Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang. Kata bebas dalam hal ini dimaksudkan sebagai makna melewati batas norma ketimuran. Pergaulan bebas identik dengan dugem (dunia gemerlap) yang di dalamnya marak dengan pemakaian narkoba dan identik dengan seks bebas (Vanita, 2008). Kondisi ini sangat tidak diharapkan oleh setiap orang tua. Guna tindakan preventive maka tidak jarang orang tua yang over protektif terhadap anaknya. Sebaliknya anak akan merespon dengan berbagai kebebasan dengan terlibat pergaulan bebas diluar pengawasan orang tua. Berdasarkan penelitian dari Australia National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2010/2011 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi dengan jumlah sampel sebanyak 3006 responden kelompok usia 17-24. Hasilnya menunjukkan sebesar 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan sebesar 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dengan kelahiran setelah menikah (Syarief, 2012). Hal ini memberikan gambaran banyaknya remaja yang terlibat pergaulan bebas. Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas atau seks bebas. Bagi setiap remaja penyebabnya bisa berbeda akan tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi seperti sikap mental yang tidak

sehat, pelampiasan terhadap rasa kecewa dan kegagalan di dalam menyerap norma (Vanita, 2008). Sifat agresifitas yang tinggi, seringnya mengambil tindakan cepat tanpa pertimbangan matang ikut menunjang mudahnya remaja terjerumus pada lingkungan negative (Muzayannah, 2007). Menurut Sudibyo (2012) pergaulan bebas pada remaja disebabkan oleh kurangnya informasi atau pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual yang benar. Selain itu juga kurangnya pengawasan orang tua sehingga menyebabkan remaja merasa nyaman dan aman untuk melakukan hubungan seks pranikah. Juga disebabkan persepsi over protektif yang salah dari orang tua sehingga anak cenderung tertutup dengan orang tua. Dampak dari pergaulan bebas tersebut akhirnya akan mengarah kepada perilaku menyimpang seperti penggunaan narkoba, seks bebas yang berakhir dengan penyakit IMS (infeksi menular seksual) bahkan HIV & AIDS yang berakhir dengan kematian. Solusi untuk masalah ini dapat dilakukan dengan peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME, penyaluran minat dan bakat secara positif, menjaga keseimbangan pola hidup dengan belajar disiplin waktu, emosi, energi serta pikiran, jujur, memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain (Vanita, 2008). Selain itu anak perlu diberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi agar tidak mendapatkan informasi yang salah, karena menurut survei kebanyakan remaja mendapat informasi seks dari teman (Sudibyo, 2012). Untuk mengatasi masalah-masalah ini diperlukan adanya pemahaman dan penerangan tentang seks secara benar dan tepat yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, budaya dan etika yang ada di masyarakat. Penyuluhan dan penerangan tentang seks harus dilandaskan pada ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai agama, sehingga seorang remaja akan mendapatkan informasi yang benar dan tepat dengan berlandaskan pada nilainilai agama dan keimanan yang kuat sehingga seorang remaja dapat terhindar dari hal-hal yang negatif dan tercela terkait dengan masalah seks Veldinor (2010). Juga orang tua tidak perlu over protektif kepada anak karena akan semakin menutup komunikasi dengan orang tua. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan merumuskan dalam judul : Hubungan antara Persepsi Over Protektif Orang Tua dengan Kecenderungan Pergaulan Bebas pada Anak di SMK Boyolangu Tulungagung Tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan antara persepsi over protektif orang tua dengan kecenderungan pergaulan bebas pada anak di SMK Boyolangu Tulungagung Tahun 2012 ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara persepsi over protektif orang tua dengan kecenderungan pergaulan bebas pada anak di SMK Boyolangu Tulungagung Tahun 2012.

1.3.2

Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi persepsi over protektif orang tua pada anak di SMK Boyolangu Tulungagung Tahun 2012. 1.3.2.2 Mengidentifikasi kecenderungan pergaulan bebas pada anak di SMK Boyolangu Tulungagung Tahun 2012. 1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara persepsi over protektif

orang tua dengan kecenderungan pergaulan bebas pada anak di SMK Boyolangu Tulungagung Tahun 2012. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Responden Menambah wawasan bagi responden mengenai hubungan persepsi over protektif orang tua dengan kecenderungan pergaulan bebas pada anak. 1.4.2 Bagi Peneliti Menambah wawasan baru mengenai hubungan antara persepsi over protektif orang tua dengan kecenderungan pergaulan bebas pada anak SMA. 1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi mengenai hubungan antara persepsi over protektif orang tua dengan kecenderungan pergaulan bebas pada anak sehingga dapat mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.4

Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai tambahan informasi mengenai hubungan antara persepsi pada over protektif orang tua dengan kecenderungan

pergaulan bebas pada anak.

Anda mungkin juga menyukai