Anda di halaman 1dari 85

PERTAHANAN TUBUH

dr. Simon Marpaung, M.Kes Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen
1

Pendahuluan
Sistem pertahanan imun menghasilkan proteksi terhadap sel asing dan abnormal dan membersihkan debris sel.
Imunitas mengacu kepada kemampuan tubuh menahan atau mengeliminasi benda asing atau sel abnormal yang potensial berbahaya.

1. Pertahanan terhadap patogen penginvasi, misalnya virus dan bakteri. 2. Pengeluaran sel-sel yang aus. 3. Identifikasi dan destruksi sel abnormal atau muatan yang berasal dari tubuh sendiri, diberi nama surveilans imun, adalah mekanisme pertahanan internal utama terhadap kanker. 4. Respons imun yang tidak sesuai yang menimbulkan alergi atau penyakit otoimun, menghasilkan antibodi terhadap tubuh sendiri. 5. Penolakan sel-sel jaringan asing dalam transplantasi organ.
3

Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran utama sistem pertahanan imun.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak berinti. Bakteri patogen mencetuskan kerusakan jaringan dan menimbulkan penyakit dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Daya suatu patogen menimbulkan penyakit dikenal sebagai virulensi.
4

Virus hanya terdiri dari asam nukleat (DNA atau RNA) yang terbungkus di dalam suatu selubung protein. Virus tidak mampu menjalankan metabolisme atau reproduksi, kecuali jika mereka menginvasi sel pejamu (sel pada individu yang terinfeksi). Virus melemahkan sumber energi sel pejamu, memerintahkan sel pejamu untuk mensintesis protein-protein yang diperlukan oleh replikasi virus.
5

Virus dapat menimbulkan kerusakan atau kematian sel melalui empat cara umum, yaitu : Deplesi komponen-komponen sel yang esensial oleh virus. Pembentukan zat yang toksik bagi sel pejamu. Transformasi sel-sel pejamu normal menjadi sel-sel kanker. Penyatuan virus ke dalam sel sehingga sel-sel tersebut tidak lagi dianggap sebagai sel diri normal (dianggap asing).
6

Leukosit adalah sel-sel efektor pada sistem pertahanan imun.


Sel-sel yang bertanggung jawab atas berbagai strategi pertahanan imun adalah leukosit (sel darah putih) dan turunannya. 1. Neutrofil adalah spesialis fagositik yang sangat mudah bergerak (mobil). 2. Eosinofil mengeluarkan zat-zat kimiawi yang menghancurkan cacing parasit dan berperan dalam manifestasi alergi. 3. Basofil mengeluarkan histamin dan heparin, dan juga terlibat dalam manifestasi reaksi alergi.
7

4. Limfosit a. Limfosit B berubah menjadi sel plasma, mengeluarkan antibodi, menyebabkan destruksi benda asing. b. Limfosit T melibatkan destruksi langsung sel-sel yang terinvasi virus dan sel-sel mutan. 5. Monosit berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik.

Sebagian besar leukosit keluar dari pembuluh untuk berada di jaringan dalam tugas pertahanannya. Hampir semua leukosit berasal dari prekursor sel bakal yang umum di sumsum tulang dan kemudian dikeluarkan ke dalam darah. Satusatunya pengeculian adalah limfosit. Jaringan limfoid menghasilkan atau mengolah limfosit, mencakup kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, adenoid, apendiks (usus buntu), agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran
9

pencernaan yang disebut bercak Peyer atau gut associated lymphoid tissue (GALT) dan sumsum tulang. Jaringan-jaringan limfoid memiliki letak strategis untuk mencegat mikroorganisme invasif. Sebagai contoh, limfosit yang menempati tonsil dan adenoid berada di tempat yang strategis untuk menyambut mikroba-mikroba yang masuk melalui inhalasi, sedangkan mikroorganisme yang masuk melalui sistem pencernaan akan Segera bertemu dengan limfosit di apendiks
10

Patogen-patogen potensial disaring oleh kelenjar-kelenjar limfe. Limpa, jaringan limfoid terbesar, melakukan fungsi imun terhadap darah serupa dengan fungsi yang dilakukan oleh kelenjar limfe terhadap limfe. Timus dan sumsum tulang masing-masing berperan penting dalam mengolah limfosit T dan B untuk mempersiapkan sel-sel tersebut menjalankan strategi-strategi imun spesifik mereka.
11

Respons imun mungkin bersifat non spesifik atau spesifik.


