Anda di halaman 1dari 42

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kematian balita, berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, Paradigma Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi). Imunisasi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan pemberantasan penyakit menular (Ranuh, 2001). Pemberian imunisasi pada balita tidak hanya memberikan pencegahan terhadap anak tersebut, tetapi akan memberikan dampak yang jauh lebih luas karena akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas (daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu) secara umum di masyarakat. Dimana, jika terjadi wabah penyakit menular, maka hal ini akan meningkatkan angka kematian bayi dan balita (Peter, 2002). Angka kematian bayi dan balita yang tinggi di Indonesia menyebabkan turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah ini mencerminkan perlunya keikutsertaan Pemerintah di tingkat nasional untuk untuk mendukung dan mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia (Ranuh, 2001). Puskesmas adalah Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja tertentu.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama(Effendy,1998 ).
Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Effendy,1998 ).

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah kepatuhan jadwal imunisasi. Apabila ibu tidak patuh dalam mengimunisasi bayinya maka akan berpengaruh terhadap kekebalan dan kerentanan bayi terhadap suatu penyakit. Sehingga bayi harus mendapatkan imunisasi tepat waktu agar terlindung dari berbagai penyakit berbahaya (Pedoman Imunisasi Di Indonesia, 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi adalah tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan mengenai imunisasi ini akan

mempengaruhi motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan (Basuki dan Parwati, 2001).

Mengingat pentingnya pengetahuan untuk membentuk pengertian dan penerimaan program imunisasi, maka peneliti ingin mengetahui adakah pengaruh hubungan antara pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar terhadap kepatuhan imunisasi sesuai jadwal pada anak usia 0-1 tahun di puskesmas Sidoarjo. Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dilemahkan dimasukkan kedalam tubuh bayi/anak yang disebut antigen. Dalam tubuh antigen akan bereaksi dengan antibodi sehingga akan terjadi kekebalan (Depkes RI, 1992). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status imunisasi pada bayi seperti faktor karakteristik ibu yang mempengaruhi pengetahuan, kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu akan pentingnya program imunisasi, faktor jarak rumah ke tempat pelayanan imunisasi, atau faktor keterlambatan dropping vaksin, kurang bulan. Berdasarkan data jumlah anak usia 0-1 tahun di desa Magersari kabupaten Sidoarjo tahun 2012 adalah 221 anak. Jumlah anak yang mendapatkan imunisasi lengkap adalah 71 anak dan yang belum mendapat imunisasi lengkap adalah 150 anak. (sumber data primer puskesmas Sidoarjo) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah bagaimana hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu mengenai

kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo yang mendapat imunisasi. b. Mengetahui hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan

imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. c. Menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi

kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun di desa Magersari Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk : (1).Masyarakat a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang imunisasi dasar khususnya kepada ibu

b) Dapat menjadi sumber informasi dalam memberikan motivasi kepada ibu-ibu untuk melengkapi imunisasi pada anak yang usianya 0-1 tahun (2).Peneliti a) Sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas b) Meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi dasar dan hubungannya dengan pengettahuan ibu c) Menambah pengetahuan dalam melaksanakan penelitian dan tatacara penulisannya. (3).Instansi terkait Sebagai bahan masukan bagi puskesmas Sidoarjo dalam melakukan intervensi selanjutnya dalam program imunisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra (Mubarok, 2009). II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a. Faktor Internal 1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 2. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan bertambahnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu : perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama, dan timbulnya cirri-ciri baru. Hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental tarap berpikirseseorang semakin matang dan dewasa. 4. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik akan berusaha untuk dilupakan oleh seseorang. Namun, jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan, maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya. b. Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat yang dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.(Wawan, 2010) Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan yaitu sebagai berikut : 1. Tahu Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu hal yang spesifik dari seluruh hal yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar. 3. Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau menggunakan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip. 4. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dan dapat menyesuaikan. 6. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu objek atau pekerjaan. III. Imunisasi

3.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz Alimul,2009). Imunisasi merupakan reaksi antigen dan antibodi-antibodi yang dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai anteigen) (Sujono,2009). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.Vaksin ini merupakan bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, Polio dan Hepatitis ( Atikah, 2010). 3.2 Tujuan Imunisasi Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

3.3 Manfaat Imunisasi 1. Untuk anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian. 2. Untuk Keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalankan masa kanak-kanak yang nyaman. 3. Untuk Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Marimbi, 2010). Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah: 1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman memasuki tubuh maka tubuh 2. akan berubah menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin. 3. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk. 4. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenai jenis antigen tersebut. 5. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan antigen/suntikan/ imunisasi ulang.

6. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit. (Sujono,2009) 3.4 jenis jenis imunisasi 1. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. 2. Imunisasi Aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi yang diberikan pada anak adalah: 1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat. Pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier, (pada seluruh lapangan paru) atau 'IBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman yang telah dilemahkan. limfadenitis regional, dan reaksi panas. 2. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus) Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi merupakan vaksin yang mengandung racun kuman

difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). 3. Imunisasi polio Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. 4. Imunisasi campak Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. 5. Imunisasi Hepatitis B Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. 6. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, dan Rubela) Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis, epidemika (mumps) dan rubela (campak Jerman). Adapun beberapa hal yang penting dalam pemberian imunisasi, yaitu: 1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut: a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit. b. Pengalaman atau reaksi terhadap yang pernah didapat sebelumnya 2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I) terlebih dahulu sebelum

menerima imunisasi (informed consent), pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi dan efek sampingnya. 3. Catatan imunisasi (apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi. 4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua, pemberian=munisasi pada anak harus didasari adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit, gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. pada akhirnya diharapkan ada kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak (Supartini, 2004). Faktor yang perlu diperhatikan dalam imunisasi adalah ketepatan jadwal imunisasi.Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan jadwal imunisasi adalah tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi tersebut. Pengetahuan inilah yang akan mendorong seseorang untuk bersikap dan berperilaku patuh (Notoadmodjo, 2007). Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang oleh professional kesehatan (Sacket,2000). Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah : 1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan. 2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. 3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.

4. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan.

Gambar 1: Jadwal imunisasi 3.5 Jenis imunisasi yang diberikan saat bayi sebelum 1 tahun 1. Imunisasi BCG, Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacii yang hidup didalam darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin)

2. Imunisasi Hepatitis B,Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan kanker hati. 3. Imunisasi Polio, Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan. 4. Imunisasi DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. 5. Imunisasi Campak, Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili. 6. Imunisasi HIB. Penyakit Hib bisa dicegah melalui imunisasi Hib. Imunisasi Hib tidak dapat melindungi kanak- kanak daripada mendapat penyakit yang disebabkan oleh bakteria/ virus yang lain. Kanak- kanak mungkin boleh mendapat lain jenis jangkitan radang paru- paru, radang selaput otak atau selesma. Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3 7. Imunisasi Rotavirus Rotavirus merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak dan menyebabkan kematian. Studi terbaru mengungkapkan vaksin rotavirus terbukti efektif dan memberikan perlindungan yang luas. Baru-baru ini sebuah vaksin rotavirus

diperkenalkan dan telah terbukti sangat efektif serta memiliki beberapa manfaat yang tidak terduga. Hal ini karena vaksin tersebut memberikan perlindungan yang lebih luas bagi anak yang menerima vaksin dan orangorang disekitarnya. Para peneliti yang mengevaluasi vaksin tersebut menyimpulkan vaksin ini efektif karena terbukti menurunkan pasien rawat inap akibat diare di rumah sakit sebanyak 50 persen. Penurunan ini terjadi hanya setelah 2 tahun program imunisasi dimulai. 8. Imunisasi Pnemokokus. Vaksin pneeumokokus konjungat merupakan vaksin kedua yang digunakan untuk mencegah radang selaput otak (Hib adalah yang pertama). Dulu vaksinini hanya dianjurkan untuk dewasa berusia 65 tahun atau lebih dan tidak digunakan pada anak karena tipe vaksin yang terdahulu (polisakarida) tidak bagus digunakan pada anak. Vaksin ini memberikan kekebalan terhadap 7 strain bakteri pneumokokus penyebab terbanyak infeksi serius pada anak. Vaksin ini baru dapat mencega infeksi telinga tengah, meningitis, pneumonia (radang paru), dan bakteremia akibat bakteri pneumokokus. Bayi harus mendapatkan vaksin ini sebanyak 4 dosis, yang diberikan pada usia 2, 4, 6 dan 12 15 bulan. Anak yang berusia lebih tua tidak memerlukan pengulangan dosis sebanyak ini. Konfirmasi dengan dokter anak jika anak anda mulai mendapatkan vaksin pada usia yang lebih tua. Untuk anak berusia lebihdari 5 tahun yang ingin diberikan imunisasi dapat diberikan vaksin pneumokokus polisakarida. Vaksin pneumokokus dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya

9. Imunisasi influenza. Imunisasi influenza untuk pencegahan influenza musiman. Influenza (flu) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Ada berbagai jenis virus flu, dimana mereka sering ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala influenza suhu tinggi (demam), nyeri otot, batuk, sakit kepala dan kelelahan yang ekstrim. Flu biasanya berlangsung selama antara dua dan tujuh hari dan biasanya membaik secara spontan. Kebanyakan orang bisa sembuh sepenuhnya, tetapi komplikasi, seperti infeksi dada atau pneumonia, berkembang di beberapa kasus. 3.6 Manfaat imunisasi untuk bayi dan anak Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan teman-teman disekitarnya. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah diimunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularkan ke adik, kakak, atau teman-teman disekitarnya. Jadi, imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke adik, kakak dan anak-anak lain disekitarnya. 3.7 Bahaya kalau tidak diimunisasi Kalau anak tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, maka tubuhnya tidak mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman berbahaya yang masuk cukup banyak maka tubuhnya tidak mampu melawan kuman tersebut sehingga bisa menyebabkan sakit berat, cacat atau meninggal.

Anak yang tidak diimunisasi akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak. Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya dan anak-anak lain disekitarnya, karena mudah tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau kematian. 3.8 Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi Imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin untuk jemaah haji. Imunisasi yang belum disediakan oleh pemerintah antara lain : Hib, Pneumokokus, Influenza, Demam Tifoid, MMR, Cacar air, Hepatitis A dan Kanker Leher Rahim (HPV). Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati. Imunisasi Polio untuk mencegah serangan virus polio yang sapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan. Imunisasi DPT untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung.. Imunisasi Hib dan Pneumokokus dapat mencegah infeksi saluran nafas berat (pneumonia) dan radang otak (meningitis). Imunisasi influenza dapat mencegah influenza berat. Imunisasi demam tifoid dapat mencegah penyakit demam tifoid

berat. Imunisasi MMR dapat mencegah penyakit : Mumps (gondongan, radang buah zakar), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman). Imunisasi cacar air (varisela) untuk mencegah penyakit cacar air. Imunisasi Hepatitis A untuk mencegah radang hati karena virus hepatitis A. Imunisasi HPV untuk mencegah kanker leher rahim. 3.9 Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) Setelah imunisasi kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 3-4 hari, walaupun kadang-kadang ada yang berlangsung lebih lama. Efek samping imunisasi antara lain : Hepatitis A: Nyeri kemerahan di daerah suntikan, sakit kepala, kelelahan, reaksi alergi. Hepatitis B: Nyeri di tempat suntikan, demam. Influenza: Kemerahan dan bengkak di daerah suntikan selama 2 hari, demam Tetanus-difteri: demam, nyeri dan bengkak. MMR: rash, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri dan kaku pada sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi. Varisela: demam, nyeri, kemerahan, rash sampai 3 minggu Peunomokokus: demam, nyeri ditempat suntikan

Vaksin Polio Oral: Tidak ada Vaksin Polio Inaktif: kemerahan dan rasa tidak nyaman di tempat suntikan BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIA A. Kerangka konsep

Status Imunisasi dasar Lengkap

Pengetahuan Ibu Tentang Kelengkapan

Fakktor Internal:

. Pendidikan . Pekerjaan

Faktor Eksternal: . Penyuluhan . Jarak tempuh . Lingkungan . Dukungan Keluarga . Tenaga Kesehatan . Budaya

. Umur . Penghasilan

KETERANGAN: : Di teliti

: Tidak Di teliti Dalam kerangka konsep ini kita akan menghubungkan pengetahuan ibu dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia 0-1 tahun melalui beberapa faktor. faktor yang mencakup internal dan dan faktor eksternal.Dalam beberapa faktor ada yang diteliti dan tidak diteliti, seperti pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan penyuluhan sebagai faktor yang diteliti sedangkan umur, penghasilan, jarak tempuh, budaya dan tenaga kesehatan yang tidak diteliti. Faktor-faktor yang diteliti digunakan sebagai hipotesa dimana faktor tersebut dapat berhubungan dalam mempengaruhi dalam status kelengkapan imunisasi dasar dalam konsep penelitian. B. Hipotesis penelitian Uji hipotesis untuk menilai beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dengan status imunisasi dasar lengkap

