Anda di halaman 1dari 23

Analisa Pengaruh Media Elektrolit Terhadap Laju Pelapisan Krom Pada Komposit George Winaktu, Ir.

. Drs, Soedjad, MSi


Jurusan Teknik Mesin S -1, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Jl.Kauman 1 /117 Turen Malang, Tlp.081333030109 Email: Gogik901@Gmail.Com

Abstrak Proses pelapisan elektroplating dapat dilakukan pada material non logam seperti pada produk komposit,plastic, stoneware dan earthenware, namun sebelumnya perlu diberi lapisan tipis carbon (thin layer carbon). Hal ini dilakukan agar permukaan material non logam tersebut bersifat sebagai konduktor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk laju pelapisan dan ketebalan lapisan krom pada permukaan material komposit (non konduktor). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental (true experimental research). Dalam penelitian ini digunakan dua variabel terikat yaitu ketebalan lapisan krom dan kekerasan. Proses elektroplating dilakukan dengan kuat dan distribusi arus berbeda-beda. Sampel atau benda uji dibuat dengan ukuran 2 x 7 x 10 cm. Selanjutnya agar bahan uji (bahan non konduktor) tersebut mampu sebagai konduktor dalam proses elektroplating maka sebelumnya dilapisi dengan lapisan karbon tipis. Ketebalan lapisan akan semakin meningkat seiring dengan naiknya kuat arus dan bertambahnya titik distribusi arus. Nilai ketebalan paling kecil didapatkan pada pelapisan dengan tegangan arus 4,5 volt, sedangkan ketebalan maksimum didapatkan pada kuat arus 6 volt dengan tiga titik distribusi arus sebesar 0.01 mm.. Kata kunci : nikel krom pada komposit

PENDAHULUAN
Saat ini yang umum terjadi pada proses pelapisan logam dilakukan untuk material berbahan dasar dari logam juga. Salah satu metode pelapisan logam yang sangat berkembang adalah elektroplating. Bahan dasar yang umum proses elektroplating adalah baja karbon. Baja karbon berpengaruh pula terhadap perkembangan metode pelapisan logam (elektroplating). Bahan dasar pada proses elektroplating biasanya dari logam (konduktor), maka saat ini bahan non logam (non konduktor) dapat dilapisi logam (emas, tembaga, perak,krom, dan nikel) dengan proses electroplating, telah melakukan peneltian pelapisan kayu (bahan non konduktor) dengan metode plating autoklatik terkombinasi. Hasil yang diperoleh adalah bahwa logam tembaga dapat menempel pada kayu dengan kekuatan dan visualisasi warna yang relatif baik namun metodenya memerlukan biaya yang relative mahal (bahan-bahan kimia yang digunakan rata-rata pekat dan murni) dengan proses kerja cukup rumit dan sulit dikembangkan pada plating partisi. juga melakukan penelitian pelapisan logam (tembaga dan perak) pada kayu ukiran kualitas ekspor baik pelapisan keseluruhan maupun partisi dengan metode pembentukan lapis tipis karbon (thin layer carbon). Hasil yang diperoleh adalah bahwa logam dapat menempel dengan baik, visualisasi warna cerah, dan proses kerja yang tidak terlalu rumit serta biaya operasional relatif ekonomis (dengan bahan baku karbon) sehingga mudah dikembangkan pada pengrajin,asesoris otomotif maupun kayu ukir dan pada umumnya pengrajin non logam.

Berbagai barang logam dibuat, dibentuk, dicetak, sehingga jadilah wujud akhirnya seperti yang dikehendaki, baik untuk bumper mobil, paku sampai kabel. Setelah itu, diperlukan tahap perampungan, penyelesaian (finishing). Finishing itu bermacam-macam. Ada yang sekedar dipoles agar halus dan mengkilap, dapat pula dilapisi logam lain agar sifatnya berubah, dapat juga dicat atau dipernis, dilapisi keramik atau enamel, ada pula yang pelapisanya dari turunan substratnya sendiri misalnya dalam bentuk oksidanya, penghitaman baja, anodisasi dsb. Finishing diperlukan bagi logam-logam yang mudah mengalami korosi, misalnya baja yang termasuk murah dan kuat sehingga efektif. Wadah obat dan makanan juga harus aman, dengan memanfaatkan pelapisan. Finishing juga berfungsi dekoratif. Bumper mobil misalnya, tidak hanya dikehendaki awet, tidak terkorosi, tetapi juga agar tetap mengkilap, cemerlang, selama masa pakainya. Begitu pula untuk alat-alat lain dari keperluan rumah tangga sampai olah raga.