Respons imun non spesifik adalah respons pertahanan inheren yang secara non selektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal dari jenis apapun walaupun baru pertama kali terpajan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk agen infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau luka bakar.
12

Respons imun spesifik, di pihak lain, secara selektif menyerang benda asing tertentu yang telah mereka temui sebelumnya, diperantarai oleh limfosit, setelah mendapat pajanan berikutnya ke agen yang sama, mengenali dan secara diskriminatif melawan agen tersebut.

13

Respons Imun Non Spesifik Pertahanan non spesifik mencakup peradangan, interferon, sel natural killer, dan sistem komplemen.
Pertahanan-pertahanan non spesifik yang beraksi adalah : 1. Peradangan, suatu respons non spesifik terhadap cedera jaringan, neutrofil dan makrofag berperan penting, disertai bantuan dari sel-sel imun jenis lain. 2. Interferon, sekelompok protein yang secara non spesifik mempertahankan
14

tubuh terhadap infeksi virus. 3. Sel natural killer, sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan relatif non spesifik melisiskan (menyebabkan ruptur) dan menghancurkan sel pejamu yang terinfeksi virus dan sel kanker. 4. Sistem komplemen, sekelompok protein plasma inaktif, diaktifkan secara sekuensial, menghancurkan sel asing dengan menyerang membran plasma. Secara non spesifik diaktifkan oleh adanya benda asing, juga dapat diaktifkan oleh antibodi yang dihasilkan sebagai bagian dari respons imun spesifik terhadap mikro organisme tertentu.
15

Berbagai komponen dalam sistem imun melakukan interaksi yang erat dan saling bergantung satu sama lain, sehingga sistem ini sangat canggih dan efektif.

16

Peradangan adalah respons non spesifik terhadap invasi benda asing atau kerusakan jaringan.
Peradangan mengacu kepada serangkaian proses non spesifik inheren sebagai respons terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan, atau keduanya. Tujuan akhir dari peradangan adalah untuk menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang cedera atau terinvasi agar keduanya dapat : 1. Mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan agen yang masuk.
17

2. Membersihkan debris. 3. Mempersiapkan jaringan untuk penyembuhan dan perbaikan.

proses

18

Rangkaian kejadian pada respons peradangan terhadap masuknya bakteri melalui celah di kulit.
Kejadian Komentar Pertahanan oleh makrofag residen melakukan pertahanan sebelum mekanisme lain dapat dimobilisasi. Vasodilatasi lokal menginduksi pengeluaran histamin dari sel mast, meningkatkan aliran darah lokal untuk lebih banyak menyalurkan leukosit fagositik dan
19

protein plasma, misalnya protein dari sistem pembekuan dan komplemen, ke tempat peradangan, menimbulkan kemerahan dan rasa panas setempat. Peningkatan permeabilitas kapiler diinduksi oleh histamin, memungkinkan protein plasma keluar ke jaringan yang meradang. Edema lokal terjadi akibat peningkatan tekanan osmotik koloid di cairan interstisium yang disebabkan oleh kebocoran protein
20

plasma dan peningkatan tekanan darah kapiler akibat peningkatan aliran darah lokal, menimbulkan pembengkakan dan nyeri setempat. Pembatasan (pengepungan) daerah yang meradang ditimbulkan oleh pembentukan bekuan di cairan interstisium yang mengelilingi bakteri setelah faktor pembekuan yang bocor diaktifkan oleh kontak dengan tromboplastin jaringan.
21

Emigrasi leukosit, terutama monosit, yang matang menjadi makrofag jaringan, dan neutrofil dilakukan melalui proses marginalisasi, diapedesis, gerakan amuboid, dan kemotaksis. Proliferasi leukosit disebabkan oleh pengeluaran leukosit (yang sudah dibentuk sebelumnya) dari sumsum tulang, serta peningkatan pembentukan leukosit baru. Destruksi bakteri oleh leukosit dilakukan oleh neutrofil dan makrofag di tempat
22