BAB IV METODE PENELITIAN a. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode observasi-cross sectionalanalitik. peneliti akan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar. b. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah 221 anak, yang usia 0 1 tahun dengan 71 anak imunisasi lengkap bertempat tinggal di desa magersari dan yang tidak lengkap 150 anak 2. Sampel Besar sampel di ambil secara random sampling n = Z2 P . Q = Z2 P ( 1 - P ) = ( 1,96 )2.0,32.0,68 = 83 d2 Ket: n = besar sampel awal yang di teliti P = Karakteristik suatu keadaan dalam normal bila tidak di ketahui dianggap sebesar = 32% Q = 1 P = 0,68 (0,1)2 (0.01)

= tingkat kemaknaan ( 0,05 ) d = tingkat ketepatan absolute yang di kehendaki (0,1)

3. Teknik pengambilan sample menggunakan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Sistematik Random Sampling dengan menentukan Interval dengan hasil interval 3, jumlah populasi ibu yang mempunyai anak sebanyak 221, menggunakan sampel sebanyak 83 sampel dengan cara interval tiga ( 3 ) c. Variabel penelitian : Bebas dan terikat Variabel bebas: 1. Pendidikan Ibu tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 0 1 tahun. 2. Pekerjaan Ibu tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 0 1 tahun. 3. Penyuluhan tentang kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 0 1 tahun. Variabel Terikat: Kelengkapan Imunisasi dasar pada anak 0 1 tahun di desar magersari. d. Lokasi dan waktu penelitian. Lokasi Penelitian di lakukan di desa magersari kecamatan sidoarjo, kabupaten sidoarjo Waktu penelitian di lakukan mulai 3 juni 23 juni 2013.

e. Bahan Subyek dan alat / instrumen penelitian. Alat / Instrumen Penelitian yang digunakan sebagai penunjang penelitian adalah kuisioner berupa pertanyaan secara tertulis pada ibu yang mempunyai anak usia 0-1 tahun.

f. Definisi Operasional Pendidikan adalah bimbingan yang di derikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tabel 1. Defenisi Operasional Pendidikan No 1 2 Variable Pendidikan Batasan/ Operasional < SMA >SMA Skala data 58 25

Pekerjaan adalah suatu tugas/ kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang Tabel 2. Difenisi operasional Pekerjaan No 1 2 Variable Pekerjaan Batasan/ Operasional Bekerja Tidak bekerja Skala data 32 51

Penyuluhan adalah sebuah intervensi sosial yang mmelibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat, membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik (Ban,1999) Tabel 3. Difenisi operasional penyuluhan No 1 2 Variable Penyuluhan Batasan/ Operasional Ya Tidak Skala data 21 62

Imunisasi adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Table 4. Definisi operasional kelengkapan imunisasi No 1 2 Variable Kelengkapan imunisasi Batasan/ Operasional Lengkap Tidak lengkap Skala data 59 24

g. Analisis data Univarian Bivariant (hubungan variable bebas dan terikat)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A) Karasteristik Responden Tabel 5. Tingkat pendidikan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo, kabupaten sidoarjo. No. 1. 2. Tingkat Pendidikan > SMA < SMA Jumlah Sumber data hasil survei, 2013 Jumlah 58 25 83 Prosentasi (%) 69,88 30,12 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 69,88 % dengan tingkat pendidikan > SMA dan 30, 12 % dengan tingkat pendidikan < SMA . Tabel 6. Tingkat pekerjaan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo, kabupaten sidoarjo. No. 1. 2. Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Sumber data hasil survei, 2013 Jumlah 32 51 83 Prosentasi (%) 38,55 61,45 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 38,55 % dengan jumlah yang bekerja dan 61,45 % dengan jumlah yang tidak bekerja.

Tabel 7. Tingkat Frekuensi Penyuluhan responden di desa magersari kecamatan sidoarjo, kabupaten sidoarjo. No. 1. 2. Frekuensi Pernah Mengikuti Ya Tidak Jumlah Sumber data hasil survei, 2013 Jumlah 21 62 83 Prosentasi (%) 25,31 74,69 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25,31 % dengan tingkat frekuensi dilakukan penyuluhan dan 74,69 % dengan tingkat frekuensi tidak dilakukan penyuluhan . Tabel 8. Kelengkapan Imunisasi anak 0-1 tahun di desa magersari kecamatan sidoarjo, kabupaten sidoarjo. No. 1. 2. Kelengkapan Imunisasi Lengkap Tidak Lengkap Jumlah Sumber data hasil survei, 2013 Jumlah 59 24 83 Prosentasi (%) 25,31 74,69 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 25,31 % dengan Lengkap Imunisasi dan 74,69 % dengan tidak lengkap Imunisasi .

