Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN REFRESHING

HERPES SIMPLEKS

DISUSUN OLEH :

Hardiyanthi Ismi Arnitha (2008730070)


PEMBIMBING:

dr. Rizqa Haerani, Sp.KK

FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RS ISLAM JAKARTA SUKAPURA 2012

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb. Puji syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada junjungan besar Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan refreshing Herpes simpleks. Laporan refreshing ini disusun untuk memperdalam materi mengenai Herpes Simpleks berdasarkan tinjauan pustaka dan dari buku Ilmu Penyakit kulit dan kelamin,edisi kedua, FKUI. Selain itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.Rizqa Haerani, Sp.KK , selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan refreshing ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan laporan Refreshing ini masih jauh dari sempurna. Semoga dengan adanya kritik dan saran yang diberikan pembimbing dan pembaca, saya bisa mengoreksi laporan kasus di lain kesempatan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta , 9 agustus 2012

Penulis

HERPES SIMPLEKS

A. Pendahuluan Virus berukuran mikroskopik yang meng-infeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Makanya virus yang sangat merugikan jika tinggal di sel inangnya ( manusia ), karena virus dapat berreplikasi dengan menghacurkan DNA dan RNA sel inangnya, hal ini sangat berbahaya sekali bagi sel inangnya. Virus yang dapat menyebabkan penyakit pada semua jaringan dan sel pada manusia, salah satunya pada kulit. Kulit merupakan organ terluas dan kulit merupakan pertahan pertama bagi manusia. Sistem pertahanan kulit sangat berguna sekali untuk melindungi organ yang berada didalam tubuh. Kulit juga dapat terkena penyakit terutama yang disebabkan oleh virus, diantaranya adalah penyakit varisela, herpes zoster, dan herpes simplek. Penyakit varisela dan herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), tapi bedanya adalah varisela ini adalah infeksi primer dan herpes zoster merupakan kelanjutan dari penyakit varisela ( infeksi sekunder ) sedangkan herpes simpleks disebabkan olehVirus Herpes Simplek (VHS) tipe I dan tipe II yang biasanya merupakan salah satu penyakit menular seksual.

B. Definisi Kata herpes simpleks diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit. Herpes Simpleks merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I (virus herpes hominis) atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritomatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

Sinonim Fever blister, cold sore, herpes febrilis, herbes labialis, herpes progenitalis (genitalis)

C. Epidemiologi Penyakit tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi HSV tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. Di negara berkembang HSV-2 menjadi penyebab umum penyakit ulkus kelamin,terutama di negara-negara dengan prevalensi tinggi infeksi HIV. Studi internasional menunjukkan prevalensi pada orang koinfeksi dengan HIV yangn hampir 90% untuk HSV-1 dan sampai 77% untuk HSV-2.

D. Klasifikasi dan Etiologi Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA . Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu : - HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I) - HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II) Lesi biasanya hilang dalam 2 minggu. infeksi . Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gejala yang timbul, meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerak (scab). Klasifikasi Ilmiah:

Famili

: Herpesviridae

Subfamili : Alphaherpesvirinae Genus : Simpleksvirus

Spesies : Virus Herpes Simpleks Tipe 1 dan Virus Herpes Simpleks Tipe 2

Morfologi Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi. Pembungkus ini mengandung lipid, karbohidrat, dan protein, dan dapat menghilangkan eter. Genom ADN beruntai-untai ganda (BM 85-106 X 106) berbentuk lurus. Tipe 1 dan 2 memperlihatkan 50% urutan homologi.

Siklus Hidup Virus Herpes Simpleks Siklus pertumbuhan HSV berlangsung dengan cepat, memakan waktu 8-16 jam sampai selesai. Gen alfa(dini-segera) segera timbul setelah infeksi. Gen-gen ini ditraskripsikan pada keadaan tidak adanya sintesis protein virus dan merupakan permulaan replikasi. Gen beta(dini) timbul kemudian; membutuhkan hasil gen alfa fungsional untuk ekspresinya, yaitu kebanyakan berupa enzim dan protein replikasi. Ekspresi gen beta bertepatan dengan penurunan transkripsi gen alfa dan penghentian sintesis protein sel inang yang ireversibel, dan dikatakan sebagai kematian sel. Hasil-hasil gen gama(lambat) yang kemudian dihsilkan dan mencakup sebagian besar protein struktural virus

E. Patofisiologi HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang sensitif pada virus yang dikeluarkan oleh orang lain. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-laki termasuk penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita. Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes genetalis atau Herpes Simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-II dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-II memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.