Sekresi mediator peradangan oleh fagosit membunuh bakteri melalui cara-cara non fagositik, merangsang pengeluaran histamin, menginduksi manifestasi sistemik seperti demam, mencetuskan sistem pembekuan dan anti pembekuan, mengaktifkan sistem kinin yang memperkuat banyak proses peradangan dan mengaktifkan reseptor nyeri lokal, menurunkan konsentrasi besi dalam plasma yang diperlukan untuk multiplikasi bakteri, merangsang pelepasan protein fase akut dari
23

hati yang menggunakan berbagai respons imun, merangsang produksi neutrofil, meningkatkan proliferasi dan deferensiasi sel B dan T. Perbaikan jaringan dilakukan dengan mengganti sel-sel yang hilang melalui pembelahan sel-sel spesifik organ yang sehat di sekitarnya atau pembentukan jaringan parut oleh fibroblas jaringan ikat.

24

Emigrasi Leukosit dari Darah


Leukosit beremigrasi dari darah ke dalam jaringan dengan berperilaku seperti amuba dan menyelinap melalui pori-pori kapiler suatu proses yang dikenal sebagai diapedesis.

25

Destruksi Bakteri oleh Leukosit


Neutrofil dan makrofag membersihkan daerah yang meradang dari zat-zat toksik atau infeksius serta debris jaringan. Kedua sel tersebut melakukan dengan cara fagositik dan non fagositik.

26

Fagositosis
Fagositosis melibatkan pencaplokan dan degradasi (penguraian) intrasel partikel asing dan debris jaringan.

27

Pus (nanah) yang terbentuk pada luka terinfeksi adalah kumpulan dari sel-sel fagositik ini, baik yang hidup maupun mati, jaringan nekrotik (mati) dicairkan oleh enzimenzim lisosom yang dikeluarkan oleh sel fagositik dan bakteri. Beberapa prosedur selektif yang memungkinkan fagosit mengenali sasaran untuk dihancurkan. 1. Jaringan mati dan banyak benda asing memiliki karakteristik permukaan yang berbeda dengan sel tubuh normal.
28

Sebagai contoh, kekasaran permukaan yang terjadi akibat cedera traumatik meningkatkan kemungkinan fagositosis debris sel. 2. Partikel asing secara sengaja ditandai untuk difagositosis dengan melapisinya dengan mediator-mediator kimiawi yang dihasilkan oleh sistem imun, dikenal sebagai opsonin. Opsonin yang paling penting adalah antibodi dan salah satu protein sistem komplemen yang sudah diaktifkan.
29

Mekanisme Kerja Opsonin


Salah satu molekul komplemen yang sudah diaktifkan, menghubungkan sebuah sel asing, misalnya bakteri, dan sebuah sel fagositik dengan berikatan secara non spesifik dengan permukaan sel asing dan secara spesifik dengan reseptor membran plasma di permukaan fagosit. Hubungan ini memastikan bahwa korban tidak melarikan diri sebelum dimakan oleh fagosit.
30

Mediasi Respons Peradangan oleh Zat Kimia yang Dikeluarkan Fagosit


Fagosit yang dirangsang oleh mikroba menghasilkan banyak zat kimiawi, yang berfungsi sebagai mediator respons peradangan, menginduksi berbagai aktivitas imun yang saling berkaitan, bervariasi dari respons lokal sampai manifestasi sistemik.

31

Fungsi terpenting sekresi fagositik adalah : 1. Sebagian zat kimia, mematikan mikroba yang belum difagosit. Sebagai suatu cara destruksi, neutrofil mengeluarkan laktoferin, suatu protein yang mengikat erat besi, sehingga tidak tersedia besi untuk digunakan oleh bakteri. 2. Sekresi fagositik merangsang pengeluaran histamin dari sel mast di sekitarnya, menginduksi vasodilatasi lokal dan meningkatkan permeabilitas vaskuler yang menyertai peradangan. 3. Sekresi fagositik mencetuskan sistem pembekuan dan anti pembekuan.
32

4. Sekresi fagositik memecah kininogen, yaitu protein plasma prekursor inaktif yang disintesis di hati, menjadi kinin yang aktif. Kalikrein yang dihasilkan oleh neutrofil dapat melaksanakan pengaktifan ini. Kinin akan meningkatkan berbagai proses peradangan. a. Merangsang sistem komplemen. b. Memperkuat perubahan vaskuler oleh histamin. c. Mengaktifkan reseptor-reseptor nyeri di sekitarnya. d. Sebagai kemotaksin.
33