B) Hubungan Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Ibu terhadap Kelengkapan Imunisasi dasar anak usia 0 1 tahun. 1. Faktor Pekerjaan yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap kelengkapan Imunisasi dasar Tabel 9. Observed Frekuensi Tingkat Kelengkapan Imunisasi pekerjaan Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Bekerja Tidak Bekerja Total Ya 24 35 59 % 75 68,6 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Tidak 8 16 24 % 25 31,3 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Jumlah 32 51 83 % 100 100 jjjjjjjjj

Tabel 10. Expected Frekuensi Tingkat Kelengkapan Imunisasi pekerjaan Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Expected Bekerja 22,75 Tidak Bekerja 36,25 Total 59 2 X = (1Co Q) 1/2 )2 N Expected 9,25 14,75 24 = [(24 22,75) - 0,5)2 22,75 (35 36,25)2 = 0,08 36,25 [( 8 9,25) 0,5)2 = 0,33 9,25 [(16 x 14,75) 0,5)2 = 0,03 14,75 0,02+0,08+0,33+0,03 =0,46 E1 = Total C1 x total r1 n E2 = Total C2 x total r2 n E3 = Total C3 x total r3 n Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi dasar Keterangan: E: Frekuensi Harapan r : baris C: Kolom n : Sampel 32 51 83 = 0,02 Tidak JUMLAH

H1 : Ada pengaruh antara pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 2. Penentuan DF pada = 5% DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1 3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan = 0,05 Untuk DF = 1 = = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian H0 : ditolak bila X2 3,841 H0 : diterima bila X2<3,841 X2 <3,841 sehingga H0 di terima artinya tidak ada pengaruh antara tingkat pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi.

Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb 1.845 83 1 .174 1.867a 1.249 1.841 Df 1 1 1 sided) .172 .264 .175 .216 .132 sided) Exact Sig. (1sided)

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.25. b. Computed only for a 2x2 table

Grafik 1. Hubungan pekerjaan terhadap kelengkapan imunisasi

2.

Pendidikan Tabel 11. Observed Frekuensi

Tingkat Kelengkapan Imunisasi Pendidikan Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj <SMA >SMA Total Ya 40 19 59 % 68,96 76 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Tidak 18 6 24 % 31,04 24 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Jumlah 58 25 83 % 100 100 jjjjjjjjj

Tabel 12. Expected frequensi Kelengkapan Imunisasi Tingkat Pendidikan JUMLAH

Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Expected <SMA >SMA Total 41,22 17,78 59

Tidak Expected 16,78 17,22 24 Keterangan: E: Frekuensi Harapan

58 25 83

E1 = Total C1 x total r1 n E2 = Total C2 x total r2 n E3 = Total C3 x total r3 n X2 = (1Co Q) 1/2 )2 n

r : baris C: Kolom n : Sampel

= [(40 41,22)-0,5)2 = 0,16 41,22

[( 19 17,78) 0,5)2 = 0,02 17,78

[(18 x 16,78) 0,5)2 = 0,03 16,78 [ (6 7,22) 0,5)2 = 0,40 7,22 = 0,16+0,02+0,03+0,40 = 0,52 Hipotesis :

H0 : Tidak ada pengaruh antara pendidikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar H1 : Ada pengaruh antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 2. Penentuan DF pada = 5% DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1 3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan = 0,05 Untuk DF = 1 = = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian H0 : ditolak bila X2 3,841 H0 : diterima bila X2<3,841 X2 <3,841 sehingga H0 di terima artinya tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi.

Chi-Square Tests Exact Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b b

Exact Sig. (2sided)

Sig. (1sided)

df 1 1 1

sided) .239 .362 .229

1.384a .832 1.447

.298 1.367 83 1 .242

.182

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.23. b. Computed only for a 2x2 table

Grafik 1. Hubungan pendidikan dengan kelengkapan imunisasi

3.