Terkadang finishing juga diperlukan, fungsional, agar sifat lain seperti listrik, thermal, magnetic, seperti diinginkan. Sifat permukaan diubah secara fisik dan kimia agar sesuai tujuan. Alasan-alasan ekonomis, kekuatan stuktural, keawetan dan lain-lain juga kerap mengedepan. Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki propertis lebih baik dari keduanya dalam bidang teknik. Penggunaan komposit dapat disesuaikan dengan kebutuhan karena banyak sekali macamnya dengan sifat dan karakter yang berbeda-beda. komposit dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi dan sebagainya. Hanya sayangnya secara dekoratif komposit kurang menarik sehingga perlu diproses akhir dengan Pelapisan logam ini adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering juga di sebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja. Perlu diketahui bersama bahwa produk komposit adalah termasuk bahan non konduktor seperti halnya dengan kayu. Ini berarti bahwa komposit, keramikgerabah tentunya dapat dilapisi dengan logam (krom, emas, perak dan lain-lain) dengan metode pembentukan lapis tipis karbon (thin layer carbon). Tujuan pelapisan ini agar nilai seni (artistik) suatu barang kerajinan terutama komposit semakin tinggi dengan harga jual yang semakin tinggi pula dengan biaya produksi yang relatif ekonomis. Berangkat dari kenyataan tersebut diatas dan atas dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas industri komposit, khususnya dari segi produksi yaitu untuk menciptakan produk-produk yang tidak monoton dan bermutu, maka perlu dilakukan penelitian pelapisan logam (krom) untuk bahan non konduktor (komposit ). Selama ini banyak berkembang teknologi plating untuk bahan-bahan nonkonduktor adalah plating autokatalitik terkombinasi dimana harus disertai perlakuan khusus sebelumnya, agar bahan yang bersifat nonkonduktor tersebut dapat menjadi bersifat konduktor. Dengan kata lain bahan-bahan non konduktor tersebut diaktifkan dulu permukaannya menggunakan zat-zat kimia yang tidak sedikit seperti larutan perak nitrat, formaldehid, timah klorida, larutan logam pelapis, larutan garam, larutan asam,dan lain-lain, agar adsorbat logam dapat menempel selanjutnya baru dilakukan electroplating . Dengan perlakuan ini, plating autokatalitik terkombinasi menjadi mahal karena sumber elektronnya bahan kimia (mahal) daripada elektroplating biasa (tanpa plating autokatalitik) . Untuk itu perlu dicarikan metode alternatif untuk dapat menekan biaya operasionalnya sehingga harga jual produk yang terlapisi logam menjadi lebih murah sehingga dapat terjangkau konsumen kalangan menengah kebawah. Tentunya dengan kualitas produk (keramik terlapisi logam) tetap baik dan tahan lama. Metode plating yang diawali dengan pembentukan lapisan tipis karbon (thin layer carbon) merupakan salah satu metode yang dapat mengatasi masalah diatas. Metode ini menggunakan koloid karbon aktif dan dilanjutkan dengan electroplating biasa.(Pengaruh Kuat dan Distribusi Arus IA. Sri Adnyani, AA. Alit Triadi,
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Teknologi Elektro, hal.76 Vol. 8 No.2 Juli - Desember 2009).

Dalam proses elektroplating, biasanya logam pelapis digunakan suatu logam mulia sedangkan logam yang dilapisi berupa logam mulia lain atau berupa logam yang tidak mulia. Logam yang akan dilapisi dihubungkan dengan kutub negatif (sebagai katoda) dan logam pelapis dihubungkan dengan kutub positif (sebagai anode) selanjutnya kedua elektrode tersebut dicelupkan ke dalam suatu larutan elektrolit dan dihubungkan dengan sumber arus listrik searah (DC). Mengalirnya arus listrik searah melalui suatu larutan berkaitan dengan gerak partikel bermuatan (ion). Pada anode terjadi reaksi oksidasi, M Mn+ + ne sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi, Mn+ + ne M. Reaksi oksidasi reduksi pada kedua elektrode berlangsung bersamaan yang menyebabkan terjadinya pelarutan logam pada anode menghasilkan ion M+ dan penempelan logam M pada katode (Pengaruh Kuat dan Distribusi Arus Ketebalan Dan Kekerasan Lapisan Krom
Pada Stoneware Dan Earthenware IA. Sri Adnyani, AA. Alit Triadi, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Teknologi Elektro, hal.76 Vol. 8 No.2 Juli - Desember 2009).

Rumusan Masalah Didalam perumusan masalah ini yang menjadikan perhatian Adalah pengaruh terhadap tebalnya krom jika : 1. Pengaruh arus listrik di ubah besar volt nya. 2. Pengaruh jarak antara anoda dan kataoda. 3. Pengaruh temperatur.

Batasan Masalah Mengingat sangat kompleknya penelitian dalam Proses krom, maka penulis membatasi permasalahan agar pembahasannya dapat lebih terfokus. Batasan-batasan itu antara lain : 1. Menghitung berat dan ketebalan nikel dan khrom yang terlapis. 2. Menghitung berat dan ketebalan total nikel dan khrom yang terlapis. 3. Menghitung efisiensi arus yang digunakan pada proses pelapisan nikel. 4. Menghitung pengaruh rapat arus terhadap ketebalan pelapisan nikel dan khrom. Landasan Teori Pengertian Krom Elektroplating Sejak Arhenius mengemukakan adanya hubungan antara zat dan listrik, serta pengukuhan dugaan ini oleh Faraday dengan percobaanpercobaan elektrolisa. Lahirlah ilmu yang merupakan campuran antara ilmu kimia dan ilmu listrik. Ilmu ini dinamakan ilmu elektrokimia. Salah satu penggunaan dalam industri adalah galvanoteknik. Galvanoteknik adalah pelapisan logam pada benda yang terbuat dari logam / benda yang terbuat dari bahan konduktif, dengan maksud sebagai hiasan maupun perbaikan mutu. Pada umumnya pelapisan logam sudah lazim menggunakan istilah vernikel, verkrom dan semacamnya. Pelapisan nikel, tembaga, khrom, memang sudah populer. Sebenarnya, justru seng dan timah yang didunia ini paling banyak untuk pelapisan: kawat, baja dan banyak lagi. Banyaknya dilakukan di industri menyebabkan pelapisan seng dan timah lebih dianggap dan dimasukan ke dunia industri baja daripada ranah electroplating populer.

Didunia plating, yang popular justru tembaga, nikel dan khrom. Berbagai barang rumah tangga, meubel, alat dapur, alat sport, alat tulis, konstruksi dan pagar rumah mewah, sepeda, kendaraan bermotor, tidak ada yang bebas vernikel / verkrom. Setiap hari ditemui dan digauli maka pelapisan dekoratif protektif tembaga nikel khrom paling dikenal akrab. Ketiga logam tersebut hanya untuk finishing logam bertujuan dekoratif protektif. Masing-masing tersendiri. Tembaga banyak digunakan untuk pelapis dasar, sebelum divernikel / verkhrom. Nikel, dengan atau tanpa lapis dasar tembaga, dipakai untuk berbagai bidang teknik dan rekayasa, electroforming (tahan aus dan korosi) dan banyak lagi. Khrom dimanfaatkan untuk aneka maksud. Hard chrom plating banyak dipakai di industri untuk memperoleh kekerasan tinggi. Dipabrik-pabrik kendaraan, keramik dan lainlain amat diperlukan. Dikalangan plating, tembaga-nikel-khrom trio ini merupakan finishing electroplating standar. Jadi, walaupun sifat fisik dan kimianya berbeda, ketiganya dijadikan satu kelompok. Juga betapapun proses platingnya sendiri berlainan jauh. Salah satu tujuan plating ialah upaya mencegah korosi. Secara sederhana, peristiwa korosi disebabkan oleh reaksi logam dengan unsur bukan logam dari lingkungannya. Produknya biasanya oksida atau garamnya, yang pada gilirannya turut mempengaruhi jalannya reaksi lanjut. Prinsip Dasar Electroplating Prinsip dasar Electroplating adalah melapisi permukaan benda kerja dengan logam jenis lain untuk memperbaiki kualitas permukaan dari benda kerja tersebut. Proses pelapisan tersebut bisa berlangsung dengan bantuan arus listrik DC dengan media larutan elektrolit (larutan penghantar).

1. Bak Plating. 2. Anoda (+). 3. Katoda / benda kerja (-). 4. Lapisan logam yang terbentuk. 5. Larutan Elektrolit. 6. Rectifier (Sumber arus DC). 7. Voltmeter. 8. Amperemeter. 9. Tembaga untuk penghantar listrik.

Gambar . Proses Pelapisan Listrik (Elektroplating)

1. Bak Plating Bak Plating harus terbuat dari bahan yang tahan dengan larutan elektrolit yang digunakan. Umumnya terbuat dari PVC atau PP. Untuk ukuran yang besar bisa menggunakan besi atau semen yang dilapisi PVC atau PP. Ukuran bak menentukan ukuran dan jumlah barang yang bisa diproses. 2. Anoda Anoda dihubungkan dengan kutub positip dari rectifier. Anoda biasanya terbuat dari logam yang akan dilapiskan. Dengan adanya arus listrik anoda tersebut bisa larut ke dalam larutan elektrolit . Dalam waktu bersamaan ion logam dalam larutan yang dekat dengan benda kerja, berubah menjadi logam dan melapisi benda kerja. Contohnya anoda Nickel, Copper, Zinc, Tin, dan Brass. Ada juga anoda yang tidak bisa larut. Jadi untuk menggantikan ion logamnya harus ditambahkan bahan kimia ke dalam larutan elektrolit, seperti anoda chrom, carbon, Platinize Titanium, dan Stainless Steel. Michael faraday menemukan hubungan antara produk suatu endapan ion logam dengan jumlah arus yang dipakai untuk mengendapkannya. Hubungan ini diungkapkan dalam hukum faraday sebagai berikut : 1) Jumlah bahan yang terdekomposisi pada saat berlangsungnya proses elektrolisa berbanding lurus dengan kuat arus (ampere) dan waktu pengaliran arus (detik) dalam suatu elektrolit. 2) Jumlah arus yang sama akan membebaskan jumlah ekivalen yang sama dari berbagai unsur. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : W= Dimana : W = berat yang diendapkan (gram) I = Arus yang dibutuhkan (Ampere) t = Waktu (detik) A = Berat atom logam pelapis Z = Valensi logam pelapis F = Bilangan Faraday (96.500 Coulomb) Ketebalan endapan atau deposit diperoleh dari perhitungan : Density gram cm

Volume cm = Berat endapan gram Dengan mengukur langsung permukan benda kerja (katoda) dengan asumsi endapan serba sama,ketebalan dapat ditentukan sebagai berikut : 2H2O O2 + 4H+ + 4e 2. Oksidasi ion Chromat : 2Cr 3+ + 6 H2O 2CrO3 + 12H+ + 6e 3. Produksi timbal oksida : Pb + 2H2O PbO2 + 4H+ + 4e

3. Katoda Katoda atau benda kerja dihubungkan dengan kutub negatip dari rectifier. Permukaan benda kerja yang dekat dengan anoda akan lebih mudah terlapisi dibandingkan dengan yang lebih jauh atau terhalang. Dengan mengatur posisi benda kerja terhadap anoda akan membantu meratakan lapisan dan mempercepat proses plating. 4. Lapisan logam Lapisan logam yang terbentuk mempunyai karakteristik yang khusus. Tergantung dari kadar kandungan bahan kimia dalam elektrolit, kondisi proses, dan kualitas arus listrik. Diperlukan pengetahuan yang lebih dalam tentang elektroplating untuk bisa menghasilkan lapisan logam dengan karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan. Lapisan logam ini dalam satuan micron, dan bisa diukur dengan menggunakan thickness meter. 5. Larutan Elektrolit Larutan elektrolit berfungsi sebagai penghantar listrik dan media pelarutan dari ion logam. Larutan elektrolit ini biasanya terdiri garam yang mengandung ion logam, buffer (pengatur pH), dan aditif (Surfactant, Brightener dan Katalis). Volume larutan elektrolit yang menyusut karena penguapan bisa dikembalikan lagi ke volume semula dengan menambahkan air bilasan dari proses plating tersebut. Untuk mempertahankan kadar dari larutan elektrolit, bisa dilakukan test secara berkala, dan menambahkan bahan kimia yang berkurang. 6. Rectifier Rectifier merupakan sumber arus DC dari Proses Electroplating. Rectifier sebaiknya yang bisa diatur Volt DC nya, sehingga bisa disesuaikan dengan ukuran benda kerja dan jenis Platingnya.

7. Volt meter Volt meter disini untuk mengukur Volt yang sedang digunakan dalam proses Plating. Volt diatur untuk mendapatkan ampere yang diinginkan atau sesuai dengan perhitungan standar. Pengaturan Volt yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas lapisan dan lamanya proses kerja. 8. Ampere meter Ampere meter untuk mengukur ampere dari arus listrik selama proses Plating. Ampere ini sangat penting, karena bisa digunakan untuk menghitung jumlah logam yang melapisi, sehingga bisa digunakan untuk menghitung biaya produksi. Ampere meter idealnya yang digital agar lebih akurat dalam pembacaannya. Ampere ini juga sebagai parameter standar dari Plating, sebab setiap proses Plating mempunyai standar ampere per-desimeterpersegi yang berbeda-beda. 9. Tembaga Tembaga untuk penghantar listrik dari Rectifier ke anoda atau katoda. Ukuran dari tembaga disesuaikan dengan ampere yang digunakan. Sebisa mungkin jangan banyak sambungan, karena dapat memperburuk aliran arus listrik. Setiap sambungan yang ada harus sering di cek dan dibersihkan agar arus listrik tetap lancar. Khrom Dekoratif Khrom merupakan finishing bagi system plating protektif-dekoratif nikel / tembaga-nikel. Warnanya putih-kebiruan dan cemerlang, tahan tarnish (noda), tahan korosi, tahan aus dan goresan dan lebih melindungi substrat. Khrom jarang diplatkan langsung ke substrat untuk tujuan dekoratif, kecuali pada plating baja stainless. Dasar Bak Plating Khrom Bak Encer Bak Encer (% M) (% M) Asam khromat 0,98 Sulfat 0,02 100 Nisabah

Tebal plat khrom yang dideposisi di atas nikel tergantung pula pada kondisi pemakaianya serta mutu standar produknya. Alat-alat rumah tangga (indoor) biasanya 0,1 mikron. Untuk kendaraan atau mobil sekitar 1,50 mikron lebih. Jenis khrom juga merupakan faktor: Khrom mikropori juga tidak boleh terlalu tebal (tidak memicu pori). Terdapat dua jenis utama bak plating asam khromat yakni jenis konvensional dengan ion katalis sulfat (dapat encer atau pekat tergantung faktor macam garapan, waktu dan ekonomi), serta bak katalis tercampur (katalis juga berkandungan fluoride / fluosilikat). Daya lontar dan daya

liput bak plating asam khromat jelek, terjelek bila dibandingkan berbagai larutan plating yang lazim digunakan. Daya hantar baik tapi merosot bila ada pengotor seperti tembaga dan besi. Karena logam khrom tidak berfungsi dengan baik sebagai anoda, hal ini disebabkan kelarutan yang tinggi. Maka biasanya digunakan timbal sebagai anoda. Anoda yang terbuat dari logam Pb tidak larut dalam larutan untuk lapisan khrom keras. Oleh karena itu karena itu hampir selalu digunakan sebagai anoda dalam proses pelapisan khrom dekoratif. Timbal dalam bentuk chemical Pb dapat juga digunakan. Jika dibandingkan dengan Pb paduan, jenis ini akan mudah dirusak larutan sehingga menghasilkan larutan PbCrO3 yang berlebihan. Banyak sekali para ahli lapis listrik yang menggunakan anoda dari bahan lain, misalnya besi murni, nikel, baja dan baja tahan karat. Namun demikian ternyata anoda Pb paduanlah yang terbaik. Perhitungan Berat Dan Tebal Lapisan Logam Nikel Dan Chrom SecaraTeoritis Michael Faraday menemukan hubungan antara produk suatu endapan dari ion logam dengan jumlah arus untuk mengendapkannya, yang dapat diungkapkan sebagai berikut : 4Jumlah bahan yang terdekomposisi saat berlangsung elektrolisa berbanding lurus dengan kuat arus dan waktu pengaliran dalam larutan elektrolit. (Hukum Faraday) Jumlah arus yang sama akan membebaskan jumlah ekivalen yang sama dari berbagai unsur. Pernyataan diatas dapat dirumuskan :

W=
Dengan ; W : Berat yang diendapkan (gr) I : Arus (Ampere) t : Waktu (Detik) B : Berat Atom Z : Valensi F : Bilangan Faraday 96.500 Coloumb Dari rumus tersebut, Volume endapan diperoleh dengan perhitungan : Density volume (cm ) = berat endapan (gram)
3

Dengan mengukur langsung permukaan benda kerja dengan asumsi bahwa

endapan adalah asam, maka ketebalan dapat ditentukan :

Dari rumus rumus diatas, untuk menentukan laju ketebalan lapisan Dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

Jadi, rumus untuk laju ketebalan lapisan adalah sebagai berikut:

Dengan mengubah beberapa variabel seperti arus dan luas permukaan akan diperoleh berat logam pelapis berbeda-beda. Berikut ini adalah gambar grafik hubungan antara arus dengan berat pelapisan dengan waktu pelapisan yang sama, Grafik hubungan arus dengan berat pelapisan nikel

