Anda di halaman 1dari 69

Cebakan Mineral

Cebakan mineral baik logam maupun non logam adalah suatu akumulasi atau konsentrasi di alam dari satu atau berbagai substansi yang dapat dimanfaatkan, umumnya dalam jumlah sedikit dan tersebar secara tidak merata di kerak bumi. Ada dua tipe : primer dan sekunder. Suatu cebakan mineral dinamakan suatu cebakan bijih, apabila dapat ditambang secara ekonomis. Ada banyak konsentrasi mineral di alam, tetapi hanya sedikit yang dianggap sebagai cebakan bijih.

PENGELOMPOKAN MINERAL LOGAM


Logam Dasar; logam yang umum terdapat dan secara kimiawi lebih aktif, contoh : tembaga (Cu), timbal (Pb), timah (Sn) dan seng (Zn). Logam Mulia; logam yang secara ekonomis sangat berharga dan banyak dibutuhkan, contoh : emas (Au), perak (Ag) dan platina (Pt). Logam Jarang; logam yang secara relatif ditemukan dalam jumlah sedikit dan tersebar di kulit bumi, contoh : litium (Li), yttrium (Y), zirkonium (Zr), logam tanah jarang (REE). Logam besi dan paduan besi; logam yang lazim digunakan dalam industri dan campurannya, seperti : besi (Fe), kobal (Co), kromit (Cr), mangan (Mn).

KLASIFIKASI DAPAT DILAKUKAN BERDASARKAN BEBERAPA KRITERIA


1. Mineral utama yang didapati pada cebakan, contoh : bijihbesi, bijih emas, bijih tembaga 2. Bentuk dan ukuran, contoh : urat, strataform/stratabound atau porfiri 3. Batuan induk (batuan tempat bijih berada) contoh : endapan plaser, tembaga porfiri, pipa breksi 4. Genesa (proses pembentukan bijih)

Proses Pembentukan Cebakan Mineral


1. Konsentrasi magmatik 2. Kontak Metasomatis 3. Proses Hidrotermal 4. Ekshalatif bawah laut dan volkanogenik 5. Sublimasi 6. Malihan (metamorfik) 7. Pengayaan supergen dan oksidasi 8. Konsentrasi mekanik dan residual 9. Sedimentasi 10.Evaporasi 11.Proses bakteri

Konsentrasi magmatik
Merupakan hasil langsung dari suatu kristalisasi magma, contoh : intan, kromit dan magnetit.

Kontak Metasomatis
Terbentuk sebagai hasil reaksi antara larutan magmatik dengan batuan samping yang diterobosnya pada tekanan dan temperatur yang tinggi, contoh : endapan skarn mengandung tembaga, emas, dll.

Proses Hidrotermal
Hidrotermal adalah air panas yang naik akibat proses magmatik ataupun dari proses lainnya seperti air meteorik atau yang terbebaskan pada suatu proses malihan. Air panas tersebut dapat melarutkan unsur-unsur logam dari batuan yang dilaluinya, kemudian diendapkan di suatu tempat, pada temperatur yang lebih rendah. Sebagian besar dari cebakan mineral berasal dari proses ini

Exhalatif bawah laut dan volkanogenik.


Endapan mineral yang terjadi akibat aktifitas gunungapi baik di bawah laut , contoh : nodul mangan, barit, sulfida logam dasar. Sublimasi Terbentuk dari uap atau gas yang beralih langsung kedalam bentuk padat pada temperature dan tekanan rendah, berasosiasi dengan aktifitas gunung api, conto : belerang.

Malihan (metamorfik) Endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis terbentuk akibat proses malihan pada kondisi temperatur dan tekanan tinggi, contoh: asbes serpentin, grafit, talk, pyropilit, silimanit, andalusit, kyanit, garnet. Pengayaan supergen dan oksidasi Endapan yang terbentuk sebagai hasil proses pelarutan kimia pada zona oksidasi pada tekanan dan temperatur normal ataupun akibat pengayaan sekunder akibat pengendapan kembali pada zona air tanah, contoh : pirit, siderit, pirhotit, bornit, kalkosit, galena, spalerit dan molibdenit.

Konsentrasi mekanik dan residual Endapan yang terkonsentrasi akibat pelapukan, ditransport dan diendapan kembali, contoh : besi residual (siderit), mangan, laterit (bauxite, nikel), alluvial dan eluvial (emas, timah dan platina). Sedimentasi Pembentukan cebakan terjadi akibat adanya akumulasi material oleh larutan ataupun proses lainnya pada suatu cekungan sedimen, contoh : minyak, batubara, diatome, fosfat, dll.

Evaporasi
Endapan mineral yang terbentuk sebagai hasil penguapan air yang bermigrasi ke daerah yang kering, menguap dan meninggalkan endapan yang ekonomis, contohnya mineral industri : anhidrit, gypsum, halit, silika (hot spring). Proses Bakteri Bakteri yang ada dalam batuan melepaskan H2S, menyebabkan lingkungan yang ada disekitarnya menjadi bersifat reduksi, dan mengendapkan unsur-unsur yang ada dalam larutan yang bersifat oksidan, contoh : sulfur, uranium dan logam dasar.

Bentuk-bentuk endapan mineral logam di alam

METODA EKSPLORASI
Pemetaan dan Prospeksi Umum Geologi Metoda Geokimia Metoda Geofisika Metoda Pemboran dan Uji Ruah (Bulk Testing)

Penggunaan Metoda Eksplorasi Dalam Eksplorasi


TAHAPAN
SURVEI TINJAU Geofisika Pemetaan Geologi Geokimia Endapan Sungai Pendulangan PROSPEKSI Pemetaan Geologi Geokimia Endapan Sungai Pendulangan Penyontoan Tanah Geofisika Penyontoan Batuan EKSPLORASI UMUM Pemetaan Geologi Rinci Geofisik Penyontoan Tanah Penyontoan Batuan Sistematik Utk Analisis Geokimia EKSPLORASI RINCI Pemvboran (lbh rapat) Geofisika Terowongan, shaft Sistem kisi-kisi Parit/sumur uji, pemboran, terowongan Logging utk : litologi, mineralisasi. Logging lubang bor Bentuk 3-dimensi bijih Parit/sumur uji, pemboran, terowongan 1 conto : <5 km2 Mineral yg tahan pelapukan; emas dll. Punmgungan bukit 1 conto : 15 km2 Mineral yg tahan pelapukan; emas dll.

METODA
Inderaja (remote sensing)

KETERANGAN
Foto Udara, citra satelit dll. Aeromagnet

TAHAPAN KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENAMBANGAN


Prosedur Eksplorasi Mineral Logam 1. Persiapan Mempelajari data/laporan terdahulu (geologi, mineralisasi, foto udara, struktur, tahap penyelidikan dll) Menetapkan daerah penyelidikan (luas daerah, peta top, peta kerja dll) Mengajukan ijin eksplorasi (SKIP, Survey Tinjau, Penyelidikan Umum dll) Mempersiapkan rencana kerja dan biaya (tahapan penyelidikan, metoda, waktu, petugas, perlengkpan dll)

Busur Magmatik Utama Zona Mineralisasi Logam

Busur Aceh
Tangse (Cu)

Busur Sulawesi Timur - M indanau Busur Kalimantan Tengah Busur Halmahera Bulagidun (Cu,Au) M alala (M o) Kelian( Au) G. Pani (Au, Cu) Sekko (Cu)
Tapadaa (Cu)
0

Cu

Bangkinang (S n)

G. Bawang (M o)

Ratatotok (Au)

Loloda (Cu,M n)

300

250 600 Kilometer

500

Sn

S ingkep (S n)
3
Sn

S . Liat & Belinyu (S n)

Gosowong (Au)

Kilometer Tanj ung Buli (Ni, Co) Busur Irianj aya Tengah P. Gebe (Ni,Co)
P eg. Cycloop (Ni,Co)

Sn

Lebong Tandai (Au, Ag) Rawas (Au)

Sn

M T. M uro (Au,Ag)

S oroako (Ni, Co) P omala (Ni,Co) S angkaropi (Cu)

Kaputusan (Cu)

Kelapa Kampit (S n)

Barru

Au

G. P ongkor (Au,Ag) Lampung (Au)

(Cr) Sumatera - Meratus Arc Cempaka M eratus (Pt) (Ni) Busur Sumatera - Meratus

Baturape (P b)

Lerokis/Kalikuning (Au, Ag)

Grasberg (Cu, Au) G. Bij ih (Cu, Au)

Cikotok (Au) S elogiri S anenrej o (Au) (Cu, Au) S alopa/Cineam (Au)

Batuhij au (Cu,Au)

Busur Sunda - Banda

KETERANGAN
M IOSEN AKHIR - PLIOSEN PALEOSEN - TERSIER TENGAH Tambang aktif KAPUR AKHIR Keterdapatan M ineral

PENYEBARAN BUSUR MAGMATIK BERHUBUNGAN DENGAN MINERALISASI DI INDONESIA

2. Pelaksanaan Kerja Lapangan


Regional: Penyelidikan geologi (geologi, mineralisasi, struktur dll) Pengukuran geofisika (airborn survey), Pencontohan geokimia (pencontoan endapan sungai, pendulangan, batuan dan batuan termineralisasi), Analisa kimia dan fisika (petrografi, mineragrafi, analisa butir, analisa unsure, dll), Interpretasi data dan penentuan daerah follow-up Semi rinci: Penyelidikan geologi (geologi, mineralisasi, struktur) Pencontoan geokimia (pencontoan endapan sungai, pendulangan, soil, parit uji, sumur uji dan batuan) Pengukuran geofisika (grid dll) Analisa conto kimia dan fisika Interpretasi data dan penentuan daerah follow-up

Pengambilan conto konsentrat dulang

Rinci:
Penyelidikan geologi (geologi, mineralisasi, struktur dll), Pemboran uji geologi, diskripsi conto inti bor, Analisa kimia dan fisika Interpretasi data dan penentuan bentuk, kadar dan cadangan

3. Evaluasi cadangan:
a. Perkiraan bentuk, kadar, jumlah b. Perkiraan cadangan

4. Studi kelayakan;
a. b. c. d. e. Perhitungan cadangan, Pengujian metalurgi, Penelitian AMDAL Penyelidikan bahan baku pendukung Perhitungan umur tambang

5. Tinjauan lingkungan dan rencana managemen 6. Penambangan:


a. Permohonan ijin, b. Penentuan metoda penambangan, c. Perencanaan lokasi,

Pemboran inti Eksplorasi Mineral Logam

CONTO INTI BOR

BEBERAPA MODEL ENDAPAN YANG MUNGKIN TERDAPAT DI INDONESIA :


Batuan ultra mafik : kromit, platina, kobalt Intrusi batuan asam : Pegmatit : Sn-Nb-Ta pegmatit Sn skarn : Emas,Tembaga Greisen : Timah (Sn), Porfiri :Tembaga porpiri. Au-Cu porfiri, Cu-Mo porfiri

o Endapan Epitermal:
Epitermal : Au-Cu, Au-Mn

o Batuan ekstrusif :
Hot-spring Au-Ag (darat),

o Batuan sedimen :
Sedimen eksalatif bawah laut: Zn-Pb, Carbonate-hosted Au-Ag Endapan Plaser: Emas, Timah dan Intan

o Residual : Laterite (Al, Ni),

Sistim Mineralisasi Epitermal

Studi kelayakan Pengkajian mengenai aspek teknik dan prospek ekonomi dari suatu usaha penambangan, yang akan menjadi dasar untuk penentuan keputusan investasi. Kajian ini berupa dokumen yang memenuhi syarat dan dapat diterima bank (bankable document) dalam kaitannya dengan pelaksanaan investasi atau pembiayaan proyek. Studi ini meliputi pemeriksaan seluruh informasi geologi berdasarkan laporan eksplorasi, faktor ekonomi, pemasaran, teknologi (penambangan, pengolahan), kebijaksanaan Pemerintah, hukum/ perundang-undangan, lingkungan, sosial serta faktor lain yang terkait.

Model tambang terbuka (open pit)

Tubuh bIjIh

Tambang Emas Kelian, Kaltim

Limbah

Stockpile
Pit / tambang

Pabrik

Model tambang bawah tanah

MILL DI PENGOLAHAN BIJIH EMAS TAMBANG KELIAN

Peleburan logam (emas)

Kebutuhan bahan galian

Sumberdaya mineral

Inventarisasi & Evaluasi

Bank data Suatu tahap eksplorasi


Updating

Gagal

STOP

Berhasil

Rekomendasi daerah terpilih dan metoda

TAHAP LANJUTAN

RISIKO DAN BIAYA EKSPLORASI SUMBERDAYA MINERAL LOGAM


RISIKO
WILAYAH SURVAI TINJAU 100 % N Ha

BIAYA

40 20 10

WILAYAH CADANGAN
PERTAMBANGAN

<10 % N Ha

7
STUDI KELAYAKAN
CADANGAN TERBUKTI

WAKTU (TH)
KONSTRUKSI DAN EKSPLOITASI CADANGAN LAYAK TAMBANG

SURVAI DASAR PENYELIDIKAN EKSPLORASI GEOLOGI UMUM SUMBERDAYA


ENDAPAN HIPOTETIK SUMBERDAYA TEREKA TERTUNJUK/ TERUKUR

KESIMPULAN
Meningkatnya kebutuhan logam memacu usaha pencarian dan penemuan cebakan baru. Inventarisasi dan evaluasi perlu dilakukan untuk menetapkan potensi dan kebijakan pengusahaan sumberdaya mineral. Endapan mineral logam adalah endapan tak terbarukan yang mempunyai nilai tinggi, sehingga infrastruktur bukan kendala utama bagi pengembangannya. Ciri khas pengusahaannya adalah padat modal, padat teknologi dan adanya resiko kegagalan eksplorasi yang tinggi. Perlu diciptakan suatu iklim investasi yang kondusif dengan menjaga kesinambungan penyediaan logam tanpa mengabaikan kepentingan rakyat banyak dan lingkungan sekitarnya.

TAHAPAN EKSPLORASI
Survei Tinjau Prospeksi Eksplorasi Umum Eksplorasi Terperinci

Survai Tinjau : tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya : untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau pemineralan yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas dapat dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama.

Prospeksi : tahap eksplorasi di daerah yang diperkirakan mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya : untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika.

Eksplorasi Umum : tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyelidikan tak langsung. Tujuannya : untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan (continuity), kuantitas, dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan.

Eksplorasi Terinci : tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan, kuantitas dan kualitas serta ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin diperlukan. Tahap eksplorasi ini akan sangat menentukan kelanjutan tahap berikutnya yaitu studi kelayakan, konstruksi, dan operasi penambangan dan merupakan tahap yang beresiko kegagalan sangat tinggi.

Statistik Kegiatan Pertambangan Umum 2000-2001


Status Kegiatan Kontrak Karya Perjanjian Batubara KP

I II III IV V VI VII Survey Umum 0 Eksplorasi 0 Studi Kelayakan 0 Konstruksi 0 Produksi 0 Berjalan Terminasi Total 0 0 0 0 4 0 0 0 1 2 0 1 3 5 7 0 7 7 3 24 16 1 1 1 0 0 0 1 1 1 24 14

Total 14 44 6 6 15 85 150 235

I 0 0 0 0 10

II III 7 18 0 52 4 12 1 4 5 5 91 22

Total 25 52 16 5 20 118 24 597 21 293

283
597

0 4

3 16 5 33

10 17 1 1

1 12 10 79 2 32

1 16 13 95 7 65 38

11 18 113 142

Perkembangan Aplikasi

Aplikasi

1997

1998

1999

2000

2001

PKP2B KK

91 287

33 59

24 16

15 0

0 0

Realisasi Investasi Di Sektor Pertambangan Umum Tahun 1999-2000 (Ribu US$)

Nilai Investasi
1999 2000 2001
(Perkiraan)

Kontrak Karya PKP2B

1,100,303.61 87,001.53

311,044.92 87,841.38

342,149.41 96,625.51

Jumlah

1,187,305.14

398,886.30

438,774.92

Rencana dan realisasi Produksi Batubara Tahun 1999-2001 (Ton)

1999

2000

2001

Rencana Realisasi Prosentase

72.590.314 73.681.711 101.50

87.153.261 77.135.057 88.51

98.285.941 43.047.630*) 43.80

*) Januari Juni 2001

Realisasi dan Rencana Nilai Export Bahan Galian

Realisasi
Bahan Galian ( Juta US $ ) 1999 2000 2001 2002

Rencana

2003

2004

Mineral Batubara

2,542.55 1,344.66

2,669.68 1,460.30

2,899.27 1,585.88

3,148.61 1,722.27

3,306.04 1,870.38

3,471.34 2,013.23

Rencana Penerimaan Negara di Sektor Pertambangan Umum Tahun 2000 2004 ( juta Rp )

2000 (Realisasi) Non Pajak Pajak Jumlah 2.135.251 3.482.382 5.617.634

2001

2002

2003

2004

2.384.776 3.830.621 6.179.397

2.583.654 4.213.683 6.797.337

2.842.019 4.635.051 7.477.070

3.126.221 5.098.556 8.224.777

Harga Emas rata-rata


500

387,47

384,01

US$/troy ounce

343,73

359,77

450 400 350 300 250 200

384,14

387,69

326,18

331,03

294,24

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

271,036

278,98

279,06

KEMURNIAN EMAS
PERSEN SISTEM EROPA SISTEM KARAT

100% 91,7% 75% 58,3% 41,6%

1.000 fine 917 fine 750 fine 583 fine 416 fine

24 karat 22 karat 18 karat 14 karat 10 karat

Ukuran berat emas umumnya digunakan satuan troy ounces (1 troy ounce = 1,097 ounce biasa atau 31,1 gram). Karat dalam peristilahan berlian : 1 karat : 200 mg

B u d g e t E k s p lo r a s i M in e r a l D u n ia
6000 5000
4600 3550 2930 2400 3500 2800 2600 5100

Juta US $

4000 3000 2000 1000 0 1993 1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

Tahun

B udget Eksplorasi M ineral Indonesia


700 600 500

Juta US $

400 300 200 100 0 1995


2 1 3 ,8

3 4 5 ,2 2 9 8 ,3 2 1 2 ,3 1 6 5 ,5

1996

1997 T ahun

1998

1999

PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN BENUA

PEMBAGIAN HUTAN DI INDONESIA

Konservasi 17% Produksi 55%

Lindung 28%

Sumber : KOMPAS, 9 Juli 2002

Izin Kegiatan Pertambangan Eksploitasi 1.800.0000 ha

Kegiatan Pertambangan 57.000 ha

Belum Aktif

1.743.000 ha

Kegiatan Pertambangan 3%

Belum Aktif 97%

Sumber : KOMPAS, 9 Juli 2002

Anda mungkin juga menyukai