mmHg. Menurut WHO bahwa hipertensi adalah tekanan darah dengan sistolik > 160 mmHg dan diastolic > 95 mmHg. Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. 1. Merupakan golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan tubuh. 2. Apabila hipertensi tak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ lain yang berhubungan dengan system tersebut. Semakin tinggi tekanan darah, lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit kardiovaskuler. 3. Penyulit pada jantung dan segala manifestasi kliniknya disebut penyakit jantung hipertensif Etiologi Tekanan darah hanya dapat meninggi bila tahanan arterial perifer terhadap aliran darah meninggi. Kenaikan tahanan perifer disebabkan oleh: 1. Vasokontraksi yang meluas daripada saluran darah tepi terutama arteriol dan arteri kecil. 2. Penyakit organic pembuluh darah yang merata. Jantung harus mempertahankan cardiac output yang normal terhadap tahanan perifer yang meninggi. Ada 3 teori yaitu: 1. Bila pembesaran otot jantung melebihi perbekalan darah dan terjadi anoxia. 2. Hipertensi merupakan factor penting untuk terjadinya atherosklerosis arteri coronaria yang selanjutnya memudahkan terjadinya anoxia myocardium. 3. Hipertensi yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah ginjal dan menghambat ekskresi natrium dan air. Patofisiologi Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perjalanan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya nonspesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokard, stroke atau payah ginjal. Mekanisme bagaimana hipertensi dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung dengan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri; akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh semakin
parahnya aterosklerosis koroner . bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai oksigen miokar berkurang. Kebutuhan miokardium akan meningkat akibat hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan angina atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat infark miokard atau payah jantung. Manifestasi klinik
Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah dalam rongga kepala.
Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat dapat terjadi edema pupil ( edema discus opticus ). Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Sering kencing pada malam hari karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dan pembengkakan akibat peningkatan tehanan kapiler.
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis secara klinis Pemeriksaan paling sederhana untuk mendiagnosis hipertrofi ventrikel kiri ialah secara palpasi. Durasi bertambah karena periode ejeksi ventrikel memanjang yaitu lebih dari 2/3 waktu sistolik. Bila sudah terjadi dilatasi ventrikel kiri, ictus cordis akan bergeser ke kiri bawah. Diagnosis secara radiologis Dari pemeriksaan radiology pada pasien hypertropi konsentrik akan didapatkan gambaran besar jantung masih dalam batas normal, pembesaran jantung didapaatkan bila sudah terjadi dilatasi ventrikel kiri. Diagnosis secara elektrokardiografis
Pada umumnya voltase tinggi di precordial lead merupakan kriteria diagnosis untuk hipertrofi ventrikel kiri yang paling sensitif, tetapi juga mempunyai false positive yang cukup tinggi. Diagnosis secara ekokardiografis. Pemeriksaan ekokardiografi dapat mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri secara dini. Ekokardiografi dapat mendeteksi kelainan anatomic dan fungsional jantung pasien hypertensi asimtomatik yang belum didapatkan kelainan pada Elektrokardiogram dan radiologis. Dengan pemeriksaan ekokardiografis didapatkan prevalensi hipertrofi ventrikel kiri eko kirakira 5 10 x lebih tinggi dari hipertrofi ventrikel kiri pada elektrokardiogram. Disamping untuk pemeriksaan anatomi, ekokardiografi juga dapat digunakan untuk menilai fungsi sistolik dan diastolic ventrikel kiri. Klasifikasi Kategori Normal Normal tinggi Stadium 1 (hipertensi ringan) Stadium 2 (hipertensi sedang) Stadium 3 (hipertensi berat) Stadium 4 (hipertensi maligna) Tekanan darah sistolik Dibawah 130 mmhg 130-139 mmhg 140-159 mmhg 160-179 mmhg 180-209 mmhg 210 mmhg atau lebih Tekanan darah diastolic Dibawah 85 mmhg 85-89 mmhg 90-99 mmhg 100-109 mmhg 110-119 mmhg 120hg atau lebi
Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg. Hipertensi derajat II, yaitu jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg. Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah,yang apabila tidak diobati akan menimbulkan kematian dalam 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari 200 orang yang menderita hipertensi. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Komplikasi
Penyakit jantung ( gagal jantung, kematian mendadak, kardiomiopati ) dan aritmia Stroke Penyakit jantung koroner Angina pectoris Anaurisma aorta (( kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi hingga 1,5 kali lebih besar dan berisiko untuk ruptur), sering mengakibatkan kematian mendadak. Kematian otot jantung Gagal ginjal, menyebabkan oedema yang sering dijumpai pada hypertensi kronik. Oedema pupil Penebalan retina ( retinopati: penyakit mata yang menyebabkan kebutaan ) Perdarahan retina (mata menjadi kabur sampai buta ) Encefalopaty ( Kerusakan otak ) dapat terjadi koma serta kematian.
Pengobatan Tujuan umum pengobatan hypertensi ialah pengendalian hypertensi untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia. Pada penyakit jantung hipertensif pengobatan ditujukan untuk : Pengobatan kausatif ialah pengobatan hipertensi.
Pencegahan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri dan regresi hipertrofi ventrikel kiri apabilah sudah terjadi. Pencegahan dan pangobatan penyakit jantung insufisiensi, disfungsi ventrikel kiri, diastolic, maupun sistolik dan disritmia kordis. Secara teoritis penurunan tekanan darah dengan mengurangi afterload akan mengurangi tegangan dinding ventrikel kiri dan menyebabkan pengurangan massa ventrikel kiri. Regresi hipertrofi ventrikel kiri dapat dilakukan dengan pengobatan non farmakologis dan farmakologis. Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan dan diet rendah garam. Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada hipertensi berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE inhibitor, beta-blocker, antagonis kalsium dan
diuretik mengurangi massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan pengobatan yang paling efektif.