Berikut ini adalah grafik hubungan antara lama waktu pelapisan dengan berat lapisan dimana besar arus yang digunakan adalah sama, Grafik hubungan antara lama waktu pelapisan dengan berat lapisan nikel

Contoh Perhitungan Pelapisan Nikel Perhitungan berat, tebal dan Laju ketebalan logam pelapis dengan variable sebagai berikut : Diketahui :

Luas permukaan benda kerja (A) = 10 cm2 Rapatan Nikel ( ) Berat atom nikel ( B ) Valensi ( Z ) Bilangan faraday ( F ) Waktu (t) Arus (I) Ditanya : a) Berat (W) b) Tebal (S) c) Laju Ketebalan ( S ) Jawab : = 8,9 gram / cm 3 = 58,7 = 2 = 96.500 Coulomb = 10 menit (600 detik) = 5 Ampere

a) Menghitung Berat

= 0,91 gr b) Menghitung Tebal

= 0,01 cm = 0,1 mm

c) Menghitung Laju Ketebalan

= 0,001 cm / menit = 0,01 mm / menit

Komposit
Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki propertis lebih baik dari keduanya. Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis maka disebut sebagai komposit. Jika perpaduan ini terjadi secara mikoroskopis (molekular level) maka disebut sebagai alloy atau paduan. Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre, fiber). Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama: 1. 2. 3. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites PMC) Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites MMC) Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites CMC)

Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites PMC) Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer Berpenguatan Serat (GFRP Glass Fibre Reinforced Polymers Or Plastics) bahan ini menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya dan berpenguatan serat ( CFRP Carbon Fibre Reinforced Polymer), dan suatu jenis serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites MMC) ditemukan berkembang pada industri otomotif dan digunakan pada industri pesawat terbang bahan ini menggunakan suatu logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites CMC) digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitride. Komposit Matrik Polimer Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan penggunaan dalam manufaktur strukturnya, dikarenakan sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi dibandingkan sebagai contoh sebagian besar logam. Bagaimanapun, bahan tersebut mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, sebagian besar khususnya kemampuan untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit. Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang luar biasa tinggi tetapi dalam bentuk padat sifat-sifat ini tidak muncul. Hal ini berkenaan dengan kenyataan ketika ditegangkan, serabut retak permukaan setiap bahan menjadi retak dan gagal dibawah titik tegangan patah teoritisnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, bahan diproduksi dalam bentuk serat, sehingga, meskipun dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut retak tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat dengan memperlihatkan

sisa kekuatan teoritis bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan lebih akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang serat, seperti halnya serat dalam suatu tali. Jika sistem resin dikombinasikan dengan serat penguat seperti kaca, karbon dan aramid, sifat-sifat yang luar biasa dapat diperoleh. Matrik resin menyebarkan beban yang dikenakan terhadap komposit antara setiap individu serat dan juga melindungi serat dari kerusakan karena abrasi dan benturan. Kekuatan dan kekakuan yang tinggi, memudahkan pencetakan bentuk yang rumit, ketahanan terhadap lingkungan yang tinggi dengan berat jenis rendah, membuat kesimpulan komposite lebih superior terhadap logam dalam banyak aplikasi. Bila Komposit Matrik Polimer mengabungkan sistem resin dan serat penguat, sifat-sifat yang dihasilkan bahan komposit akan memadukan beberapa hal sifat-sifat yang dimiliki oleh resin dan yang dimiliki oleh serat.berikut tabel spesifikasi pada komposit. Tabel Poperties, And Specific Properties, Of Composite
Material Density ( Mg -3 ) Composite CFRP, 58% uniaxial c in epoxy GFRP, 50% uniaxial glass in polyester Kevlar-epoxy ( KFRP ), 60% uniaxial Metals 7.8 High-strength steel 2.8 Aluminum alloy 71 500 28 25 3.0 179 207 1000 100 27 1.8 128 1.5 2.0 1.4 189 48 76 1050 1240 1240 32-45 42-60 126 24 54 9 3.5 6.2 700 620 886 Youngs Modulus E (GPa) Strength
y(MPa)

Frature toughness Kc(MPa1/2)

E/

E1/3/

Y/

Sumber : ( Michael F.Ashby And David R.H.Jones, Engineering Material 2 An Introduction To Microstructures, Processing And Design, Third Edition, Department Of Engineering, Cambridge University, Uk )

Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh: 1.Sifat-sifat serat 2.Sifat-sifat resin 3. Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat Fibre Volume Fraction) 4. Geometri dan orientasi serat pada komposit Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini berarti bahwa orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat bahan komposit yang dihasilkan, dan juga proses manufaktur yang digunakan biadanya merupakan bagian yang kritikal yang berperanan menentukan kinerja struktur yang dihasilkan.

