Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Secara Etimologis antara kata konstitusi, konstitusional, dan konstitusionalisme inti maknanya sama, namun penggunaan nya berbeda. Konsititusi adalah segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan atau undang-undang dasar suatu Negara. Pemahaman awal tentang konstitusi pada masa itu, hanyalah merupakan suatu kumpulan dari peraturan serta adatkebiasaan semata-mata. Konstitusi sebagai undang-undang dasar dan hukum dasar yang mempunyai arti penting atau sering disebut dengan konstitusi modern, baru munculsebgai pemenuhan kebutuh an rakyat akan kehadiran lembaga legislative. Konstitusi modern diharapkan bisa merupakan jaminan bagi pelaksanaan hak-hak asasi manusia serta paham welfare state, sekaligus memberikan perlindungan secara yuridis konstitusional. Istilah konstitusi berasal dari bahasa perancis, yaitu constituer, yang berarti membentuk.Maksud dari istilah tersebut ialah pembentukan suatu Negara atau menyusun suatu Negara1.Jadi, konstitusi itu menggambarkan hubungan antara raja, parlemen, kabinet, partai politik, dan lain-lain.Sedangkan pengertian konstitusi menurut pengertian yuridis adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan Negara dan sendi-sendi pemerintahan.Jadi, konstitusi ialah hukum dasar yang sangat berperan dalam mengatur, memberi arahan sekaligus sebagai tumpuan dalam bernegara, supaya tercipta kesejahteraan, persatuan, dan kesatuan.Hingga saat ini, hampir tidak ada Negara yang tidak memiliki konstitusi.Hal ini menunjukkan betapa urgennya sebuah konstitusi dalam suatu Negara.Di Negara Indonesia, konstitusinya tidak lepas dari pengamalan pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia. Konstitusi dengan istilah lain constitusion atau versaung di bedakan dari undang undang dasar atau groundgesetsz. Herman heller menyatakan , bahwa konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari pada undang undang dasar. Sedangkan istilah undang- undang dasar merupakan terjemahan istilah yang dalam bahasa belandanya gronwet. Perkataan wet diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia undang undang dan grond berarti tanah atau dasar.2

1 2

Wirjono projodikoro, asas-asas Hukum Tata Negara Di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, 1989, hal. 10 Moh. Kusnardi dan Harmaly Ibrahim, HUkum Tata Negara Indonesia , jakarta :pusat studi HTN, 1983 cet.5, hal 64-65

Konstitusi Negara yang biasanya disebut sebagai hukum fundamental Negara , merupakan dasar dari tatanan hukum nasional . konsep konstitusi menurut tinjauan hukum, memang tidak sama dengan konsep konstitusi menurut tinjauan toeri dari segi politik. Konstitusi menurut pengertan hukum adalah apa yang sebelumnya kita sebut konstitusi dalam pengertian materialnya , yang meliputi norma- norma yang mengatur proses pembentukan suatu undang-undang . seperti di gunakan dalam teori politik, konsep konstitusi mencakup juga norma-norma yang mengatur pembentukan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan yudikatif tertinggi. Konstitusi mempunyai kedudukan sebagai hukum dasar, karena berisi aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara, juga memuat tentang lembaga negara sekaligus kewenangannya, serta peraturan perundang-undangan besrta isinya.Konstitusi juga mempunyai kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam suatu Negara. Aturan yang terdapat dalam konstitusi pun mempunyai kedudukan yang lebih tinggi terhadap aturan lainnya, sehingga aturan lain harus sesuai dengan konstitusi. Konstitusi Negara yang biasanya disebut sebagai hukum fundamental Negara , merupakan dasar dari tatanan hukum nasional . konsep konstitusi menurut tinjauan hukum, memang tidak sama dengan konsep konstitusi menurut tinjauan toeri dari segi politik. Konstitusi menurut pengertan hukum adalah apa yang sebelumnya kita sebut konstitusi dalam pengertian materialnya , yang meliputi norma- norma yang mengatur proses pembentukan suatu undang-undang . seperti di gunakan dalam teori politik, konsep konstitusi mencakup juga norma-norma yang mengatur pembentukan dan kompetensi dari organ-organ eksekutif dan yudikatif tertinggi.3

