Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Tentang

NEGARA

Oleh: Arwinda Febri Ria Osnida Riko Hendrian 409295 411457 411460

Dosen Pembimbing: Wahyuni Sari, S.H, M.H

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG 1434 H / 2013 M

KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah haturkan kepada Allah SWT, yang senantiasa selalu memberikan rahmat dan karunianya kepada pemakalah sehingga pemakalah dapat memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul Negara. Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, kepada keluarga sahabatsahabat Rasul serta kepada pengikut rasul yang setia sampai akhir. Dalam penulisan makalah ini pemakalah mengalami kesulitan dan

kekurangan. Untuk itu penulis mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini. Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan atas bantuan dan bimbingannya. Demikianlah makalah ini dibuat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya terutama untuk pemakalah sendiri.

Padang, Maret 2013

(Pemakalah)

BAB I PENDAHULUAN Kewarganegaraan adalah ilmu yang membahas hubungan antara

warganegaranya dengan Negara. Salah satu unsur penting dalam membangun masyarakat demokratis adalah peranan Negara. Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Untuk lebih memahami mengenai Negara, didisini akan dibahas tentang

pengertian dan tujuan Negara, unsur-unsur Negara, beberapa teori tentang Negara, bentuk-bentuk Negara, Negara dan agama, konsep relasi agama dan Negara dalam islam, dan hubungan agama dan Negara di Indonesia, yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Tujuan Negara Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing: state (inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminology, Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. 1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Negara mempunyai dua pengertian berikut: pertama, Negara adalah organisasi suatu wilayah yang mempunyai kekuasan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Kedua, Negara adalah kelompok sosial yang menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisir di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya. Jadi, Negara adalah suatu organisasi dari kelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.2 Sebagai sebuah organisasi dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya, Negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Tujuan sebuah negara antara lain: a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2003 Edisi Revisi, hal 84 2 Drs. H. Hasymi Dt. R. Panjang, Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education), (Padang: Hayfa Press Padang) 2008 hal 33

Dalam islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabi, tujuan Negara adalah agar manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak-pihak asing. Sedangkan menurut Ibnu Khaldun, tujuan Negara adalah untuk mengusahakan kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat. Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial sebagaimana tertuang dalam Pembukaan dan Penjelasan UUD 1945. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu Negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat adil dan makmur.3

B. Unsur-unsur Negara Unsur-unsur pokok dalam Negara: a. Rakyat Rakyat diartikan sebagai sekumpulan manusia yang hidup di suatu tempat yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.4 b. Wilayah Wilayah adalah unsur Negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada Negara tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum wilayah dalam sebuah Negara biasanya mencakup daratan, perairan dan udara. c. Pemerintah

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2003 Edisi Revisi hal 85 4 H. Hasymi, Op. Cit, hal 39

Pemerintah adalah alat kelengkapan Negara yang bertugas memimpin organisasi Negara untuk mencapai tujuan bersama didirikannya sebuah Negara.5

C. Beberapa Teori Tentang Negara Teori tentang terbentuknya sebuah Negara antara lain: 1. Teori Ketuhanan (teori Ketuhanan) Teori ini merupakan teori yang menyatakan bahwa kekuasaan seorang penguasa negara merupakan pemberian dari Tuhan kepada manusia. Teori ini mendapatkan kesempurnaannya pada abad pertengahan di eropa dimana kemudian kekuasaan raja mendapatkan legitimasi mutlak. Maka dalam teori ini penentangan terhadap perintah raja merupakan penetangan terhadap Tuhan.6 2. Teori Kontrak sosial Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak sosial menganggap perjanjian sebagai dasar negara dan masyarakat. Ini merupakan teori yang disusun berdasarkan keinginan untuk melawan tirani atau menetang rezim penguasa. Tokoh dari teori ini adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke dan J.J. Rousseau. Teori ini mengasumsikan adanya keadaan alamiah yang terjadi sebelum manusia mengenal negara. Keadaan alamiah itu merupakan keadaan dimana manusia masih bebas, belum mengenal hukum dan masih memiliki hak asasi yang ada pada dirinya. Akan tetapi karena akibat perkembangan kehidupan yang menghasilkan kompleksitas kebutuhan maka manusia membutuhkan sebuah kehidupan bersama. Dimana dibentuk berdasarkan perjanjian bersama untuk menyerahkan kedaulatan kepada sekelompok orang yang ditunjuk untuk mengatur kehidupan bersama tersebut.
5 6