Krom Pada Komposit Menurut Hartomo dan Kaneko (1992), pada tahun 60-an telah dilakukan pelapisan suatu logam pada benda-benda non kunduktor yaitu benda yang tidak dapat menghantarkan arus listrik seperti : keramik, kaca, plastik, kayu dan lainlain. Cara yang digunakan waktu itu adalah dengan menaburkan serbuk besi yang dicampur perekat, setelah itu ditempelkan pada permukaan benda non konduktor,kemudian dilanjutkan dengan cara electroplating biasa menggunakan elektrode. Ditinjau dari hasilnya, metode ini menghasilkan visualisasi permukaan yang kurang baik dan lapisan permukaan yang tidak rata. Sehingga dibutuhkan orang dengan keahlian khusus untuk melakukannya. Selama ini banyak berkembang teknologi plating untuk bahan-bahan nonkonduktor adalah plating autokatalitik terkombinasi dimana harus disertai perlakuan khusus sebelumnya, agar bahan yang bersifat nonkonduktor tersebut dapat menjadi bersifat konduktor. Dengan kata lain bahan-bahan non konduktor tersebut diaktifkan dulu permukaannya menggunakan zat-zat kimia yang tidak sedikit seperti larutan perak nitrat, formaldehid, timah klorida, larutan logam pelapis, larutan garam, larutan asam,dan lain-lain, agar adsorbat logam dapat menempel selanjutnya baru dilakukan electroplating (Pinner , 1964; Yakob, 2002). Dengan perlakuan ini, plating autokatalitik terkombinasi menjadi mahal karena sumber elektronnya bahan kimia (mahal) daripada elektroplating biasa (tanpa plating autokatalitik) (Hartomo dan Kaneko, 1992). Untuk itu perlu dicarikan metode alternatif untuk dapat menekan biaya operasionalnya sehingga harga jual produk yang terlapisi logam menjadi lebih murah sehingga dapat terjangkau konsumen kalangan menengah kebawah. Tentunya dengan kualitas produk (keramik terlapisi logam) tetap baik dan tahan lama. Metode plating yang diawali dengan pembentukan lapisan tipis karbon (thin layer carbon) merupakan salah satu metode yang dapat mengatasi masalah diatas. Metode ini menggunakan koloid karbon aktif dan dilanjutkan dengan electroplating biasa (Simpen dkk, 2004). Dalam proses elektroplating, biasanya logam pelapis digunakan suatu logam mulia sedangkan logam yang dilapisi berupa logam mulia lain atau berupa logam yang tidak mulia. Logam yang akan dilapisi dihubungkan dengan kutub negatif (sebagai katoda) dan logam pelapis dihubungkan dengan kutub positif (sebagai anode) selanjutnya kedua elektrode tersebut dicelupkan ke dalam suatu larutan elektrolit dan dihubungkan dengan sumber arus listrik searah (DC). Mengalirnya arus listrik searah melalui suatu larutan berkaitan dengan gerak partikel bermuatan (ion) (Kirck dan Otmer, 1983; Hartomo dan Kaneko, 1992). Pada anode terjadi reaksi oksidasi, M Mn+ + ne sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi, Mn+ + ne M. Reaksi oksidasi reduksi pada kedua elektrode berlangsung bersamaan yang menyebabkan terjadinya pelarutan logam pada anode menghasilkan ion M+ dan penempelan logam M pada katode . (Graw-hill, 1991; Simpen 1996). Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental (true experimental research). Dalam penelitian ini digunakan dua variabel terikat yaitu ketebalan lapisan krom dan kekerasan. Proses elektroplating dilakukan dengan kuat dan distribusi arus berbeda-beda. Sampel atau benda uji dibuat

dengan ukuran 2 x 7 x 10 cm. Selanjutnya distribusi arus pada setiap perlakuan dipilih sebagai variabel bebas.

Diagram Alir
Mulai Studi Literatur Studi Lapangan

Persiapan alat Timer Timbangan digital Ampere meter Mikro meter Termo meter

Persiapan bahan Komposit dengan tebal rata rata 1.5 mm ukuran 7cm x 10 cm sebanyak 15 lembar

Proses Kimia Komposit Proses Pelapisan Krom

Proses Plating Dengan Tegangan 10 Volt

Proses Plating Dengan Tegangan 20 Volt

Proses Plating Dengan Tegangan 10 Volt

Proses Plating Dengan Tegangan 10 volt

Proses Plating Dengan Tegangan 10 Volt

Waktu Pelapisan 600 detik 900 detik 1200 detik 1500 detik 1800 detik

Jarak katoda dan anoda 6 cm 9 cm 12 cm 15 cm 18 cm Sampel

Pengujian Ketebalan

Pengujian berat

Pengolahan Data Pembahasan

Kesimpulan

Pelaksanaan pengambilan data Persiapan pengujian Dalam percobaan ini diperlukan beberapa bak plastik untuk proses pelapisan, dibutuhkan persiapan untuk pembuatan larutan pembersih bersifat asam / basa maupun elektrolit untuk pelapisan nikel dan khrom. Dari beberapa bak yang ada pada alat untuk melapiskan logam secara elektrolisa hanya 4 bak saja yang berisi larutan zat kimia sedangkan bak yang lain berisi air murni. Bak yang berisi larutan zat kimia seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya antara lain terdiri dari bak untuk larutan HCl, larutan asam sulfat ( H2SO4 ), larutan elektrolit untuk lapis nikel, dan larutan elektrolit untuk lapis khrom. Kemudian rangkai peralatan listrik dengan larutan elektrolitnya, pastikan semuanya terpasang dengan benar. Anoda pada kutub positf dan benda kerja pada kutub negatif. Langkah Langkah Percobaan Sebelum proses pelapisan dilaksanakan, mempersiapkan dahulu benda kerja yang digunakan dalam percobaan, serta peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan data. Sebelum melakukan proses pelapisan, lakukan dahulu penimbangan terhadap benda kerja. Adapun langkah percobaan adalah sebagai berikut: 1. Proses Mengubah Sifat Komposit Menjadi Konduktif Adalah membuka pori pori komposit supaya dapat menjadi konduktif dengan memasukan unsur unsur logam, dengan proses kimia sebagai berikut :

a. Perlakuan (Pre-treatment)

Pencucian atau pembersihan (cleaning) Dikerjakan dengan larutan yang mempunyai komposisi sebagai berikut: NaOH Na2C03 Na3PO Tepol cair : 40 g/l : 16 g/l : 46 g/l : 8 ml/l

Waktu pencelupan selama 15 menit, kemudian diikuti celup asam untuk menghilangkan residu alkali. b. Perlakuan Pelarutan (Solvent Treatment) Tujuannya agar kebutuhan akan pembasahan yang tidak dapat dikerjakan pada tahap pengkondisian dapat dipenuhi, dengan cara pelarutan merubah permukaan komposit menjadi permukaan yang siap untuk dibasah oleh

pengkondisi. Pelarut yang dipilih seharusnya tidak yang terlalu bereaksi dengan komposit. Komposit sendiri tidak perlu pelarutan, tetapi material yang lain PP
(Polypropylene)

, PPO, PAE, PVC perlu untuk mendapat perlakukan semacam itu.