B. RUMUSAN MASALAH Dari sedikit gambaran diatas tentu akan memunculkan beberapa pertanyaan antara lain sebagai berikut: A. Kedudukan dan fungsi konstitusi sebagai sumber HTN ? B. Materi muatan konstitusi ? C. interperstasi konstitusi ? D. teori tentang perubahan UUD 1945? E. Hak-hak konstitusi warga negara ? F. Lembaga negara penegak hak konstitusional warga negara ?

hans kelsen, teori umum tentang hukum dan negara, nusa media, bandung, cet.vii, 2011, hal. 364

PEMBAHASAN

A. KEDUDUKAN DAN FUNGSI KONSTITUSI SEBAGAI SUMBER HTN Kedudukan konstitusi atau hukum dasar negara yang tertulis dinilai paling tinggi kedudukannya dibandingkan dengan peraturan-peraturan yang lain. Dan kedudukan nya pun sekaky berubah dari zaman ke zaman, dalam sejarahnya di dunia barat, konstitusi dimaksudkan untuk menentukan batas wewenang penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya pemerintahan. Dengan kebangkitan paham kebangsaan sebagai kekuatan pemersatu, serta dengan kelahiran demokrasi sebagai paham politik, untuk mengatur kehidupan bersama dan untuk mencapai citacitanya dalam bentuk Negara. Berhubung dengan itu konstitusi di zaman modern tidak hanya memuat aturan-aturan hukum, tetapi juga merumuskan atau menyimpulkan prinsip-prinsip hukum, haluan Negara, dan patokan kebijaksanaan, yang kesemuanya mengikat penguasa.4 Jadi dapat di simpulkan bahwa sebenarnya kedudukan konstitusi sebagai sumber hukum tata Negara itu dapat di bedakan menjadi tiga, adapun masing masing dari kedudukan konstitusi sebagai sumber hukum tata Negara adalah sebagai berikut : 1. Dengan adanya UUD baik penguasa dapat mengetahui aturan / ketentuan pokok mendasar mengenai ketatanegaraan. 2. Sebagai hukum dasar. 3. Sebagai hukum yang tertinggi Konstitusi memiliki fungsi-fungsi yang oleh Jimly Asshiddiqie, guru besar hukum tata Negara UI diperinci sebagai berikut:5 1. 2. 3. 4. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ Negara. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan Negara Fungsi pengatur hubungan kekuasaan atar organ Negara dan warga Negara Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan Negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan Negara 5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yangasli kepada organ Negara
4

Prof. Dr.H. Dahlan Thaib , S.H, M.Si, Jazim Hamidi, S.H, M.Hum, Hj. Nimatul Huda, S.H, M.Hum, Teori dan Hukum Konstitusi,PT Raja Grafindo Persada, jakarta, 2006, hal. 17-18 5 Jimly Asshiddiqie, konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia di masa depan, Jakarta, 2002 , hal 33

6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan, serta sebagai center of ceremony 7. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya di bidang politikm maupun dalam arti luas mencakup bidang social dan ekonomi 8. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembarauan masyarakat Konstitusi dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh negara dan pejabat-pejabat pemerintah sekalipun. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950, UUD 1945. Di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undang-undang dasar mempunyai fungsi yang khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak warga Negara akan lebih terlindungi. Cara pembatasan yang dianggap paling efektif ialah dengan jalan membagi kekuasaan. Pembatasan-pembatasan ini tercermin dalam undang-undang dasar atau konstitusi. Jadi, dalam anggapan ini, konstitusimempunyai fungsi yang khusus dan merupakan perwujudan atau manifestasi dari hukum yang tertinggi yang harus ditaati, bukan hanya oleh rakyat tetapi oleh pemerintah serta penguasa sekalipun.6 Usaha Negara dalam atau untuk mencapai tujuan masyarakat negaranya dalam konstitutsi telahdi tentukan adanya bermacam-macam lemabaga Negara. Suapaya tidak terjadi penyalah gunaan suatu kekuasaan atau wewenang yang di berikan, serta kedudukan dan juga tugas maing masng lembaga Negara juga di tentukan. Hal ini berarti adanya pembatasan kekuasaan terhadap lembaga-lembaga tersebut menjadi atau meliputi dua hal. Adapun kedua hal tersebut adalah : 1. Pembatasan kekuasaan yang meliputi isi kekuasaannya 2. Pembatasan kekuasaan yang berkenaan dengan waktu di jalankannya kekuasaan tersebut. Pembatasan kekuasaan dalam arti isi mengandung arti, bahwa dalam konstitusiditentukan tugas serta wewenang lembaga-lembaga Negara. Bahkan terhadap lembaga Negara yang mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam usaha pencapaiantujuan Negara, dalam hal ini pemerintah, masih mendapat pengawasan dari lembaga/ permusyawaratan rakyat.