A. HSV-1 1. Gingivostomatitis herpetik akut Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5 hari) dan lesilesi menyembuh dalam 2-3 minggu. 2. Keratojungtivitis Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan. 3. Herpes Labialis Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir. Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu.

B. HSV-2 1. Herpes Genetalis Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi.

2. Herpes neonatal Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar 50%.

F. Gejala Klinis Infeksi VHS berlamgsumg dalam 3 tingkat: 1. Infeksi Primer Tempat prediksi HSV tipe I di daerah pinggang keatas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang sering menggigit jari (herpetic whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh HSV tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawahm terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus. Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti orogenital, sehingga herpes yang terdapat di genital kadang-kadang disebabkan oleh HSV tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh HSV tipe II. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise, anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional. Kelainan yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan erimatosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak helas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahawa 80% infeksi HSV pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks. 2. Fase Laten Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. 3. Infeksi rekurens Infeksi ini berarti HSV pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.

Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 hari sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa ras panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekurens ini timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/ tempat sekitarnya (nonloco).

Virus ini menyebabkan timbulnya lesi kulit dan selaput lendir yang khas, dan ditularkan melalui pengeluaran virus (viral shedding) dari lesi. Masa inkubasi virus adalah sekitar 2-24 hari setelah terinfeksi. Pada priode prodromal sering timbul lesi. Selama periode prodromal dan saat lesi terbuka, virus bersifat menular , dan mungkin berkisar selama 2-10 minggu. Setelah infeksi awal, virus mungkin berada dalam periode dorman di jaras saraf sensorik yang mempersarafi lesi primer. Virus dorman dapat

menjadi aktif kembali setiap saat, menyebabkan timbulnya lesi. Reaktivasi suatu infeksi herpes laten dapat terjadi sewaktu penderita sakit, mengalami stres, terpajan sinar matahari berlebihan atau oda saat tertentu daur haid. Faktor pencetus kekambuhan : - adanya trauma minor - infeksi lain termasuk demam yang bersifat ringan atau pasien tidak mengeluh demam - ISPA - Radiasi ultraviolet - Neuralgia trigeminal - Pada saat wanita mengalami menstruasi

G. Komplikasi - Dapat terjadi infeksi bakteri sekunder pada vesikel - Herpes Simpleks 1 dapat menginfeksi mata yang menyebabkan kebutaan (konjungtivitis) - Infeksi Herpes Simpleks 2 primer selama kehamilan dapa menyebabkan kerusakan susunan saraf pusat janin sehingga terjadi kebutaan dan retardasi mental. Risiko pada janin tinggi bila wanita hamil terpajan virus oada masa awal kehamilannya. - Infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui infeksi asendens dari serviks atau vagina selama kehamilan , atau sewaktu bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi.

H. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan sitologi Pada vesikel yang besar, spesimen dapat diambil dengan cara membuka vesikel dan melakukan aspirasi cairan dengan jarum suntik. Sedangkan pada vesikel yang kecil atau lesi yang terbuka, eksudat diambil dengan mengunakan swab kapas. Pada wanita dengan lesi di vagina dianjurkan untuk mengambil spesimen di serviks karena HSV lebih sering menginfeksi epitel skuamosa dibandingkan epitel kolumnar, sehingga ada 2 lokasi pengambilan spesimen yaitu di eksoserviks dan endoserviks. Sediaan kemudian diletakkan pada kaca objek dan diwarnai dengan pewanaan giemsa, wrights atau papanicolau kemudian dilihat di mikroskop langsung. Hasil positif bila ditemukan sel berinti banyak dan ada degenerasi balon pada nukleus. Pada pemeriksaan ini tidak adakan membedakan dengan penyakit herpes zoster karena gambaran sel sama. 2. Isolasi virus Virus diisolasi dari lesi dan diidentifikasi setelah dilakukan kultur jaringan. Pemeriksaan ini merupakan metode terbaik dengan spesifitas dan sensitifitas 100%. Sel kultur jaringan harus disiapkan menjadi monolayer atau tabung kultur, kemudian dilakukan proses kultur selama 7 hari ,tabung kultur diobservasi setiap harinya untuk melihat efek sitopatik (CPE). Beberapa virus lain bisa memperlihatkan CPE yang mirip dengan HSV, oleh karena itu perlu dilakukan uji konfirmasi , dengan cara uji neutralisasi menggunakan antiserum yang spesifik, uji hibridasi asam nukleat 3. Titer antibodi ( uji serologi) Pemeriksaan titer antibody tidak dilakukan untuk menunjang diagnosis karena pemeriksaan ini baru dapat digunakan setelah infeksi selesai. Serum pada masa penyembuhan dapat memastikan diagnosis infeksi primer dengan menunjukkan paling sedikit kenaikan 4x lipat titer antibody. Bila titer sama pada masa akut dan penyembuhan ini menunjukkan infeksi rekuren 4. Deteksi antigen Virus Tes ini dilakukan dengan cara imunologik memakai antibody poliklonal atau imunologi seperti immunofluoresen dan bisa dengan