Pelarut yang digunakan adalah minyak biji kapuk dan terpentin dan hidro karbon terklorinasi. Walaupun komposit tidak perlu untuk mendapat perlakukan pelarutan tetapi ada bahan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu yaitu metanol dan asam nitrat. c. Pengkondisian (conditioning) Untuk menyediakan permukaan yang kasar segar saling mengunci (interlocking) dimana menjadi situs yang sesuai untuk ikatan kimia dengan logam yang akan dilapiskan. Rumusan untuk pengkondisian antara lain :
1. CrO3 2. H2SO4 3. K2Cr2 O7 4. H2SO4 5. CrO3 : 75 g/l : 250 ml/l : 90 g/l : 600 ml/l : 50 g/l : 100 ml/l : 100ml/l

6. H2SO4 7. HF 100

Waktu yang diperlukan 1-5 menit, suhu 20-25C atau sesuai keperluan untuk pembentukan permukaan hidrofilit, pada daerah etsa interlocking dan daerah ikatan kimia. d.Persiapan Untuk Permukaan Katalitik Perlakuan ini untuk menghindari bahan lapis ikut menempel pada pengait, rak dan dinding tangki serta dimanapun juga karena hal tersebut mengakibatkan penurunan kandungan bahan secara drastis juga memendekkan umur larutan. Dijelaskan metode yang digunakan agar komposit, plastik ABS,PP dan plastik yang lain dapat menerima logam katalitik. 1). Pemekaan (senzitising) Agar permukaan plastik menjadi hidrofilik, pemekaan merupakan proses serapan pada permukaan plastik oleh materi yang bisa dioksidasi. Larutan pemeka yang lazim digunakan adalah :

1. HCl 2. SnCl2 3. TiCl3

: 40 ml/l. : 10 g/l. : 50 g/l.

Dioperasikan pada 20-25C, selama 1-3 menit. Garam stannoklorida akan terserap pada permukaan komposit membentuk selaput Sn dengan ABS yang akan bertindak sebagai pereduksi ion-ion oksivator 2). Pengintian (Nucleation) Juga dinamakan aktivasi dimana tahap ini permukaan plastik menjadi lebih katalitik. Larutan pemeka yang telah terserap dioksidasi oleh ion- ion 1ogam oktivator. Ion-ion aktivator ini direduksi yang kemudian mengendap sebagai logam membentuk inti katalitik pada permukaan plastik. Rumusan penginti yang digunakan adalah : PdCl2(-H2PdCl4) HCl : 0,25 g/l. : 2,50 ml/l. Suhu 20-40C, waktu celup 0,5-1 menit. Larutan cenderung tidak stabil karena berkurangnya logam penginti. Larutan dikontrol dengan menyetel kandungan asam klorida bebas sampai ketebalan lapisan yang diperlukan terendapkan. Proses selanjutnya adalah Autokatalitik.

e. Autokatalitik Proses ini memakai larutan tembaga yang berfungsi untuk melapisi plastik supaya bersifat kroduktif, Komposisi larutan yang dipakai: CuSO4 .5H2O NaHCO3 : 15 g/l. : 10 g/l.

NaKC4H4O6.2H2O : 30 g/l. HCHO : 100 ml/l

dioperasikan pada suhu 15 - 20C, waktu operasi 5-15 menit perawatan pH dengan menambah NaOH untuk pH = 11,5. Penambahan bahan logam untuk waktu 4 -10 minggu dengan penggunaan yang biasa saja. Selain tembaga, nikel juga dapat digunakan untuk pelapisan yang konduktif. Nikel tidak lebih konduktif dibanding tembaga mengakibatkan nikel

harus diendapkan lebih tebal. Nikel lebih stabi1 daripada tembaga, rumusan yang sering digunakan adalah : NiSO4.6H2O Asam sitrat NH4Cl NaH2PO2.H2O : 30 g/l. : 100 g/l. : 50 g/l. : 10 g/l.

NH4OH pada pH 10,5. Waktu lapis 4-10 menit, endapan mengandung posfor (2-5)% dapat menyebabkan kerapuhan, Apabila tahap lapis listrik sudah sukses maka dilanjutkan dengan proses pelapisan nikel - krom (electroplating).

2. Proses Pelapisan Nikel - Krom (Electroplating) Pada permukaan yang sudah konduktif maka pelapisan dengan logam apapun sudah dapat dilakukan. 1. Proses pelapisan pertama komposit diletakkan pada kutub negative dan plat nikel pada kutub postif, spesmen dicelupkan kemudian rectifier dihidupkan. 2. Pelapisan dilakukan dengan memvariasi waktu pencelupan pada nikel 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit dengan tiga keli pengulangan. 3. Pembilasan specimen sebelum dilakukan proses pelapisan kedua 4. Proses pelapisan kedua 5. Pelapisan krom dilakukan dengan mencelupkan specimen uji kedalam larutan krom dekoratif dengan tegangan bervariasi, 4,5 volt, 5 volt, 5,5 volt, 6 volt, dengan variasi ampere 1,5 amp, 2 ampere, 2,5 ampere 3 ampere. 6. Pembersihan specimen sebelum dilakukan pengjian berat dan ketebalan. Pengambilan data Pada pembahasan ini akan dibahas mulai dari metode pengambilan data, peralatan pengambilan data, dan pelaksanaan pengambilan data.