Miriam budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta. 1991, hal. 97-99

B. MATERI MUATAN KONSTITUSI Secara garis besar nya konstitusi ini memuat tiga hal yang penting yaitu : a. Ada jaminan terhadap HAM dan warga Negara b. Ada pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental c. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat fundamental, namun selain 3 hal Ini ada pun muatan-muatan lain yang cukup penting seperti : a. Bentuk Negara b. Bentuk pemerintahan nya c. Identitas Negara (contoh :bendera) d. Prinsip-prinsip buatan rakyat dan Negara hukum e. Hal keuangan Menurut Miriam budiardjo, setiap undang undang dasar memuat ketentuan ketentuan mengenai : 1. Organisasi negara , misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislative, eksekutif, dan yudikatif; pemabgian kekuasaan antara pemerintah federal danpemerintah negara bagian ; prosedur menelesaikan ,\masalah pelanggaran yurisdriksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya 2. Hak-hak asasi manusia 3. Prosedur mengubah undang undang dasar 4. Ada kalanya memuat larangan-larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-udang dasar.7 Sebenarnya konstitusi dalam arti formal mengandung unsur-unsur yang sangat berbeda dari norma-norma konstitusi dalam arti material. Sementara itu , meskipun ada suatu bentuk khusus , ada norma norma konstitusi (dalam arti material) yang tidak tampak dalam bentuk khusus konstitusi antara lain : a. Pembukaan Satu bagian tradisional dari instrument yang di sebut konstitusi adalah sebuah khidmat yang di sebut dengan pembukaan, yang menyatakan ide-ide politik, moral, dan keagamaan yang hendak di kemukakan oleh suatu konstitusi tersebut. b. Ketentuan isi undang-undang yang akan datang
7

Prof. Dr.H. Dahlan Thaib , S.H, M.Si, Jazim Hamidi, S.H, M.Hum, Hj. Nimatul Huda, S.H, M.Hum, Teori dan Hukum Konstitusi,PT Raja Grafindo Persada, jakarta, 2006, hal. 14-15, 17

c.

d.

e.

f.

g.

Konstitusi memuat ketentuan-ketentuan tertentu bukan hanya mengenai organorgan dan prosedur dengan hukum mana yang dagtang yang harus di buat, melainkan juga mengenai isi dari hukum hukum ini. Ketentuan mengenai fungsi administrative dan yudikatif Norma-norma konstitusi tidak semata berupa ketentuanketentuan bagi organ legislative.Ketentuan-ketentuan konstitusi mungkin secara langsung dapat diterapkan, berupa beberapa ketentuan-ketentuan langsung bagi organ-organ administrative dan yudikatif, khususnya pengadilan. Hukum yang tidakberdasarkan konstitusi Pengaturan isi perundang-undangan yang akan datang oleh konstitusi adalah suatu teknik hukum yang penuh makna hanya jika perubahan-perubahan dalam konstitusi harus dilakukan menurut suatu prosedur khusus yang berbeda dari prosedur pembuatan undang-undang biasa Larangan-larangan kosntitusi Supaya terlihat dengan jelas nilai hukum dari larangan-larangan yang di arahakan oleh konstitusi terhadap organ-organ dari kekuasaan legislative, eksekutif, dan yudikatif, ketentuan ketentuan konstitusi yang melaranga organ-organ ini melanggar tertentu dari para subyek, maka harus di perhatikan fakta berikut : organ dari kekuasaan legislative, eksekutif , dan yudikatif, tidak dapat berfungsi tanpa diberi kekuasaan oleh suatu norma hukum umum, apakah itu hukum kebiasaan atau hukum undang-undang Undang-undang hak Catalog tentang kebebasan atau hak warga negara merupakan bagian khas dari konstitusi konstitusi modern. Salah satu contoh dari undang-undang hak adallah hak yang terkandung dalama mandemen pertama dari sepuluh amamndemen terhadap konstitusi amerika serikat. amandemen-amandemen ini sebagian besar mempunyai karakter sebagai larangan-larangan dari perintahperintah yang ditujuakn kepada organ-organ kekuasaan legislative, ekesekutif, dan yudikatif. Jaminan jaminan konstitusi Fungsi terpenting dari konstitusi dari konstitusidalam arti material adalah untuk menentukan pembentukan norma-norma hukum umum, yakni untuk menentukan organ-organ dan prosedur pembentukan undang-undang dan juga sampai derajat tertentu untuk menentukan isi dari hukum-hukum yang akan datang.8

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, Cet.vii, 2011, hal. 367-376

C. INTERPRESTASI KONSTITUSI Istilah penafsiran (intepretasi) konstitusi merupakan terjemaahan dari constitutional interpretation. Albert H. Y. Chen menggunakan istilah constitutional intepretation yang dibedakan dari intepretation of statutes. Penafsiran konstitusi merupakan penafsiran terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konstitusi atau undang-undang dasar. Penafsiran konstitusi yang dimaksud disini adalah penafsiran yang digunakan sebagai suatu metode dalam penemuan hukum (rechtsvinding) berdasarkan konstitusi yang digunakan atau berkembang dalam praktik peradilan MK. Menurut Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo mengemukakan, interpretasi atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang gamblang mengenai teks Undang-Undang agar ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Intepretasi atau penafsiran oleh hakim merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa konkrit. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna UndangUndang. Pembenarannya terletak pada kegunaan untuk melaksanakan ketentuan yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu sendiri.9 Terdapat 2 (dua) aliran penafsiran konstitusi yakni orginalism dan non-orginalism. Kedua dalam teori tatanegara sering digambarkan sebagai aliran yang memiliki teori yang saling bertolak belakang. Orginalism, adalah prinsip penafsiran yang mencoba untuk mencari tahu atau maksud berdasarkan makna asli dari perumus konstitusi. Sedangakan, non-originalismadalah prinsip penafsiran yang mencoba untuk mencari tahu makna konstitusi berdasarkan kondisi pada saat itu obyeknya bukan hanya teks akan tetapi subyek yang melakukan interpretasi melihat keadaan pada saat itu. Aliran non-originalism sering disebut sebagai aliran yang menganggap bahawa konstitusi memiliki makna yang dinamis atau sering disebut sebagai living constitution. Penafsiran sebagai salah satu metode penemuan hukum (rechtsvinding) yang terdapat dalam peraturannya namun tidak jelas dalam untuk dapat diterapkan dalam peristiwanya. Penemuan hukum adalah suatu proses kegiatan pengambilan keputusan yuridik konkret yang secara langsung menimbulkan akibat hukum bagi suatu situasi. Terdapat dua (2) teori penemuan hukum yaitu:10

Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,1993), hal. 13. 10 http://the-unite.blogspot.com/2010/10/pengertian-intepretasi-konstitusi-serta.html dikutip pada tanggal 17 september pukul 20.40 WIB

1. Penemuan Hukum Heteronom Penemuan Hukum ini terjadi pada saat hakim memutus perkaranya menganggap dirinya terikat pada norma-norma hukum yang disodorkan dari luar dirinya. 2. Penemuan Hukum otonom Artinya menunjuk pada putusan hakim. Hakim dapat memberikan masukan atau kontribusi melalui metode-metode interprestasi yang sesuai dengan model penemuan hukum legistik atau melalui metode-metode interprestasi yang baru.

D. TEORI PERUBAHAN KONSTITUSI Menurut Sri Soemantri, mengubah Undang-Undang Dasar/ konstitusi dapat berarti dua, yaitu pertama mengubah sesuatu yang sudah diatur dalam UndangUndang Dasar/ konstitusi dan ke dua menambahkan sesuatu yang belum diatur dalam Undang-Undang Dasar/konstitusi.11 Secara singkat disini saya akan mencoba membahasa mengenai system amandemen, perubahan konstitusi secara yuridisdan non yuridis , serta tingkat kesulitan perubahan konstitusi. a. Sistem amandemen Perubahan ini dapat berupa pencabutan, penambahan, dan perbaikan. Istilah lain perubahan adalah pembaruan. Jadi, pengertian perubahan konsititusi dapat juga mencakup dua pengertian, yaitu: 1. Amandemen konstitusi 2. Pembaruan konstitusi Namun demikian secara khusus, apabila dilihat dari segi system atau bentuk perubahan konstitusi secara teori, istilah amandemen konstitusi memiliki makna tersendiri untuk membedakan dengan system perubahan konstitusi lain. Secara umum, system yang dianut oleh Negara-negara dalam mengubah konstitusinya dapat digolongkan ke dalam dua system perubahan.12 Pertama, apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan, sehingga tidak ada kaitannya lagi dengan konstitusi lama. sistem ini masuk dalam kategori pembaruan konstitusi. System ini dianut oleh hamper semua Negara di dunia. Kedua, sistem perubahan konsititusi, di mana konstitusi yang asli tetap berlaku, sementara bagian perubahan atas konstitusi tersebut merupakan addendum atau sisipan dari konstitusi asli tadi. Atau dengan kata lain, bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari konstitusinya. Jadi,
11 12

Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni, Bandung, 1979, hlm. 115 Dr. Taufiqurohman syahuri, Hukum Konstitusi (proses dan prosedur perubahan UUD di Indonesia 1945-2002) , Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal 42

antara bagian perubahandan bagian konstitusi asliya masih terkait. Keberlakukan konstitusi dengan sistem perubahan inipun masing didasarkan kepada saat berlakunya konstitusi yang lama, sehingga nilai-nilai lama dalam konstitusi asli yang belum diubah masih tetap eksis. b. Jalur Yuridis dan non yuridis Secara garis besar, peruahan konstitusi ini atau dengan kata lain konstitusi ini dpat berubah atau di ubah, melalui dua jalan, yang mana kedua jalan yang di sebut sebelumnya antara lain adalah : 1. Jalan yuridis formal 2. Jalan nonyuridis formal atau jalan politis Jalan pertama, dilakukan sesuai dengan ketentuan formal mengenai perubahan menngenai perubahan konstitusi yang terdapat didalam konstitusi sendiri dan mungkin di atur dalam peraturan perundangan yang lain13. Jalan kedua, perubahan konstitusi tersebut biasanya terjadi karena sebab tertentu atau keadaan khusus yang mendorong terjadinya perubahan konstitusi. Perubahan demikian dapat berupa perubahan perubahan konstitusi secara total atau sebagian ketentuan saja sesuai dengan kebutuhannya. Perubahan konstitusi secara politis atau sebagai suatu kenyataan (sosiologis) ini kalau berjalan dan dapat di terima oleh segala lapisan masyrakatnya, maka dengan perubahan demikian secara yuridis adalah sah sehingga ia memiliki kekuatan yuridis.14 Pembagian cara perubahan konstitusi di atas sesuai dengan pedapat George jelline, yang membedakan dua cara perubahan konstitusi , yaitu melalui cara berikut: 1. Yang disebut verfassungs-anderung, yakni cara perubahan konstitusi yang dilakukan dengan sengaja dengan cara yang ditentukan dalam konstitusi15 2. Melalui prosedur yang disebut verfassungs-wandelung, yakni perubahan konstitusi yang dilakukan tidak berdasarkan cara formal yang ditentukan dalam konstitusi sendiri, melainkan melalui jalur istimewa speerti revolusi, kudeta, dan konvensi. 16

13 14

Ibid hal 44-45 Purwadi Purbacaraka dan Soejarno Soekamto, Perihal Kaidah Hukum, bandung : alumni :, 1986 , hal 111 - 112 15 Djokosutono. Hukum tata Negara, hal 105 16 Ismail Suny dan ranggawijayam wewenang menafsirkan UUD, bandung, 1996, hal 52

Dua cara perubahan konstitusi tersebut dapat dikembangkanlagi menjadi empat macam cara, sebagaimana yang dikemukakan oleh K.C. wheare, yaitu melalui cara berikut: 1. Formal Amendement 2. Some primary force 3. Judicial interpretation 4. Usage and convention Berdasarkan pendapat diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada prinsipnya terdapat dua macam cara perubahan konstitusi, yaitu : pertama, perubahan secara formal, yakni sesuai dengan ketetuan formal yang diatur oleh konstitusi; dan kedua, perubahan di luar cara formal, yang dapat terjadi melalui : (1) Some primary force; (2) judicial interpretation; dan (3) usage and convention. c. Tingkat kesulitan perubahan konstitusi Dari segi tingkat kesulitannya , perubahan konstitusi dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian, adapun kedua bagian tersebut antara lain : 1. Konstitusi rigid 2. Konstitusi fleksibel Konstitusi rigid lebih sulit caramerubahnya daripada konstitusi yang bersifat fleksibel. Konstitusi yangrigid baru dapat diubah dengan syarat jika di dukung oleh suara mayoritas mutlak, misalnya 2/3 dari anggota badan perwakilan rakyat yang hadir setuju, sedangkan konstitusi yang fleksibel dapat diubah dengan persyaratan yang mudah, misalnya lebih dari setengah jumlah anggota yang hadir setuju atau dapat cukup dilakukan dengan jalur setingkat undang-undang. Konstitusi menurut james Bryce mengandung cirri-ciri pokok anatar lain : mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang undangan yang lain. Sementara konstitusi yang fleksibel pada umumnya memiliki cirri-ciri : elastic, oleh karena dapat menyesuaikan dirinya dengan mudah; diumumkan dan diuabah dengan cara yang sama dengan undang-undng. Secara kuhus , factor-faktor yang melatar belakangi suatu konstitusi rigid, sebagaimana telah diuraikan di muka, antara lain adalah agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak sembarangan dan dengan sadar dikehendaki. Rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya perubahan dilakukan.17

17

Dr. Taufiqurohman syahuri, Hukum Konstitusi (proses dan prosedur perubahan UUD di Indonesia 1945-2002) , Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, hal 53 - 56

E. PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Dapat diketahui bahwa dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia merdeka, telah tercatat beberapa upaya pembentukan undang-undang dasar, penggantian undangundang dasar, dan perubahan dala arti pembaruan undang-undang dasar. UUD 1945 dibentuk atau disusun oleh BPUPKI dan PPKI sebagai hukum dasar bagi Negara kesatuan republk Indonesia yang kemerdekaannya diproklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945, pada tahun 1949, ketika bentuk Negara republik Indonesia diubah menjadi Negara serikat, diadakan penggantian konstitusi dari UUD1945 ke konstitusi republik Indonesia serikat tahun 1949. Demikian pula pada tahun 1950, ketika bentuk Negara Indonesia diubah lagi dari bentuk Negara serikat menjadi Negara kesatuan, konstitusi RIS 1949 diganti dengan Undang-undang dasar sementara tahun 1950.18 Perubahan dalam arti pembaruan undang-undang dasar, baru terjadi setelah bangsa Indonesia memasuki era reformasi pada tahun 1998, yaitu setelah presiden soeharto berhenti dan digantikan oleh presiden B.J. Habibie, barulah pada tahun 1999 dapat diadakan perubahan terhadap undang-undang dasar 1945 sebagaimana mestinya. Perubahan pertama ditetapkan oleh sidang umum majelis permusyawaratan rakyat pada tahun 1999, disusul dengan perubahan kedua dalam sidang tahunan tahun 2000 dan perubahan ketiga dalam sidang tahunan tahun 2001. Pada sidang tahunan tahun 2002, disahkan pula naskah perubahan keempat yang melengkapi naskah-naskah perubahan sebelumnnya, sehingga keseluruhan materi perubahan itu dapat disusun kembali secara lebih utuh dalam satu naskah undang-undang dasar yang mencakupi keseluruhan hukum dasar yabg sistematis dan terpadu. Jadi UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan , yaitu perubahan pertama pada tahun 1999, perubahan kedua tahun 2000, perubahan ketiga tahun 2001, dan perubahan keempat tahun 2002. Dalam empat kali perubahan itu, materi UUD 1945 yang asli telah mengalami perubahan besar-besaran dan dengan perubahan materiyang dapat dikatakan sangat mendasar. Secara substansif, perubahan yang telah terjadi atas UUD1945 telah menjadian konstitusi proklamasi itu menjadi konstitusi yang baru sama sekali, meskipun tetap dinamakan sebagai UUD 1945.19

18

Prof.Dr. Jimly Asshiddiqie,S.H., Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal 41-42 19 Ibid hal 47-48

F. HAK-HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA. Hak Konstitusional Warga Negara Menjadi Warga Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945 mempunyai arti yang sangat penting dalam sistem hukum dan pemerintahan. UUD 1945 mengakui dan menghormati hak asasi setiap individu manusia yang berada dalam wilayah negara Republik Indonesia. Penduduk Indonesia, apakah berstatus sebagai Warga Negara Indonesia atau bukan diperlakukan sebagai manusia yang memiliki hak dasar yang diakui universal. Prinsip-prinsip hak asasi manusia itu berlaku pula bagi setiap individu Warga Negara Indonesia. Bahkan, di samping jaminan hak asasi manusia itu, setiap Warga Negara Indonesia juga diberikan jaminan hak konstitusional dalam UUD 1945. Di samping itu, terdapat pula ketentuan mengenai jaminan hak asasi manusia tertentu yang hanya berlaku bagi Warga Negara atau setidaknya bagi Warga Negara diberikan kekhususan atau keutamaan-keutamaan tertentu, misalnya, hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan dan lain-lain yang secara bertimbal balik menimbulkan kewajiban bagi negara untuk memenuhi hak-hak itu khusus bagi Warga Negara Indonesia. Artinya, negara Republik Indonesia tidak wajib memenuhi tuntutan warga negara asing untuk bekerja di Indonesia ataupun untuk mendapatkan pendidikan gratis di Indonesia. Hak-hak tertentu yang dapat dikategorikan sebagai hak konstitusional Warga Negara adalah: a) b) Hak asasi manusia tertentu yang hanya berlaku sebagai hak konstitusional bagi Warga Negara Indonesia saja. Hak asasi manusia tertentu yang meskipun berlaku bagi setiap orang, akan tetapi dalam kasus-kasus tertentu, khusus bagi Warga Negara Indonesia berlaku keutamaan-keutamaan tertentu. Setiap orang berhak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Hal ini juga diutamakan bagi Warga Negara Indonesia, bukan bagi orang asing yang merupakan tanggungjawab negara asalnya sendiri untuk memberikan perlakuan khusus itu; Hak Warga Negara untuk menduduki jabatan-jabatan yang diisi melalui prosedur pemilihan (elected officials), seperti Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Wali Kota dan Wakil Walikota, Kepala Desa, Hakim Konstitusi, Hakim Agung, anggota Badan Pemeriksa Keuangan, anggota lembaga permusyawaratan dan perwakilan yaitu MPR, DPR, DPD dan DPRD, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Dewan Gubernur Bank Indonesia, anggota komisi-komisi negara, dan jabatan-jabatan lain yang diisi melalui prosedur pemilihan, baik secara langsung atau secara tidak langsung oleh rakyat.

c)

d)

e)

Hak Warga Negara untuk diangkat dalam jabatan-jabatan tertentu (appointed officials), seperti tentara nasional Indonesia, polisi negara, jaksa, pegawai negeri sipil beserta jabatan-jabatan struktural dan fungsional dalam lingkungan kepegawaian, dan jabatan-jabatan lain yang diisi melalui pemilihan. Hak untuk melakukan upaya hukum dalam melawan atau menggugat keputusan-keputusan negara yang dinilai merugikan hak konstitusional Warga Negara yang bersangkutan. Upaya hukum dimaksud dapat dilakukan (i) terhadap keputusan administrasi negara (beschikkingsdaad van de administratie), (ii) terhadap ketentuan pengaturan (regelensdaad van staat orgaan), baik materiil maupun formil, dengan cara melakukan substantive judicial review (materiile toetsing) atau procedural judicial review (formele toestsing), atau pun (iii) terhadap putusan hakim (vonnis) dengan cara mengajukannya ke lembaga pengadilan yang lebih tinggi, yaitu tingkat banding, kasasi, atau peninjauan kembali

G. LEMBAGA NEGARA PENEGAK HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA.

Anda mungkin juga menyukai