Penyuluhan Tabel 13. Observed Frekuensi pernah mengikuti penyuluhan

Pernah mengikuti penyuluhan Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya Tidak Total

Kelengkapan Imunisasi Ya 10 49 59 % 47,61 79,03 Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Tidak 11 13 24 % 52,39 20,97 jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj

Jumlah 21 62 83

% 100 100 jjjjjjjjj

Table 14.Expected Kelengkapan Imunisasi Penyuluhan Jjjjjjjjjjjjjjjjjjjj Ya Tidak Total Expected 14,92 44,08 59 Tidak Expected 6,07 17,93 24

JUMLAH 21 62 83

E1 = Total C1 x total r1 n E2 = Total C2 x total r2 n E3 = Total C3 x total r3 n X2 = (1Co Q) 1/2 )2 n

Keterangan: E: Frekuensi Harapan r : baris C: Kolom n : Sampel

= [(10 14,92)-0,5)2 = 1,96 14,92

[( 49 79,03) 0,5)2 =11,67 79,03 [(11 x 6,07) 0,5)2 = 3,23 6,07 [ (13 1 7,93) 0,5)2 = 4,85 17,93 1,96+11,67+3,23+4,85= 21,71 Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh antara penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi dasar H1 : Ada pengaruh antara penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi dasar 2. Penentuan DF pada = 5% DF = (C-1) (r-1) = (2-1) (2-1) =1 3. Menetukan x2 test pada DF tertentu dan = 0,05 Untuk DF = 1 = = 0.05 maka x 2 =3,841 dengan demikian

H0 : ditolak bila X2 3,841 H0 : diterima bila X2<3,841 X2 <3,841 sehingga H0 di tolak artinya ada pengaruh antara adanya penyuluhan dengan kelengkapan imunisasi

Chi-Square Tests Exact Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb 68.278 83 1 .000 69.111a 64.559 75.808 df 1 1 1 sided) .000 .000 .000 .000 .000 Exact Sig. (2sided) Sig. (1sided)

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.07. b. Computed only for a 2x2 table

Grafik 3. Hubungan frekuensi penyuluhan terhadap kelengkapan imunisasi

BAB VI PEMBAHASAN Hubungan Tingat Pendidikan Yang Mempengaruhi Penetahuan Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 58 orang (69,88 %)

dengan tingkat pendidikan > SMA 25 orang (30, 12 % ) dengan tingkat pendidikan < SMA . Penelitian di Amerika Serikat dan Turki menemukan bahwa ibu dengan pendidikan yang tinggi tidak khawatir terhadap keamanan imunisasi dan memiliki keyakinan yang besar terhadap imunisasi sebaliknya penelitian di

Swiss dan Jerman ibu yang berpendidikan tinggi memiliki probabilitas kurang terhadap imunisasi dari pada ibu dengan pendidikan tingkat rendah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Breiman di Bangladesh menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan tinggi tidak memiliki kepedulian yang besar terhadap pemberian imunisasi sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih memiliki kepedulian yang besar terhadap pentingnya imunisasi. Penelitian oleh Babirye at al bahwa pendidikan ibu bukan merupakan independen kuat dalam pemberian imunisasi melainkan kemiskinan yang menjadi peranan penting dalam pemberian imunisasi. Hasil penilitian tentang hubungan tingkat pendidikan tidak

mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak. Hubungan Tingat Pekerjaan Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Hasil penelitian mendapatkan sebagian besar ibu tidak bekerja atau merupakan ibu rumah tangga yang berjumlah 40 orang (70,2%), ibu yang bekerja sebagai petani sebanyak 15 orang (26,3%), bekerja sebagai swasta sebanyak 2 orang (3,5%), dan tidak ditemukan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri. Penelitian oleh Antai Diddy di Nigeria menyatakan bahwa Ibu yang tidak bekerja memiliki kepedulian yang kurang terhadap imunisasi.14 Menurut Purwati pada tahun 2008 menyebutkan, bahwa pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian imunisasi karena semakin sibuk seorang ibu maka semakin banyak waktu yang tersita sehingga tidak dapat memberikan imunisasi kepada anak mereka, sedangkan ibu yang tidak bekerja cenderung memberikan imunisasi kepada anaknya. . Hasil penilitian tentang hubungan pekerjaan tidak pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak. mempengaruhi