Tim ICCE UIN Jakarta, Op. Cit, hal 85 H. Hasymi, Op. Cit, hal 41

Perbedaan antara Hobbes dan Locke adalah pada penyerahan hak dalam kontrak sosial. Menurut hobbes masyarakat harus dengan mutlak menyerahkan seluruh haknya kepada pemerintah, sedangkan menurut Locke ada hak-hak yang tidak bisa diserahkan manusia kepada pemerintah yaitu life, liberty dan estate. Sedangkan teori kontrak sosial menurut Rousseau lebih dekat kepada model perjanjian Jhon Locke daripada Hobbes.7 3. Teori kekuatan Teori ini dapat diartikan bahwa Negara terbentuk karena adanya dominasi Negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi pembenaran dan terbentuknya sebuah Negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu Negara karena pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah Negara.8

D. Bentuk-Bentuk Negara Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum, dalam konsep dan teori modern, Negara terbagi dalam dua bentuk: 1. Negara Kesatuan Negara kesatuan adalah bentuk suatu Negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya, Negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan: a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi Adalah sistem pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah dibawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi

7 8

F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, 1999 Hal 146 Tim ICCE UIN Jakarta, Op. Cit, hal 89

Adalah kepala daerah diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah di wilayahnya sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah. 9

2. Negara Serikat Negara serikat atau federasi merupakan bentuk Negara gabungan yang terdiri dari beberapa Negara bagian dari sebuah Negara serikatdari sisi pelaksana dan mekanisme pemilihannya, bentuk Negara dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok: a. Monarki Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu. Dalam prakteknya, monarki memiliki dua jenis: monarki absolute dan monarki konstitusional. Monarki absolute adalah model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu. Sedangkan monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dengan kekuasaan kepala pemerintahannyya (perdana menteri) dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi Negara. b. Oligarki Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu c. Demokrasi Pemerintahan model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum.10

10

Ibid, hal 90 Ibid, hal 91

E. Negara dan Agama Negara dan agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan (discoverese) yang terus berkelanjutan di kalangan para ahli. Ada beberapa pendapat mengenai hubungan Negara dan Agama ini : 1. Menurut Sosialisme Hubungan Negara Agama dapat diistilahkan sebagai hubungan yang negative, dalam arti sosialisme telah menafikan secara mutlak eksistensi dan pengaruh agama dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, karena menurutnya agama merupakan candu masyarakat yang harus dimusnahkan. 2. Menurut Sekularisme Sekularisme tidak menafikan agama secara mutlak, namun hanya membatasi perannya dalam mengatur kehidupan. Disini keberadaan agama memang diakui, Namun tidak boleh mengatur segala aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Yang menjadi urusan pemerintah agama hanyalah bertugas mengatur pribadi manusia dengan Tuhan. 3. Menurut Kapitalisme Menurutnya hubungan Negara Agama disebut sebagai hubungan yang separatif, yaitu suatu pandangan yang berusaha memisahkan agama dari area kehidupan, agama hanya berlaku dalam hubungan secara individu antara manusia dengan tuhan. 4. Menurut Islamiyah Aqidah islamiyah telah memerintahkan untuk menerapkan agama secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan yang tidak mungkin terwujud kecuali dengan adanya Negara. Berdasarkan ini, maka seluruh hukum-hukum islam tanpa kecuali harus diterapkan kepada manusia, sebagai konsekuensi adanya iman atau aqidah islamiyah.

Dengan demikian formulasi hubungan Negara Agama dalam pandangan islam dapat diistilahkan sebagai hubungan yang positif dalam arti bahwa agama membutuhkan Negara agar agama dapat diterapkan secara sempurna dan bahwa agama tanpa Negara adalah suatu cacat yang akan menimbulkan reduksi dan distorsi yang parah dalam beragama. 11

F. Konsep Relasi agama dan Negara Dalam Islam Adapun relasi agama dan Negara dalam islam secara teoretis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga pandangan: 1. Paradigma integralistik Paradigma integralistik menganut paham dan konsep agama dan Negara merupakan suatu kesatuan yang menyatu dan dinyatakan bahwa Negara merupakan suatu lembaga politik sekaligus lembaga agama. Konsep ini menegaskan kembali bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik atau Negara. 2. Paradigma simbiotik Menurut paradigma simbiotik, hubungan agama dan Negara pada posisi saling membutuhkan dan bersifat timbal balik. Dalam pandangan ini, agama membutuhkan Negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan

mengembangkan agama. Begitu juga sebaliknya, Negara juga memerlukan agama sebagai sumber moral, etika dan spiritualitas warga negaranya.12 3. Paradigma sekularistik Paradigma sekularistik ini konsep agama dan Negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki dan satu sama lain memiliki garapannya bidangnya masing-masing. Sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi berdasar pada