Melalui mekanisme umpan balik positif, neutrofil yang baru datang mengeluarkan kalikrein. 5. Sekresi fagositik menginduksi timbulnpenya demam, melalui pelepasan pirogen endogen (endogenous pyrogen, EP). Pirogen endogen menyebabkan pengeluaran prostaglandin, suatu perantara kimiawi lokal, di dalam hipotalamus yang menaikkan termostat hipotalamus yang mengatur suhu tubuh, suhu yang lebih tinggi meningkatkan proses fagositosis dan meningkatkan kecepatan aktivitas peradangan yang bergantung pada enzim, peningkatan
34

suhu tubuh meningkatkan kebutuhan bakteri akan besi sekaligus menurunkan konsentrasi besi dalam plasma, mengganggu multiplikasi bakteri. Demam yang sangat tinggi dapat merusak, terutama pengaruhnya pada susunan saraf pusat, mengalami kejang akibat demam tinggi. 6. Sekresi fagositik menurunkan konsentrasi besi, menunjang multiplikasi bakteri berkurang. 7. Sekresi fagositik merangsang granulopoiesis, sintesis dan pelepasan neutrofil dan granulosit lain oleh sumsum tulang.
35

8. Sekresi fagositik merangsang pengeluaran protein fase akut dari hati, menimbulkan berbagai efek yang berkaitan dengan proses peradangan, perbaikan jaringan, dan aktivitas sel imun. Ketiga efek terakhit (reduksi besi plasma, peningkatan granulopoiesis dan pengeluaran protein fase akut) semuanya disebabkan oleh mediator endogen leukosit (leukocyte endogenous mediator, LEM), suatu mediator kimiawi yang disekresikan oleh makrofag. LEM dan EP merupakan zat yang sama atau paling sedikit berhubungan sangat erat.
36

9. Sekresi itu meningkatkan proliferasi dan diferensiasi limfosit B dan T, menghasilkan antibodi dan imunitas seluler. Interleukin 1 (IL-1) suatu produk sekretorik yang dikeluarkan oleh makrofag berperan menimbulkan efek ini pada limfosit. IL-1 dengan EP dan LEM menyebabkan berbagai efek di seluruh tubuh, yang semuanya ditujukan untuk mempertahankan tubuh dari infeksi atau cedera jaringan. Pengeluaran EP/LEM/IL-1 dapat dipicu oleh keadaan-keadaan penuh stress yang tidak berkaitan dengan invasi mikroba (sebagai contoh, selama olahraga).
37

Perbaikan Jaringan
Tujuan akhir proses peradangan adalah untuk mengisolasi dan menghancurkan zat-zat perusak dan untuk membersihkan darah tersebut agar dapat dilakukan perbaikan jaringan. Di sebagian jaringan (sebagai contoh, kulit, tulang, dan hati), sel-sel spesifik organ yang masih sehat mengalami pembelahan sel sehingga perbaikannya sering sempurna.
38

Di jaringan yang bersifat non regeneratif, misalnya saraf dan otot, sel-sel yang hilang diganti oleh jaringan parut. Fibroblas, sejenis sel jaringan ikat, mulai membelah secara cepat di sekitar tempat cedera dan mengeluarkan sejumlah besar protein kolagen, menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Kadang-kadang terbentuk jika strukturstruktur kompleks di bawahnya, misalnya folikel rambut dan kelenjar keringat, mengalami kerusakan permanen akibat luka dalam.
39

Salisilat dan glukokortikoid menekan respons peradangan


Berbagai obat dapat menekan proses peradangan adalah salisilat dan senyawa terkaitnya (obat jenis aspirin) dan glukokortikoid (obat yang mirip dengan hormon steroid kortisol yang dihasilkan oleh korteks adrenal). Salisilat mengganggu respons peradangan dengan menurunkan pengeluaran histamin, sehingga terjadi penurunan pembengkakan, kemerahan,
40

dan nyeri. Selain itu, salisilat menurunkan demam dengan menghambat pembentukan prostaglandin, mediator lokal pada demam yang disebabkan oleh EP. Glukokortikoid menekan hampir semua aspek respons peradangan, menghancurkan limfosit, dan menurunkan produksi antibodi, mengobati imun yang tidak diinginkan, misalnya reaksi alergi (sebagai contoh, asma dan ruam poison ivy), dan peradangan yang berkaitan dengan artritis, juga menurunkan
41