Metode pengambilan Proses pengambilan data menggunakan metode eksperimen adalah menyiapkan sarana pengujian pengaruh tegangan dan lamanya waktu pelapisan terhadap berat dan ketebalan pelapisan. Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan krom dan asesoris dengan data yang diambil berupa berat dan ketebalan pelapisan yang terjadi, dengan berbagai perubahan tegangan dan lama waktu pencelupan Pelaksanaan Pengambilan Data Persiapan pengujian Dalam percobaan ini diperlukan beberapa bak plastik untuk proses pelapisan.Dibutuhkan persiapan untuk pembuatan larutan pembersih bersifat asam / basa maupun elektrolit untuk pelapisan nikel dan khrom. Dari beberapa bak yang ada pada alat untuk melapiskan logam secara elektrolisa hanya 4 bak saja yang berisi larutan zat kimia sedangkan bak yang lain berisi air murni. Bak yang berisi larutan zat kimia seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya antara lain terdiri dari bak untuk larutan HCl, larutan asam sulfat ( H2SO4 ), larutan elektrolit untuk lapis nikel, dan larutan elektrolit untuk lapis khrom. Kemudian rangkai peralatan listrik dengan larutan elektrolitnya, pastikan semuanya terpasang dengan benar. Anoda pada kutub positf dan benda kerja pada kutub negatif. Prosedur pengambilan data Proses pengambilan data dilakukan setelah peralatan pada proses pengujian dipersiapkan, periksa kembali dan pastikan dapat beroperasi dengan baik. Pada saat penimbangan dan pengukuran ketebalan pastikan benda kerja dalam keadaan kering, karena bila benda kerja masih dalam keadaan basah dan sangat berpengaruh terhadap hasil dari penimbangan. Alat pengukur pada pengambilan data, alat pencatat dan personalnya dipersiapkan dengan koordinasi antar satu dengan yang lainnya, dengan harapan proses pengambilan data yang dilakukan akan mendapat hasil yang akurat. Untuk langkah-langkah kerja / percobaan dari pelapisan nikel dan khrom telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Analisa Statistik. Adalah Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang diambil dari populasi, untuk menguji validitas dan reabilitas instrument sebelum digunakan, teknik untk menguji data sehingga komunikatif seperti table, grafik, diagram o dan pictogram, dan sebagi alat pengujian hipotesa penelitian yang diajukan seperti korelasi, regresi, test, anova sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Metode Pengambilan Data


Proses pengambilan data menggunakan metode eksperimen adalah menyiapkan sarana pengujian pengaruh tegangan dan lamanya waktu pelapisan terhadap berat dan ketebalan pelapisan. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknik Mesin dengan data yang diambil berupa berat dan ketebalan pelapisan yang terjadi, dengan berbagai perubahan tegangan dan lama waktu pencelupan. Tabel Perhitungan Rata - Rata Hasil Percobaan
Kuat arus ( volt ) Specimen 1 2 4,5 3 4 5 Waktu ( menit ) 10 15 20 25 30 Berat lapisan ( gram ) 0,229 0,341 0,456 0,579 0,684

6 7 5 8 9 10 11 12 5,5 13 14 15 16 17 6 18 19 20

10 15 20 25 30 10 15 20 25 30 10 15 20 25 30

0,301 0,460 0,608 0,761 0,916 1,496 2,196 2,797 3,641 4,623 1,654 2,445 3,247 4,074 4,528

Diagram Hubungan Kuat Arus Dengan Ketebalan Nikel Krom


5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0

ketebalan gram

1 10 0.229 0.301 1.496 1.654

2 15 0.341 0.46 2.196 2.445

3 20 0.456 0.608 2.797 3.247

4 25 0.579 0.761 3.641 4.074

5 30 0.684 0.916 4.623 4.528

dengan kuat arus 4,5 volt dengan kuat arus 5 volt dengan kuat arus 5,5 volt dengan kuat arus volt

Daftar pustaka 1. Michael F.Ashby And David R.H.Jones, Engineering Material 2 An Introduction To Microstructures, Processing And Design, Third Edition, Department Of Engineering, Cambridge University, Uk 2. Prof. Dr. Ir. Anne Zulfia MSc, Jurnal Pengenalan Komposit Secara Umum 3. Hartomo,A.J., dan Kaneko, T, 1992, Mengenal Pelapisan Logam (Elektroplating) Edisi I, Andi Offset Yogyakarta 4. Danny Eka Aditya, Skripsi Analisis Tegangan ( Ampere ) Dan Waktu Plating Nikel Krom Terhadap Tebal Pelapisan Pada Knalpot Sepeda Motor, Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional Malang. 5. H.M. ZHOU , L. LI and Y.F. ZHENG A Ni/surface-modified Diamond COMPOSITE ELECTRO PLATING Coating on Superelastic NiTi Alloy as Potential Dental Bur Design, http://www.scientific.net (2009) Trans Tech Publications, Switzerland Online available since 2009/Jan/02 6. Ia. Sri Adnyani, Aa. Alit Triadi, Pengaruh Kuat Dan Distribusi Arus Terhadap Ketebalan Dan Kekerasan Lapisan Krom Pada Stoneware Dan Earthenwarejurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram Teknologi Elektro, hal.76 Vol. 8 No.2 Juli - Desember 2009).

Anda mungkin juga menyukai