11
12

http://www.scribd.com/doc/58004916/Makalah-Hubungan-Negara-dan-Agama Tim ICCE UIN Jakarta, Op. Cit, hal 96

pemahaman yang dikotomis ini. Maka hukum positif yang berlaku adalah hukum yang betul-betul berasal dari kesepakatan manusia.13

G. Hubungan Agama dan Negara di Indonesia Hubungan agama dan Negara di Indonesia bersifat antagonistik. Maksud hubungan antagonistik adalah sifat hubungan yang mencirikan adanya ketegangan antar Negara dengan islam sebagai sebuah agama. Sebagai contohnya adalah Pada masa kemerdekaan dan sampai pada masa revolusi politik islam pernah dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang dapat mengusik basis kebangsaan Negara. Sehingga pesepsi tersebut membawa implikasi keinginan Negara untuk berusaha menghalangi dan melakukan domestika terhadap ideologi politik islam. Hal itu disebabkan pada tahun 1945 dan decade 1950-an ada 2 buku ideologi yang memperebutkan Negara Indonesia, yaitu gerakan Islam dan nasionalis. Gerakan nasionalis dimulai dengan pembentukan sejumlah kelompok belajar yang bersekolah di Belanda. Mahasiswa hasil didikan belanda ini sangat berakat dan merasa terkesan dengan kemajuan teknis Barat. Pada waktu itu pengetahuan agama sangat dangkal sehingga mahasiswa cenderung menganggap bahwa agama tidak mampu menyelesaikan berbagai persoalan. Sehingga untuk menuju kemerdekaan, nasionalis mengambil jalan tengah dengan mengikuti tren sekuler barat dan membatasi peran agama dalam wilayah kepercayaan dan agama individu. Akibatnya, aktivis politik Islam gagal untuk menjadikan Islam sebagai ideologi atau agama Negara pada 1945. Di Indonesia, akar antagonisme hubungan politik antar Islam dan Negara tak dapat dilepaskan dari konteks kecenderungan pemahamaan keagamaan yang berbeda. Awal hubungan yang antagonistik ini dapat ditelusuri dari masa pergerakan kebangsaan ketika elit politik nasional terlibat dalam perdebatan

13

Ibid, hal 97

10

tentang kedudukan Islam di alam Indonesia merdeka. Upaya untuk menciptakan sebuah sintesis yang memungkinkan antara islam dan Negara terus bergulir hingga periode kemerdekaan dan pasca revolusi. Kendatipun ada upaya-upaya untuk mencarikan jalan keluar dari ketegangan ini pada awal tahun 1970-an, kecenderungan legalistik, formalistik dan simbolistik itu masih berkembang pada sebagian aktivis islam pada dua dasawasa pertama pemerintahan orde baru. Hubungan agama dan Negara pada masa ini dikenal dengan antagonistic, dimana Negara betul-betul mencurigai islam sebagai kekuatan potensial dalam menandingi eksistensi Negara. Di sisi lain, umat islam sendiri pada masa itu memiliki ghirah atau semangat yang tinggi untuk mewujudkan islam sebagai ideologi dalam menjalankan pemerintahan.

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Negara adalah suatu organisasi dari kelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut Tujuan sebuah negara antara lain: 1. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan 2. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum 3. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum Unsur-unsur pokok dalam Negaraadalah rakyat, wilayah dan pemerintah. Teori tentang terbentuknya sebuah Negara antara lain: teori ketuhanan (teori ketuhanan), teori kontrak social dan teori kekuatan Secara umum, dalam konsep dan teori modern, Negara terbagi dalam dua bentuk: 1. Negara Kesatuan a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi 2. Negara Serikat : monarki, oligarki, dan demokrasi Secara umum hubungan Negara dan Agama: menurut sosialisme, sekularisme, kapitalisme, dan islamiyah. Relasi agama dan Negara dalam islam secara teoretis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga pandangan: 1. Paradigma integralistik 2. Paradigma simbiotik 3. Paradigma sekularistik

12

Hubungan agama dan Negara di Indonesia bersifat antagonistik. Maksud hubungan antagonistik adalah sifat hubungan yang mencirikan adanya ketegangan antar Negara dengan islam sebagai sebuah agama.

B. Kritik dan Saran Demikianlah makalah ini kami buat, pemakalah menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca semua terutama dari dosen pembimbing agar makalah ini lebih sempurna.

13

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Hasymi Dt. R. Panjang, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), (Padang: Hayfa Press Padang) 2008 Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2003 Edisi Revisi F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, 1999 http://www.scribd.com/doc/58004916/Makalah-Hubungan-Negara-dan-Agama

14

Anda mungkin juga menyukai