Interferon secara sementara menghambat multiplikasi virus di sebagian besar sel


Interferon secara singkat menghasilkan resistensi non spesifik terhadap infeksi virus dengan secara sementara menghambat replikasi virus yang sama atau virus terkait lainnya. Sewaktu virus menginvasi sebuah sel, keberadaan asam nukleat virus menginduksi perangkat genetik sel untuk membentuk interferon, yang kemudian
42

Setelah dilepaskan, interferon berikatan dengan reseptor di membran plasma sel-sel, memberi sinyal agar sel-sel tersebut mempersiapkan diri terhadap kemungkinan serangan virus. Interferon memicu pembentukan enzim-enzim penghambat virus oleh sel pejamu, menginduksi sel-sel lain ini untuk membentuk enzim-enzim yang dapat merusak RNA messenger virus dan menghambat sintesis protein, yang keduanya esensial bagi replikasi virus.
43

Enzim-enzim inhibitor yang baru dibentuk ini tetap inaktif di dalam sel-sel pejamu. Enzim menjadi aktif oleh keberadaan asam nukleat virus. Perlunya pengaktifan tersebut melindungi RNA messenger dan tidak terjadi invasi virus. Interferon dikeluarkan secara non spesifik. Interferon merupakan suatu strategi pertahanan yang dengan cepat berespons dan bersifat umum terhadap invasi virus sampai mekanisme imun yang lebih spesifik,
44

namun lebih lambat beraksi, mempermudah inhibisi replikasi virus, juga memperkuat aktivitas imun lain. Sebagai contoh, interferon meningkatkan aktivitas fagositik makrofag dan merangsang pembentukan antibodi, memiliki efek anti kanker selain efek anti virus. Interferon sangat meningkatkan kerja sel-sel pembunuh, sel natural killer, dan jenis khusus limfosit T, yaitu sel T sitotoksik, yang menyerang dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker, memperlambat
45

pembelahan sel, dan menekan pertumbuhan tumor.

46

Sel natural killer menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker pada perjumpaan pertama mereka
Sel natural killer adalah sel-sel mirip limfosit yang secara non spesifik menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker dengan secara langsung melisiskan membran sel-sel tersebut pada saat pertama kali berjumpa. Cara kerja sel ini dan sasaran utamanya serupa dengan sel T sitotoksik.
47

Sel natural killer membentuk pertahanan yang bersifat segera dan non spesifik terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker sebelum sel T sitotoksik yang lebih spesifik dan lebih banyak berfungsi.

48

Sistem komplemen mematikan mikroorganisme secara langsung sendiri atau dengan bekerja sama dengan antibodi pada saat memperkuat respons peradangan
Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan lain yang diaktifkan secara non spesifik sebagai respons terhadap invasi organisme. Sistem ini juga dapat diaktifkan oleh antibodi sebagai bagian dari strategi imun spesifik, melengkapi (complement) kerja
49

antibodi, yaitu mekanisme primer yang diaktifkan oleh antibodi untuk mematikan selsel asing. Sistem komplemen terdiri dari protein-protein plasma yang dihasilkan oleh hati dan beredar dalam darah dalam bentuk inaktif. Setelah komponen pertama, C1, diaktifkan, komponen tersebut akan mengaktifkan komponen berikutnya, C2, dan demikian seterusnya. Lima komponen terakhir C5 sampai C9 membentuk kompleks protein besar, seperti
50

donat, membrane attack complex, yang menyerang membran permukaan mikroorganisme di dekatnya dengan membenamkan dirinya, sehingga terbentuk sebuah saluran besar di membran permukaan mikroba tersebut. Teknik membolongi ini menyebabkan membran bocor, terjadi fluks osmotik air ke dalam sel korban, sehingga sel tersebut membengkak dan pecah. Lisis yang diinduksi oleh komplemen ini adalah cara utama pembunuhan mikroba tanpa proses
51

Jenjang komplemen dapat diaktifkan melalui dua cara , yaitu : 1. Memajankannya ke rantai karbohidrat tertentu yang terdapat di permukaan mikroorganisme, tetapi tidak terdapat di sel manusia (jalur alternatif respons imun non spesifik). 2. Memajankannya ke antibodi yang dibentuk untuk melawan zat asing tertentu (jalur klasik, respons imun spesifik).

52

Respons Imun Spesifik : Konsep Umum Respons imun spesifik mencakup imunitas yang diperantarai oleh antibodi yang dilaksanakan oleh turunan limfosit B dan imunitas yang diperantarai oleh sel yang dilaksanakan oleh limfosit T
Respons imun spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau menetralisasi sasaran tertentu yang oleh
53

tubuh telah dipersiapkan untuk dihadapi karena tubuh sebelumnya sudah pernah terpajan ke sasaran tersebut. Terdapat dua kelas respons imun spesifik, yaitu : 1. Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral oleh turunan limfosit B yang dikenal sebagai sel plasma. 2. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas seluler yang melibatkan pembentukan limfosit T aktif yang secara langsung menyerang sel-sel yang tidak diinginkan.
54

Kedua jenis limfosit berasal dari sel bakal yang sama di sumsum tulang, akan menjadi sel B atau T bergantung pada tempat diferensiasi dan pematangan akhir dari sel semula, sebagian limfosit imatur bermigrasi melalui darah ke timus, menjadi limfosit T. Timus adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di garis tengah di dalam rongga dada di atas jantung dalam ruang di antara kedua paru. Limfosit yang matang tanpa memperoleh pendidikan dari timus menjadi
55

Tempat pematangan dan diferensiasi sel B masih belum jelas, diperkirakan berlangsung di sumsum tulang. Setelah dikeluarkan ke dalam darah dari sumsum tulang atau timus, sel B dan T matang berdiam di jaringan limfoid perifer. Setelah mendapat stimulasi yang tepat, menghasilkan generasi baru sel B atau T. Timus secara bertahap mengalami atrofi dan menjadi kurang penting seiring dengan semakin dewasanya individu.
56

Timus tetap menghasilkan timosin, suatu hormon yang penting untuk mempertahankan turunan sel T. Timosin meningkatkan proliferasi sel T baru di dalam jaringan limfoid perifer dan memperkuat kemampuan imunologik sel-sel T yang sudah ada.

57

Limfosit B : Imunitas Yang Diperantarai Antibodi Antibodi memperkuat respons peradangan untuk meningkatkan destruksi antigen yang merangsang produksi mereka
Setiap sel B dan sel T memiliki reseptor di permukaannya untuk mengikat salah satu jenis antigen. Pada kasus sel B, pengikatan dengan suatu antigen berdiferensiasi menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi.
58

Antibodi dikeluarkan ke dalam darah atau limfe, pada akhirnya memperoleh akses ke darah, tempat mereka dikenal sebagai globulin gamma atau imunoglobulin. Menurut perbedaan dalam aktivitas biologis, antibodi dikelompokkan menjadi lima sub kelas, yaitu : 1. Imunoglobulin IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons sel plasma.
59

2. IgG, imunoglobulin yang paling banyak di dalam darah, dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Bersama-sama, antibodi IgG dan IgM bertanggung jawab bagi sebagian besar respons imun spesifik terhadap bakteri dan beberapa jenis virus. 3. IgE adalah mediator antibodi untuk respons alergi, misalnya hay fever, asma, dan biduran.
60

4. Imunoglobulin IgA ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernafasan, dan genitourinaria, serta di dalam air susu dan air mata. 5. IgD terdapat di permukaan sel B, tetapi fungsinya masih belum jelas. Protein antibodi dari kelima sub kelas terdiri dari empat rantai polipeptida yang saling berhubungan, dua rantai panjang yang berat dan dua rantai pendek yang ringan, yang tersusun seperti huruf Y.
61

Karakteristik daerah lengan Y menentukan dengan antigen mana antibodi dapat diikat (yaitu, spesifisitas antibodi yang bersangkutan). Sifat bagian ekor antibodi, di pihak lain menentukan sifat fungsional antibodi (apa yang dilakukan antibodi setelah berikatan dengan antigen). Bagian ekor setiap antibodi dalam setiap sub kelas identik satu sama lain. Bagian ekor disebut daerah konstan (constant region, Fc) antibodi.
62

Perbedaan di daerah konstan merupakan dasar untuk membedakan sub kelas sub kelas antibodi. Contoh, daerah konstan antibodi IgG, apabila diaktifkan oleh pengikatan antigen di daerah Fab, akan berikatan dengan sel fagositosis. Daerah konstan antibodi IgE berikatan dengan sel mast dan basofil. Apabila antigen atau hapten yang sesuai masuk ke dalam tubuh dan berikatan dengan antibodi yang sudah melekat ke sel tersebut, mencetuskan pengeluaran histamin dari sel
63

mast dan basofil, kemudian mencetuskan manifestasi alergi. Imunoglobulin tidak dapat menghancurkan organisme asing atau benda yang tidak diinginkan secara langsung. Antibodi menjalankan efek protektifnya melalui dua cara umum, yaitu merintangi antigen secara fisik dan penguatan respons imun non spesifik.

64

Antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan efek yang merugikan. Contoh : mengikat toksin bakteri, mencegah zat kimia berbahaya ini berinteraksi dengan sel yang rentan, dikenal sebagai netralisasi.

65

Setiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan antibodi
Setiap limfosit B telah diprogram terhadap satu dari jutaan jenis antigen yang berlainan tersebut. Antigen lain tidak dapat berikatan dengan sel B yang sama dan menginduksinya untuk menghasilkan antibodi yang berbeda. Pengikatan antigen menyebabkan klon sel B yang sudah diaktifkan bermultiplikasi dan berdiferensiasi menjadi dua jenis sel, yaitu sel
66

Tidak semua limfosit B baru yang dihasilkan oleh pengaktifan klon berdiferensiasi menjadi sel plasma penghasil antibodi. Sebagian kecil limfosit B berubah menjadi sel pengingat (memory cell), yang tidak ikut serta dalam respons imun yang sedang berlangsung. Jika orang yang bersangkutan kembali bertemu dengan antigen yang sama, sel-sel pengingat ini sudah bersiap untuk melakukan tindakan yang lebih cepat daripada limfosit awal dalam klon.
67

Selama kontak awal dengan antigen mikroba, respons antibodi tertunda selama beberapa jam sampai sel-sel plasma terbentuk dan belum mencapai puncaknya sampai beberapa minggu, dikenal sebagai respons primer. Jika antigen yang sama muncul kembali, selsel pengingat yang berumur panjang tersebut melancarkan respons sekunder yang lebih cepat, lebih kuat, dan bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang terjadi selama respons primer.
68

Imunitas aktif dihasilkan secara spontan. Imunitas pasif merupakan pinjaman


Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen disebut sebagai imunitas aktif terhadap antigen tersebut. Imunitas pinjaman yang diperoleh segera setelah menerima antibodi yang sudah jadi dikenal sebagai imunitas pasif.

69

Limfosit T : Imunitas Yang Diperantarai Sel Tiga jenis sel T dikhususkan untuk mematikan sel pejamu yang terinfeksi virus serta untuk membantu atau menekan sel imun lain
Sel B mengeluarkan antibodi yang dapat menyerang antigen yang terletak jauh. Sel T tidak mengeluarkan antibodi.
70

Sel- sel ini harus berkontak langsung dengan sasaran, suatu proses yang dikenal sebagai imunitas yang diperantarai oleh sel (cellmediated immunity, imunitas seluler). Sel T bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap sel T memiliki protein-protein reseptor unik. Biasanya diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan ke antigen tertentu sebelum sel T tersensitisasi atau teraktivasi bersiap untuk melancarkan serangan imun seluler.
71

Selama beberapa hari, menghasilkan sejumlah besar sel T teraktivasi yang melaksanakan berbagai respons imunitas seluler. Terdapat tiga sub populasi sel T, bergantung pada peran mereka setelah diaktifkan oleh antigen. 1. Sel T sitotoksik, yang menghancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing, misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus, sel kanker, dan sel cangkokan.
72

2. Sel T penolong, yang meningkatkan perkembangan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan sel penekan (supresor) yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag. 3. Sel T penekan, yang menekan produksi antibodi sel B dan aktivitas sel T sitotoksik dan penolong. Secara kolektif, sub populasi sub populasi di atas disebut sel T regulatorik.

73

Sebagian kecil tetap berfungsi sebagai cadangan sel T pengingat yang siap berespons secara lebih cepat dan kuat apabila antigen asing tersebut muncul kembali di sel tubuh pejamu.

