Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi dan tujuan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UUSPN 2 1989) Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. PP 29 tahun 1990 pasal 1 ayat 3 Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari bidang khusus agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8) Pendidikan teknologi dan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karrnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif B. Eksplorasi Perkembangan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Indonesia Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai sejarah perkembangan pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia No. 1 Tahun 1964-1968 (STM-SMEA) Deskripsi Perkembangan PTK Pendekatan kebutuhan akan pendidikan (social demand approach) ; anak bisa bersekolah ; sekolah kejuruan dianggap mampu menghasilkan tamatan yang dapat langsung bekerja ; keadaan sekolah kejuruan memprihatinkan dengan fasilitas yang sangat minim , sehingga pada saat itu ada pameo STM Sastra 2 1972-1973 (STM pembangunan Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (manpower demand approach) dilaksanakan secara terbatas, proses mencari bentuk yang tepat untuk pendidikan teknisi industri. Pada

SMEA pembina)

saat itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang baik dengan tingkat pertumbuhan 7% per tahun, sehingga diperlukan banyak tenaga kerja untuk mengisi kekosongan di dunia kerja. Tapi pada saat itu, pendidikan kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja kebutuhan. Pada saat itu, keterlibatan dunia industri di pendidikan kejuruan belum melembaga secara formal.

1976

Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (untuk sekolah yang belum memperoleh peralatan praktik). Berusaha menghasilkan teknisi industri (STMP, SMEA Pembina, SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA, SMKK). Digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat (untuk sekolah yang belum direhabilitasi): SMEA,SMKK,SMPS,SMM,SMIK,SMSR. Pada periode ini pun keterlibatan industri belum nampak secara formal.

1984

Pendekatan humaniora yang memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik; teori dan praktek dikemas dalam satu semester; pihak industri terlibat dalam forum pendidikan kejuruan.

1994

Pada

saat

ini,

diberlakukan

pendekatan

kurikulum

berbasis kompetensi, meskipun pada saat itu belum secara eksplisit disebut KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004. Selain itu dikenal pula konsep Broad Based Curriculum dimana pendidikan memiliki prinsip luas, kuat, dan mendasar. Pada periode ini, mulai dikenal konsep pendidikan sistem ganda (PSG). Pada masa ini kerjasama dengan dunia usaha dan industri semakin kuat dan melembaga.

1999

Perubahan orientasi dari supply-driven ke demand driven, dari mata pelajaran ke kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar ke pengukuran kompetensi, dari belajar hanya SMK menjadi belajar di SMK dan di industri, dari SMK yang berdiri sendiri ke SMK sebagai bagian tak terpisahkan dari politeknik, BLK, kursus-kursus dan lembaga Diklat lainnya.

2000-an

Pada periode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan kejuruan semakin meningkat. Hubungan dengan pihak industri semakin baik. Pemerintah sudah sangat menyadari pentingnya mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan di Indonesia.

C. Kajian Melihat sejarah perkembangan pendidikan kejuruan di Indonesia dapat kita lihat bahwa tantangan pendidikan kejuruan di Indonesia adalah Relevansi dan mutu pendidikan menengah kejuruan masih rendah Akses terhadap pelayanan pendidikan menengah kejuruan belum memadai Manajemen pendidikan masih belum efisien (Dikmenjur, 2004)

Adapun upaya-upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan daya saing pendidikan teknologi dan kejuruan adalah

Pengembangan SMK bertaraf internasional yang menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri bangsa mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing dipasr global

Tujuan kualitas pendidikan memiliki daya saing internasional (renstra depdiknas, 2005:67-69) Pendirian lembaga sertifikasi profesi Uji kompetensi dan sertifikasi tamatan SMK Meningkatkan peran serta dunia usaha industri dalam penyelenggaraan SMK Meningkatkan sistem manajemen mutu di SMK Mengembangkan SMK sebagaitempat uji kompetensi (TUK) Meningkatkan unti produksi di SMK Meningkatkan kerjasama internasional

Kebijakan lanjutan yang dibutuhkan Harus ada kebijakan yang mengatur keseimbangan antara struktut jenis keahlian dan jumlah tenaga kerja lulusan SMK yang dibutuhkan dengan struktru yang disediakan Perlu ditetapkan satndar guru kejuruan lintas negara (Transnational Standard) Perlu kebijakan pelatihan guru/instruktur kejuruan pada jabatan-jabatan serta keterampilan yang mutakhir di industri Perlu ada kebijakan untuk memodernisasi pendidikan kejuruan Perlu ada kebijakan yang memungkinkan pendidikan kejuruan melayani semua kelompok masyarakat termasuk kelompok pengangguran Perlu peningkatan koordinasi antara badan standarisasi nasional pendidikan (PSNP) dengan badan nasional sertifikasi profesi (BNSP) Perlu peningktan koordinasi antara pendidikan dalam sekolah dengan pendidikan luar sekolah dalam penanganan pendidikan kejuruan Sumber = Pendidikan Kejuruan Di Indonesia.pdf oleh Prof.Dr.Ir.H.Bachtiar Hasan, MSIE Sejarah pendidikan teknologi dan kejuruan.pdf oleh Ana, S.Pd. M.Pd dkk

Anda mungkin juga menyukai