Hubungan Penyuluhan Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Terhadap Kelengkapan Imunisasi Ketersediaan tenaga kesehatan dalam program penyuluhan imunisasi sudah secara optimal. Hal ini menyebabkan pelaksanaan imunisasi sudah secara maksimal.Persentase masyarakat yang mendapat penyuluhan tentang pelaksanaan imunisasi sesuai dengan target yang diharapkan sebanyak 52,39 %. Dalam hal ini masyarakat perlu mempertahankan lebih-lebih meningkatkan partisipasinya, sehingga keterbatasan kemampuan Pemerintah (Dinas Kesehatan dan Puskesmas) dapat ditanggulangi. Sesuai dengan Dirjen PPM & PLP, (1999), bahwa salah satu faktor tingginya pengetahuan ibu mendorong ibu untuk imunisasikan anaknya adan rendahnya tingkat pengetahuan dari minimnya pengetahuan memiliki faktor ketidakmauan ibu untuk melakukan imunisasi terhadap anaknya Menurut Leihad (2005) kegiatan partisipasi keluarga dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang melaksanakan program bersifat teknis perlu didukung oleh Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan peraturan daerah serta dana anggaran belanja yang dialokasikan guna peningkatan sumber daya manusia. Hasil penilitian hubungan penyuluhan sesuai penelitian mempengaruhi mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada anak sehingga penerapan penyuluhan di puskesmas atau pada kader-kader dapat dipertahankan dengan tujuan kelengkapan imunisasi dasar pada anak dapat terpenuhi secara optimal.

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan 1. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

kelengkapan imunisasi dasar adalah faktor internal yaitu pendidikan dan pekerjaan dan faktor eksternal yaitu penyuluhan ( frekuensi pernah mengikuti penyuluhan). 2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 25.31% anak telah diimunisasi lengkap dan 74.69 % anak belum diimunisasi lengkap.

3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang bersekolah < SMA adalah 69.88% dan imunisasi anaknya lengkap sebanyak 68,96% dan yang tidak lengkap sebanyak 31,04%. Yang bersekolah > SMA adalah 30,12% dan imunisasi anaknya lengkap 76% dan yang tidak lengkap 24%. 4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan responden yang tidak bekerja 38,5% dan imunisasi anak lengkap sebanyak 68.7% dan yang tidak lengkap 31.3%. Responden yang bekerja 31,45% dengan imunisasi anak lengkap 75% dan yang imunisasi tidak lengkap 25%. 5. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa frekuensi responden yang mengikuti penyuluhan 25.31% dan imunisasi anak lengkap sebanyak 47.61% dan yang tidak lengkap 52.39%. frekuensi responden yang tidak mengikuti penyuluhan 74.69% dengan imunisasi anak lengkap 79.03% dan yang imunisasi tidak lengkap 20.97%. 6. Dari hasil analisis didapatkan : a. Tidak ada hubungan antara pengaruh tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi anak. b. Tidak ada hubungan antara pengaruh tingkat pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi anak. c. Ada hubungan antara pengaruh frekuensi mengikuti penyuluhan dengan kelengkapan imunisasi anak. 7. Pada penelitian yang dilakukan ini diperoleh beberapa kesimpulan : Faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi anak 0-1 tahun di desa Magersari kecamatan Sidoarjo kabupaten

Sidoarjo adalah faktor frekuensi mengikuti penyuluhan yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi (p=0,000). 7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada Dinas Kesehatan disarankan menyusun rancangan kerja tentang penyuluhan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam melaksanakan imunisasi serta menyediakan dana untuk tenaga kesehatan guna melaksanakan penyuluhan. 2. Perlu kerjasama lintas program dan sektoral oleh Dinas Kesehatan maupun Puskesmas sebagai penggerak peran serta masyarakat dalam melaksanakan imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta. http://www.depkes.go.id/ Depkes RI. 2005. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta. http://www.depkes.go.id/

Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi, Jakarta. http://www.depkes.go.id Departemen Kesehatan RI. 1994. Petunjuk Teknis Reaksi Samping Imunisasi. IDAI. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan dokter anak Indonesia; 2008 Notoatmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoadmojo, S. 2005, Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta Notoadmojo, S. 2007, Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta, Rineka Cipta Notoadmojo, S. 2010, metodologi penelitian kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta Peter G. Nelson textbook of paediatrics. edisi 16. Philadelphia : WB Saunders.2002. Ranuh, I.G.N, 2005, Pedoman imunisasi di Indonesia. Jakarta, Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Ranuh IGN. Imunisasi di Indonesia, edisi 1. Satgas imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001. Supartini Y, 2004, Buku ajar konsep keperawatan anak, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai