Anda di halaman 1dari 7

MEANDER

Pengertian Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan. Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini yang berlangsung secara terus-menerus.

Gambar 1 Contoh meander Proses Pembentukan Meander

Gambar 2 Proses terbentuknya meander Meander dapat didefinisikan sebagai aliran sungai yang berbelok-belok secara teratur dengan arah pembelokan lebih atau kurang 180%. Meander merupakan bentuk aliran sungai pada daerah datar yang berliku-liku, baik datar karena endapan alluvial atau karena peneplainisasi. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada

bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan.Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Bagian belokan meander yang hampir bersentuhan karena perkembangan erosi disebut neck. Akibat putusnya neck oleh trobosan aliran sungai dapat terbentuk danau oxbow lake atau mort lake. Oxbow lake banyak ditemukan pada sungai. Sungai dewasa adalah sungai yang berliku-liku dan mempunyai suatu dataran yang mudah untuk dilanda banjir. Jika peremajaan sungai terjadi maka erosi sungai meander dapat meningkat kearah dalam dan terbentuk meander sungai dengan tebing terjal, sungai seperti itu disebut incised atau ontrenched meander. Teori terbentuknya meander a) Menurut J.A Panne Koek Terbentuknya meander ialah karena aanya reaksi yang wajar dari aliran sungai terhadap batu-batuan yang relative homogen dan tidak begitu tahan terhadap erosi. b) Menurut Ferrel Bagaimanapun arah aliran sungai akan mengalami pengaruh dari pada reaksi bumi. Di permukaan bumi semua arus mengalami pembelokan sebagai akibat dari rotasi bumi yaitu disebelah utara equator membelok ke kiri. Oleh karena hal ini, maka sungai yang sebetulnya hendak mengalir lurus terpaksa mengalami pembelokan dan tebingnya yang sebelah mengalami erosi lebih besar daripada tebing yang lain. Apabila sekali terjadi pembelokan maka belokan yang lain akan menyusul, hal ini disebabkan terjadi arus helioceida yangb timbul pada waktu sungai arahnya berbelok Pengaruh Erosi Dan Sedimentasi Pada Meander Erosi ke samping (lateral) menyebabkan lembah bertambah lebar dan membentuk kelokan-kelokan. Bentuk kelokan sungai yang khas dinamakan meander, yaitu kelokan sungai yang teratur berbentuk setengah lingkaran, terdapat di bagian tengah dan hilir aliran sungai. Erosi vertical membuat lembah bertambah dalam. Air terjun terbentuk jika erosi vertical mendapat hambatan di suatu tempat, misalnya batuan yang keras, sementara batuan di tempat yang berdampingan di hilirnya lebih lunak. Erosi mudik terjadi juga di air terjun. Erosi mudik di daerah mata air, menyebabkan sungai bertambah panjang ke arah hulu. Proses sedimentasi menghasilkan berbagai bentukan yang terletak di tengah lembah, dibagian dalam kelokan atau meander, dan di muara sungai. Pengendapan di muara sungai akan membentuk delta, apabila lautnya dangkal dan arusnya tidak terlalu kuat. Pengendapan di bagian tepi lembah terjadi pada waktu banjir akan membentuk tanggul-tanggul alam dan

dataran banjir. Dataran banjir merupakan lahan yang baik untuk persawahan atau pertanian lahan kering. Belokan-belokan sungai ini akan bertambah lebar sehingga pada waktu air pasang, terdapat hubungan langsung antara lingkaran yang satu dan lingkaran yang lain. Selama air pasang, terjadilah pengikisan dan pemindahan material batuan di sepanjang lembah sungai. Akibatnya ketika air surut terputuslah lingkaran-lingkaran dan terbentuklah cabang-cabang yang mati, serta danau-danau dan payau-payau yang melengkung. Sungai-sungai besar seperti sungai indragiri dan sungai Musi di sumatera, sungai Kapuas di Kalimantan, sungai Balim di Irian atau sungai Bengawan Solo di Jawa dengan jelas memperlihatkan gejala-gejala di atas. Macam-Macam Meander Meander dapat digolongkan menjadi 5 macam, yaitu: a) Meander mendalam Meander mendalam adalah meander yang terjadinya disebabkan adanya erosi vertical dan erosi lateral, sehingga erosinya melebab dan mendalam. b) Meander berteras Meander berteraas adalah meander yang terjadinya karena adanya pengangkatan yang bertingkat-tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kanan terjadai teras-teras yang bertingkat. c) Meander lembah Meander lembah adalah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai stadium dewasa, ketika lebar dari meander lembah ini 20x lebar saluran. d) Meander bebas Meander bebas adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander ini terjadi pada sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekas-bekas yang telah ditinggalkan. e) Meander pengikisan Meander pengikisan adalah meander yang terjadinya karena ada pengangkatan atau penurunan permukaan laut( dapat juga dikatakan karena adanya perubahan gravitasi atau perubahan erosi basis) sehingga akan mengakibatkan erosi vertical aktif lagi. Meander Dan Bagian-Bagiannya Neck = bagian leher dari meander Spur = bagian kepala dari meander Undercut Slope= bagian dari lengkung meander Slip Off slope = bagian lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi Oxbow lake = bekas spur yang telah ditinggalkan dan sekarang berbentuk seperti danau

EDDIES

Pusaran air (Eddy/Eddies) Aliran acak dan mempunyai kecepatan beraneka ragam. Aliran ini terjadi di air dan udara. Aliran ini lebih efficient dalam mengangkut dan menjalankan sediment karena beranekaragamnya gradient kecepatannya. Pada arus turbulen, massa air bergerak keatas, kebawah, dan secara lateral berhubungan dengan arah arus yang umum, memindahkan massa dan momentum. Dengan gerakan tidak beraturan seperti itu, massa atau gumpalan fluida akan mempunyai percepatan menyimpang yang hanya sedikit persentasinya dari kecepatan rata-rata, meskipun begitu arus turbulen bersifat menentukan arus, sebab turbulen menjaga patikel-partikel dalam suspensi, secara konstan, seperti clay dan silt pada sungai dan pasir pada arus turbidit, atau secara berangsur, seperti pada kebanyakan butir pasir di sungai, pantai dan bukit pasir. Turbulen mentransport partikel-partikel dengan dua cara; dengan penambahan gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika pusaran turbulen bekerja padanya. Keduanya adalah penyebab terjadinya transportasi pasir sepanjang bawah permukaan. Di alam hampir semua mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen terutama terjadi di sungai akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan meningkat akibat kekasaran bawah permukaan; sepanjang garis pantai dan laut penyebabnya adalah ombak, tekanan angin permukaan, dan penggerusan arus. Di udara turbulen yang membawa bekas ledakan volkanis ditransport angin. Besarnya gerakan turbulen bervariasi dari mikro hingga makro, yang terakhir tadi sangat mudah dilihat di sungai dengan penampakkan pusaran yang kompleks atau dengan boil yang berbenturan dengan permukaan sungai, secara terus menerus. eddy yaitu putaran iar tercepat bagian dalam. Adanya putaran air laut tersebut menyebabkan air laut mampu menarik benda-benda yang terapung menjadi tenggelam. Wilayah perairan Pasifik Barat dikenal mempunyai karakter oseanografi yang sangat dinamis. Perairan wilayah ini merupakan tempat berkumpulnya massa air yang datang dari bumi belahan selatan dan utara dari Samudera Pasifik. Bercampurnya kedua massa air yang berbeda karakteristiknya ini sangat mempengaruhi keragaman salinitas terutama di lapisan thermoklin dan lapisan pertengahan perairan ini. Dalam konteks kajian oseanografi, wilayah retrofleksi arus tepi barat Pasifik tropis menjadi sangat penting. Dimana wilayah ini selalu muncul suatu pusaran massa air (eddy) yang dikenal dengan nama Halmahera Eddy. Meskipun karakteristik Halmahera Eddy belum dipahami secara mendalam, namun dapat dipercaya bahwa variabilitas Halmahera Eddy ini berkorelasi erat dengan neraca bahang dan air tawar di lapisan permukaan wilayah equator Pasifik Barat serta berperan penting dalam pembentukan El Nino South Oscillation (ENSO). Laut Indonesia mempunyai peranan penting dalam sirkulasi massa air dunia yang dikenal dengan Arus Sabuk Lintas Dunia, dimana laut Indonesia merupakan satu-satunya jalur lintas bahang dan air tawar dunia melalui samudera pada lintang rendah. Sirkulasi global yang dikenal dengan the Great Conveyor Belt melalui wilayah perairan Indonesia dikenal sebagai arus lintas Indonesia (Arlindo). Arlindo merupakan aliran arus terus-menerus dari Samudra Pasifik ke Samudra Indonesia sebagai saluran air permukaan hangat yang mengumpul di

