Anda di halaman 1dari 4

Remaja : Fase Awal Mengenal Politik

Remaja, satu kata yang tak lagi asing di telinga. Kata remaja memberikan banyak imajinasi seperti masa putih abu-abu, masa menyukai segala hal, menghabiskan banyak waktu dengan teman untuk bersenang-senang, masa pencarian jati diri dengan mencoba segala hal dan semua gambaran tentang remaja seolah tertuju pada satu hal yaitu fun. Waktu remaja seolah hanya cocok untuk belajar, kemudian jalan-jalan mencoba banyak hal baru. Remaja identik dengan hal-hal seperti seks dan problem psikologis lainnya. Bahkan remaja masa kini terdidik dengan sifat konsumtif-menikmati hal-hal baru bukan produktifmenghasilkan banyak hal baru. Remaja merupakan fase transisi menuju kedewasaan, dan banyak hal yang berperan, seperti orang tua, lingkungan dari mulai teman dan tontonan media yang ada. Masa Remaja adalah masa yang identik dengan Masa mendefinisikan diri. Banyak hal dilakukan untuk mencari pendefinisian dasar ini. Dan sayangnya banyak sekali yang terjerumus kepada hal negatif dan hanya segelintir remaja yang berhasil menjadi Ahli pendefinisian diri ini. Dan kegagalan mendefinisikan diri tak lepas dari pengaruh lingkungan yang sangat besar. Pertanyaan besar adalah jika remaja yang merupakan fase awal memahami kehidupan ini gagal, bagaimana lantas remaja akan tumbuh menjadi pemimpin dan membawa perubahan baik untuk Negara bahkan Dunia? Harusnya remaja menjadi sebuah fase awal untuk peka terhadap dunia sekitar, dari mulai teman yang lingkupnya dekat hingga persoalan masyarakat dalam aspek yang lebih luas dan tak lagi ragu mulai mengenal yang namanya politik. Sayangnya paradigma yang ada adalah aneh jika ada remaja yang serius membahas politik, aneh ketika ada remaja sibuk dengan analisis problematika negeri apalagi problematika dunia, rasanya umur remaja tidak sesuai untuk hal-hal berat yang terlalu banyak menghabiskan waktu berharga mereka. Semua paradigma ini tidak tiba-tiba saja terbentuk di tengah-tengah masyarakat namun merupakan sebuah hasil proses pendidikan general remaja yang didapatkan dari dunia sekolah maupun lingkungan seperti tontonan media. Dari dunia sekolah, remaja disibukkan dengan segala proses pengembangan diri entah itu akademis maupun non-akademis yang tidak spesifik, sehingga menyita banyak sekali waktu. Belum hal-hal yang berbau cinta membuat hati para remaja lelah berpikir hal-hal serius yang menyangkut permasalahan masyarakat. Ditambah pula pengaruh dari tontonan media yang disuguhkan, mereka dilenakan dengan segala cerita sinetron dan reality show

yang membuat remaja krisis kepribadian. Dan ketika mereka ingin mulai membuka mata dengan dunia luar lalu melihat berita, remaja merasa sangat pusing dengan meningkatnya masalah korupsi, tingginya kriminalitas, masalah kemiskinan yang tak kunjung usai, perebutan kekuasaan oleh partai politik dan diskusi-diskusi politik yang menjenuhkan dan hanya dilakukan oleh pemangku jabatan ataupun orang yang sudah tua. Sehingga diambillah sebuah kesimpulan sempit bahwa ini bukan dunia remaja. Tak heran jika akhirnya para remaja alergi dengan dunia perpolitikan lantas berpikir untuk menunggu kematangan usia untuk membahas politik. Lalu akan kembali timbul sebuah pertanyaan besar, apakah pembahasan politik hanya bisa dilakukan oleh orang dengan kematangan usia? Jawabannya adalah tidak. Politik adalah sebuah pembahasan general yang bisa dibicarakan oleh siapa saja, tak ada batasan tertentu. Malahan usia terbaik untuk mengenal politik adalah ketika remaja. Ketika banyak sekali hal yang ingin diketahui oleh remaja, kemudian mulai menapaki tangga analisis. Sehingga terbentuklah sebuah kerangka berpikir politis sejak remaja. Pertanyaan selanjutnya, Kenapa Remaja perlu ikut membahas dunia perpolitikan jika sudah ada para pemangku kebijakan dan pengamat politik yang lebih ahli? Alasan pertama adalah setiap orang memiliki perspektif masing-masing ketika menganalisis sebuah kasus. Dan analisis remaja yang bisa dibilang lebih fresh dan lebih kritis karena kecenderungan anak muda adalah keluar dari kotak yang biasa. Sehingga bisa jadi remaja memiliki banyak ide baru yang bisa disampaikan kepada pemangku kebijakan untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini. Kedua, Remaja adalah identitas sebuah negara. Sehingga remaja harus sadar segala yang ia lakukan berkaitan dengan nama baik negaranya dalam cakupan luas, tak hanya nama dirinya dan keluarga. Oleh karena itu perlu kesadaran politik yang tinggi hingga mereka menyadari bahwa dirinya adalah duta negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketiga, adanya estafet kepemimpinan. Dan alangkahnya baiknya persiapan menjadi pemimpin yang baik dimulai dari usia transisi ini yaitu remaja. Mengenal dunia politik, kemudian belajar menganalisis dan bijak menyimpulkan solusi. Maka untuk mulai mengenalkan remaja pada dunia politik, seharusnya lingkungan yang mendewasakan remaja pun mendukung. Salah satu yang paling banyak mempengaruhi adalah media baik cetak maupun elektronik sedikit demi sedikit harus mulai menampung aspirasi-aspirasi remaja tentang politik. Pengkondisian di lingkungan akan membuat remaja terbiasa dan tak lagi alergi dengan politik. Dan dengan inovasi pendidikan, politik bisa dijadikan bahasan ringan, bukan bahasan yang berat bagi remaja. Film atau sinetron yang ada

tak lagi bahas soal cinta tapi juga tentang cita luhur remaja untuk memajukan bangsanya. Remaja berprestasi itu biasa tapi remaja berprestasi sekaligus peka politik itu luar biasa.

~***ooo***~

Identitas Penulis

Nama Penulis Alamat

: Syarifatul Mufidah : Wisma Sooko Indah, Jl.Layur D.02 Mojokerto Jawa Timur 61361

TTL Profesi Universitas

: Sidoarjo, 25 Juni 1992 : Mahasiswa : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan - Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email No. Telpon Tulisan-tulisan

: khauraelsyada@gmail.com : 089636743427/085706703425 :

a. Juara I Lomba Menulis tentang Demokrasi, FISIP UIN Jakarta Demokrasi : Dipertahankan atau Dihapuskan? b. Juara III Lomba Menulis Cerpen Kesehatan Diary Sudut Hati *Semua tulisan bisa dinikmati via http://khauraelsyada.blogspot.com/ *

Anda mungkin juga menyukai