Anda di halaman 1dari 6

Nama ; Yosi Puspitasari Kelas ; 1 A NIM ; 1101300015

Sinus, adalah rongga berisi udara yang terletak pada tulang frontal, ethmoidal, sphenoidal dari tulang tengkorak serta tulang maxila dari tulang wajah
.

Gambar 2.1 Sinus paranasalis tampak depan dan sampingBerdasarkan ukuran sinus paranasal dari yang terbesar yaitu sinus maksilaris,sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sphenoidalis (Shyamal,1996). Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis, adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa sinus paranasal, dimana mukosa tampak oedema (bengkak) dan adanya bendungan

SPN ada 4 : 1. Sinus Frontal 2. Sinus Etmoidal 3. Sinus Sfenoidal 4. Sinus Maksilaris

Gejala Sinusitis Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul berdasarkan sinus yang terkena:

Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi dan sakit kepala. Sinusitis frontalis menyebabkan sakit kepala di dahi. Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat. Sinusitis sfenoidalis menyebabkan nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang, atau kadang menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah :


tidak enak badan demam letih, lesu batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari hidung meler atau hidung tersumbat

TEKNIK RADIOGRAFI SINUS PARANASAL


Teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan untuk kasus sinusitis pada sinus maksilaris ada 2: 1. Proyeksi Parietoacantial (Waters Method) POSISI PASIEN : Pasien duduk menghadap bucky stand, kedua tangan berpegangan dibucky POSISI OBJEK :

MSP kepala harus perpendicular terhadap kaset; Aturlah kepala (ekstensikan) sehingga MML tegak lurus terhadap kaset OML membentuk sudut 37 derajat terhadap kaset Dagu diletakkan pada kaset, dan accantion berada dipertengahan kaset

CENTRAL POINT : pada Parietooccipital menembus Accantion CENTRAL RAY : perpendicular kaset. dengan FFD 100 cm KRITERIA GAMBARAN :

Sinus Maxilaris dan Fossa Nasalis tampak Orbita dan sinus maxilaris simetris Jarak antara batas lateral tengkorak dan batas lateral orbita sama Petrous bagian inferior terproyeksi dibawah sinus maxilaris Tampak marker R/L Kolimasinya sesuai dengan objek yang diperiksa

NOTE :

Jangan lupa memakai grid agar kontrasnya bagus Jangan lupa memberi marker Pemeriksaan dilakukan dengan cepat karena pasien akan merasa lelah Pasien tahan nafas saat eksposi

GAMBARAN RADIOGRAFI

Gambar 1. Proyeksi parietoaccantial (Waters) dari Sinus Paransal (Source : www.wikiradiography.com) 2. Proyeksi Lateral POSISI PASIEN :

Pasien duduk menghadap bucky stand, kedua tangan berpegangan dibucky Kemudian Oblique kan badan untuk kenyamanan pasien dan kepala pada posisi lateral menempel ke kaset

POSISI OBJEK :

MSP kepala harus sejajar terhadap kaset; Aturlah dagu supaya IOML sejajar dengan bidang film IPL tegak lurus bidang film

CENTRAL POINT : 2,5 cm posterior outer chantus (letakkan dipertengahan film) CENTRAL RAY : perpendicular kaset. dengan FFD 100 cm

KRITERIA GAMBARAN :

Tampak proyeksi Lateral dari sinus paranasal sella tursica tanpa rotasi marker harus tampak tergambarnya semua sinus terutama sinus sfenoid

NOTE :

Jangan lupa memakai grid agar kontrasnya bagus Jangan lupa memberi marker Pemeriksaan dilakukan dengan cepat karena pasien akan merasa lelah Pasien tahan nafas saat eksposi

GAMBARAN RADIOGRAFI :

Gambar 2. Proyeksi Lateral dari Sinus Paransal (Source : www.wikiradiography.com ) A. Sinus Maksilaris - Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.

- Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars zygomaticus maxillae. - Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa. - Berhubungan dengan : a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata. b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar. c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.

B. Sinus Ethmoidalis - Terbentuk pada usia fetus bulan IV. - Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae, dindingnya tipis. - Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata - Berhubungan dengan : a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb). b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma. c. Nervus Optikus. d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior. C. Sinus Frontalis - Sinus ini dapat terbentuk atau tidak. - Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis. - Volume pada orang dewasa 7cc. - Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media). - Berhubungan dengan : a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta. b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta. c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic. D. Sinus Sfenoidalis - Terbentuk pada fetus usia bulan III. - Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis. - Volume pada orang dewasa 7 cc. - Berhubungan dengan : a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii. b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum. c. Tranctus olfactorius. d. Arteri basillaris brain stem (batang otak).

Anda mungkin juga menyukai