utara Pulau Halmahera-Papua. Oleh karena itu, perairan ini memerankan permainan penting dalam dinamika iklim dan cuaca dunia. Perairan Utara Halmahera-Papua merupakan perairan yang memiliki karakteristik massa air yang berbeda dengan perairan wilayah Indonesia lainnya. Hal ini disebabkan oleh letak geografis perairan tersebut yang terbuka dengan Samudra Pasifik. Pada wilayah ini angin pasat yang mantap (steady) terjadi sepanjang tahun. Di sepanjang perairan tropis Pasifik angin pasat ini menyeret massa air hangat tropis ke bagian barat samudra dan selanjutnya mengumpul di wilayah tropis barat Samudera Pasifik (perairan utara Irian). Oleh karena itu wilayah perairan ini dikenal dengan kolam air hangat (warm pool). Kondisi ini menyebabkan tinggi muka laut rata-rata perairan tropis barat Pasifik lebih tinggi dibanding tinggi muka laut rata-rata di Samudera Hindia. Air permukaan ini kemudian masuk ke perairan nusantara yang selanjutnya disebut Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Massa air ini dikenal memiliki suhu hangat (diatas 29C) dan berkadar garam rendah (kurang dari 32 %o). Hal ini sangat berbeda dengan air Samudera Hindia yang relatif lebih dingin dan berkadar garam tinggi. Masuknya air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia akan berimplikasi terhadap neraca bahang (heat) dan fluks air tawar bukan saja pada skala regional tetapi juga global. Ada dua hal penting yang perlu diketahuii dalam dinamika atmosfer-lautan yang merupakan potensi utama dalam menentukan karakter lautan itu sendiri. Pertama adalah perlu dipahami bahwa dinamika di laut sangat dipengaruhi oleh adanya sirkulasi laut global yang melalui wilayah Indonesia. Dan yang kedua adalah adanya sirkulasi atmosfer yang bersifat musiman sehingga terjadi sirkulasi yang terus-menerus sepanjang tahun secara bolak balik. Potensi angin musiman ini menyebabkan terjadinya wilayah khusus dengan apa yang disebut dengan downwelling atau upwelling pada musim-musim tertentu. Salah satu fenomena yang menarik untuk dipelajari di perairan ini adalah munculnya Halmahera Eddy. Eddy adalah pusaran massa air di laut yang utamanya terbentuk di sepanjang batas arus samudera. Halmahera Eddy muncul akibat pengaruh dorongan arus yang terhalang oleh topografi pulau Halmahera, sehingga terbentuk suatu pusaran besar massa air. Adanya eddy akan mengaduk massa air kaya nutrien yang selanjutnya akan merangsang blooming tumbuhan renik lautan sebagai dasar pembentukan rantai makanan di laut. Bilamana Halmahera Eddy dan front yang dibentuknya dapat dipetakan secara akurat, maka informasi ini dapat membantu dalam menentukan daerah fishing ground bagi perikanan komersial penting (Atmodipoera, 2003). Variasi musiman terhadap nilai kesuburan perairan selama musim timur juga diperkuat oleh Sutomo (1992) yang menyebutkan bahwa nilai klorofil-a tinggi pada daerah oseanik dibanding pada daerah neritik. Hasil penelitian yang dilakukan Hasegawa (2009) menunjukan bahwa secara musiman perairan utara Papua sangat subur yang dipicu ketika muncul Madden Julian Oscilation (MJO) dalam variasi skala 60-90 harian. Ketika MJO muncul, angin baratan akan membangkitkan gelombang Kelvin (downwelling Kelvin Wave) ke arah timur dan ketika mencapai kepulauan Bismarc gelombang ini selanjutnya terbentur oleh massa daratan kepulauan Bismarc yang selanjutnya berubah menjadi gelombang Coastally Trapped Kelvin Wave (CTKW).Gelombang ini merambat menyusur pantai sepanjang rangkaian kepulauan Bismarc selanjutnya pantai utara Papua hingga bertemu arus permukaan yang didominasi massa air berkarakter MJO. Pertemuan arus ini memicu munculnya fenomena divergensi yang mengakibatkan taikan air pada lapisan dalam (up welling) dimana

air pada lapisan bawah akan naik ke permukaan untuk mengisi kekosongan massa air pada lapisan atasnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://alirohman11.blogspot.com/2013/04/bentang-alam-akibat-prosessedimentasi_9847.html http://myspillheart.blogspot.com/2009/04/oxbow-lake.html http://mahasiswamudaindonesia.blogspot.com/2011/10/arus-eddy-di-halmaheraindonesia.html http://sedimentologi2b.blogspot.com/2009/12/aliran-laminar-dan-turbulen-froud.html

Anda mungkin juga menyukai