Anda di halaman 1dari 4

Perbandingan Pondasi Sumuran & Tiang Pancang di Kab Pacitan (M.

Ikhsan S)

135

Perbandingan Pondasi Sumuran dan Pondasi Tiang Pancang Beton Kasus : Abutment Jembatan Gunungsari Kabupaten Pacitan M Ikhsan Setiawan, ST, MT ABSTRAK Pembangunan jembatan yang berlokasi di desa Gunungsari, Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan dengan ukuran panjang 110 meter dan lebar 8 meter yang terbagi dalam 4 segmen yaitu bentang utama 40 meter dan bentang tambahan 20+25+25 meter. Konstruksi bangunan atas dipakai balok pratekan dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh produsen. Dalam skripsi ini akan dibahas perencanan pondasi jembatan dengan tiang pancang atau dengan sumuran mana yang lebih efektif. Dan efisien dari segi biaya pembangunan jembatan tersebut lebih murah jika menggunakan pondasi pancang dibandingkan dengan pondasi sumuran. Kata kunci : Pondasi sumuran, pondasi pancang, evaluasi
PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada pembangunan pondasi jembatan Pacitan ini diketahui bahwa diameter sumuran dan kedalaman pondasinya ditemukan adanya kendala dilapangan dalam pelaksanannya sehingga terjadi pembengkakan biaya maupun waktu. Dengan adanya beberapa kemungkinan kendala tersebut penulis berupaya untuk mencari alternative yaitu dengan cara mengganti pondasi sumuran tersebut dengan pondasi tiang pancang. Alternatif tersebut diajukan karena pada dasarnya pemilihan type pondasi didasarkan atas: Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut Besarnya beban dan beratnya bangunan atas Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas. Pemakaian tiang pancang digunakan untuk suatu pondasi sebuah bangunan apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang letaknya sangat dalam. Tiang pancang yang dipakai adalah tiang pancang dari bahan beton atau Precast Reinforced Concrete Pile dari produsen, dimana ada beberapa keuntungan yang dapat dicapai antara lain mempunyai tekan yang besar, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan corrosive. Tinjauan Pustaka: Perencanaan jembatan secara garis besar dikelompokkan ke dalam 2 bagian utama yaitu perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah. Perhitungan muatan-muatan yang terjadi pada setiap bagian jembatan dihitung berdasarkan Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya (PMUJJR tahun 1986) sebagai berikut : Muatan primer Muatan sekunder

136

NEUTRON, Vol.5, No. 2, Agustus 2005: 135-138

Muatan khusus Design bangunan atas dilakukan dengan mendesain plat jembatan dan balok Tnya. Jembatan Guungsari direncanakan untuk lalulintas sedang, sehingga direncanakan dengan beban standard Bina Marga 100 % (BM 100) dengan lebar 6 meter dengan trotoar kanan kiri dengan lebar 50 cm. bangunan atas dipilih konstruksi beton prategang postensioning dengan pertimbangan konstruksi tersebut merupakan alternatif yang murah karena tidakmembutuhkan perancah saat pembangunannya dan dapat dilaksanakan delam waktu yang relatif singkat. Untuk design bangunan bawah dibedakan penggunaan pondasinya atas pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam yang dipakai adalah pondasi tiang pancang dimana berdasarkan cara pemindahan beban tiang pancang dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu: Point bearing pile Friction pile Point bearing dan friction pile Untuk pondasi sumuran dipakai apabila lapisan tanah keras terdapat pada kedalaman 3-5 meter maka untuk membuat pondasi langsung pada lapisan tanah dasar pondasi harus diperbaiki dengan cara pemadatan tanah atau urugan pasir. Pelaksanaan pondasi sumuran tidak dapat dilakukan jika pengeringan air tanah dalam sumuran tidak mampu dilaksanakan dengan pompa air. Kepala jembatan (abutment) berfungsi sebagai : Tumpuan bangunan atas Dinding penahan tanah timbunan Pile cap Perencanaan kepala jembatan memperhitungkan gaya-gaya yang bekerja sebagai berikut: Beban bangunan atas Beban hidup akibat beban lalulintas Berat tanah isian Tekanan tanah aktif Gaya gesekan akibat berat bangunan atas pada tumpuan Gaya rem Gaya akibat aliran air Gaya gempa HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil. berdasarkan analisa data dapat diketahui bahwa perlu dilakukan perbandingan penggunaan pondasi tiang pancang dan pondasi sumuran . Sistem pondasi penggunaan type pondasi tiang pancang sangat cocok dipakai pada pelaksanaan pembangunan jembatan Gunungsari dan daerah sekitarnya, serta berdasarkan analisa sistem pondasi penggunaan type pondasi tiang pancang sangat tepat karena pada pilar dan abutment yang lain direncanakan menggunakan pondasi tiang pancang sehingga tidak akan terjadi penurunan pondasi yang berbeda, dan terjadinya dinamika struktur yang berlebihan.

Perbandingan Pondasi Sumuran & Tiang Pancang di Kab Pacitan (M. Ikhsan S)

137

Dari hasil analisa biaya didapat bahwa biaya pondasi sumuran lebih mahal dibandingkan dengan pondasi tiang pancang. Selain itu dari segi waktu dapat disimpulkan bahwa penggunaan pondasi pancang lebih cepat dibandingkan dengan pondasi sumuran yang lama dan membutuhkan ketelitian dalam pengerjaan pengecoran betonnya supaya dapat dihasilkan mutu beton yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : Penyelidikan tanah lapangan dan laboratorium serta analisa sistem pondasi ternyata didaerah Gunungsari cocok jika memakai jenis pondasi tiang pancang karena lapisan tanah keras letaknya cukup dalam, dan menghindari terjadinya perbedaan penurunan pondasi. Dari hasil perbandingan didapatkan bahwa estimasi biaya pembuatan kedua jenis ponadsi tersebut menunjukkkan adanya perbedaan sebesar Rp. 85.524.000,- dimana biaya pembuatan pondasi tiang pancang lebih murah jika dibandingkan dengan pondasi sumuran. Saran. Saran berdasarkan pembahasan diatas adalah sbb: Dalam pelaksanan pembangunan jembatan Gunungsari khususnya pada pekerjaan abutment arah Pagotan menggunakan pondasi tiang pancang. REFERENSI Cheng, Liu & Evett, Jack B. (1937). Soil and Foundations, Enlewood Cliffs, New Jersey. DPUTL (1979) Peraturan Beton Bertulang Indonesia YLPMB, Bandung Daryanto (1994), Mekanika Bangunan, Bumi Aksara, Jakarta Gunawan T & margaret S (1997). Teori Soal dan Penyelesaian Mekanika Tanah, Delta Teknik Group, Jakarta Peck, R.B., Hanson. W.E. & Thornburn. T.H (1953). Teknik Pondasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Sardjono, HS. (1991). Pondasi Tiang Pancang Jilid I : Sinar Wijaya, Surabaya Sardjono, HS. (1991). Pondasi Tiang Pancang Jilid II : Sinar Wijaya, Surabaya

138

NEUTRON, Vol.5, No. 2, Agustus 2005: 135-138

Anda mungkin juga menyukai