasmani teratur (3 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan sehari hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi

atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi.
4. Intervensi Farmakologi

Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral.
E. Senam Kaki Definisi

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986) Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otototot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. (www.diabetesmelitus.com)
Tujuan 1. Memperbaiki sirkulasi darah 2. Memperkuat otot-otot kecil 3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki 4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha 5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan pencegahan dini. Kontraindikasi Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan 1. Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien

2. Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan 3. Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada) 4. Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan

senam kaki tersebut


5. Kaji status emosi pasien (suasanan hati/mood, motivasi) F.

Pelaksanaan Senam Kaki


a. Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan

dalam posisi duduk), hanskun.


b. Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan

senam kaki
c. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien,

Jaga privacy pasien


d. Prosedur Pelaksanaan : 1. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak

diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

2. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki

diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali

3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki

ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan

buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6.

Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

7. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut

dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 6, namun gunakan

kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

9. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan

pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.


10. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan

kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

11. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola

dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua

kaki.
Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki

lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.


Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

Anda mungkin juga menyukai