74

Penyakit Imun Penyakit defisiensi menurunkan resistensi invasi benda asing

imun terhadap

Abnormalitas fungsi sistem imun dapat menyebabkan timbulnya penyakit imun melalui dua cara, yaitu penyakit defisiensi dan serangan imun yang tidak sesuai. Penyakit defisiensi terjadi apabila sistem imun gagal berespons secara adekuat terhadap invasi benda asing, dapat bersifat kongenital
75

(terdapat sejak lahir) atau didapat (nonherediter), dan mungkin secara spesifik mengenai imunitas humoral, imunitas seluler, atau keduanya. Penyakit defisiensi imun yang paling baru dan tragisnya yang paling sering dijumpai adalah AIDS yang seperti dijelaskan sebelumnya, disebabkan oleh HIV, suatu virus yang menyerang dan melumpuhkan sel T penolong.

76

Serangan imun yang tidak sesuai terhadap bahan lingkungan yang tidak berbahaya menimbulkan alergi
Kategori lain penyakit imun adalah serangan imun spesifik yang tidak sesuai dan menimbulkan reaksi yang merugikan tubuh. Kategori ini mencakup : 1. Respons otoimun, yakni sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. 2. Penyakit kompleks imun, yakni respons antibodi yang berlebihan dan tumpah merusak jaringan normal. 3. Alergi.
77

Alergi adalah akuisisi reaktivitas imun spesifik yang tidak sesuai, atau hipersensitivitas, terhadap bahan-bahan lingkungan yang dalam keadaan normal tidak berbahaya, misalnya debu atau serbuk sari. Bahan penyebab, yang dikenal sebagai alergen, mungkin merupakan antigen atau berupa hapten yang menjadi antigen hanya apabila berikatan dengan suatu protein tubuh.

78

Respons alergi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yang berlainan, yaitu hipersensitivitas tipe cepat (immediate hypersensitivity) dan hipersensitivitas tipe lambat (delayed hypersensitivity). Pada hipersensitivitas tipe cepat, respons alergi muncul dalam waktu sekitar dua puluh menit setelah orang yang tersensitisasi terpajan ke alergen, sementara pada hipersensitivitas tipe lambat, reaksi biasanya muncul satu hari atau lebih setelah pajanan.
79

Reaksi alergi tipe cepat melibatkan sel B dan dicetuskan oleh interaksi antibodi dengan alergen. Reaksi tipe lambat melibatkan sel T dan proses imunitas seluler terhadap alergen yang berlangsung lebih lambat.

80

Pertahanan Eksternal
Mekanisme pertahanan eksternal yang dirancang untuk mencegah penetrasi mikroba apabila jaringan tubuh terpajan ke lingkungan eksternal. Pertahanan eksternal adalah kulit, atau integumen yang menutupi bagian luar tubuh.

81

Kulit terdiri dari epidermis protektif di sebelah luar dan dermis jaringan ikat di sebelah dalam
Kulit terdiri dari dua lapisan, epidermis di sebelah luar dan dermis di sebelah dalam. Epidermis terdiri dari banyak lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam terdiri dari sel-sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel-sel di lapisan luar mati dan menggepeng.
82

Sel-selnya mendapat makanan melalui difusi nutrien dari jaringan pembuluh di dermis di bawahnya. Lapisan luar secara kontinu mengalami tekanan dan wear and tear, menyebabkan sel-sel tua mati dan menggepeng. Sewaktu sel-sel di brosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan menjadi lapisan keratinisasi protektif-kuat. Skuama pada lapisan keratinisasi paling luar yang terkelupas atau tanggal akibat abrasi, secara
83

terus menerus diganti melalui pembelahan sel di lapisan epidermis sebelah dalam. Lapisan ini berfungsi menahan lewatnya bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Sebagai contoh, lapisan ini memperkecil kehilangan air dan konstituen vital lain dari tubuh. Pada jaringan yang tidak terlindung, terjadi infeksi bakteri, pengeluaran air tubuh dan protein plasma. Umumnya kulit memodifikasi senyawasenyawa yang berkontak dengannya.
84

Sebagai contoh, enzim-enzim epidermis mampu mengubah banyak zat berpotensi karsinogen menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elastin (untuk peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta sejumlah besar pembuluh darah dan ujung-ujung saraf khusus. Pembuluh darah dermis tidak hanya memasok darah ke dermis dan epidermis, tetapi juga
85

Anda mungkin juga menyukai