monoclonal, misalnya tekhnik pemeriksaan dengan immunofluoresensi, imunoperoksidase dan ELISA. Deteksi secara langsung dan sesimen snagat potensial, cepat dan dapat merupakan deteksi awal pada infeksi HSV. Deteksi antigen virus ini memberikan hasil paling cepat tetapi kurang sensitif dibanding kultur.

I. Diagnosis banding Herpes simpleks di daerah mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma venereum.

J. Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah periode rekurens secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat diberikan obat topikal berupa salep yang mengandung preparat Idoksuridin (stoxil, viruguent. Virunguent-P) dengan cara pemberian yang sering dengan interval beberapa jam. - Asiklovir (zovirax) : topikal dan oral Dosis oral : 5x200mg/hari selama 5 hari akan lebih baik dnegan memberikan masa rekurens yang lebih panjang dan penyakit berlangsung lebih singkat. - Pada pasien dengan 5x400mg selama 5 hari. - Untuk anak < 2 tahun diberikan setengah dosis dewasa dan anak > 2 tahun diberikan dosis dewasa. - Penggunaan asiklovir pada wanita hamil masuk plasenta manusia. Cara kerja obat ini adalah mengganggu replikasi DNA virus sehingga hanya bermanfaat ketika penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi bisa dilakukan kompres. - Pengobatan parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang lebih berat atau timbul komplikasi pada organ dalam tubuh. Bisa pula menggunakan preparat adrenalin arabinosid (vitarabin) yaitu interferon preparat glikoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus juga dapat digunakan secara parenteral. Efek samping samping berupa malaise sekitar 12%, sakit kepala 2%, mual (2-5%), muntah (3%) dan diare (2-3%). - Pencegahan untuk kekambuhan diberikan 4x200mg/hari atau 2x 400mg/hari kemudian dapat diturunkan menjadi 2-3 x 200 mg / hari dan interupsi setiap 6-12 bulan. Pada pasien immunocompromised 4x 200-400 mg/ hari. kategori B karena dapat melewati immunocompromised atau ada gangguan absorbsi diberikan

- Untuk mencegah rekurens diberikan obat untuk meningkatkan imunitas selular misalnya pemberian Lupidon H (HSV tipe I) dan Lupidon G (HVS tipe II) dalam satu priode pengobatan. Efek pemberian levamisol dan isooprinosin adalah sebagai imunostimulator - Bila pada kehamilan timbul herpes genitalia perlu mendapatkan perhatian serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalita 60%, separuh ada yang hidup, menderita cacat neurologik atau kelainan pada mata. - Kelainan pada bayi dapat timbul ensefalitis, keratokonjungtivitis atau hepatitis, dapat juga timbul lesi pada kulit. Beberapa spesialis kandunan memilih untuk melahirkan secara seksio Caesaria, bila pada saat hamil ibu menderita herpes simpleks. Tindakan dilakukan sebaiknya sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah.

K. Pencegahan dana Prognosis Selama pencegahan rekurens masih merupakan problem, secara psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat akan memberikan prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens jarang. Pada penderita gangguan imunitas (menderita tumir sistem retikuloendotelial) atau pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke organ dalam tubuh. Pada HSV tetap bersifat laten di ganglia sensorik sehingga angka kekambuhannya tidak berbeda jauh pada penderita yang diobati dengan yang tidak diobati.

Contoh kelainan dermatologis Herpes simpleks:

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Ilmu Penyakit kulit dan kelamin,edisi kedua, FKUI 2. www.medicastore.com Kategori Penyakit Infeksi & Penyakit Menular 3. http://www.news-medical.net/health/What-is-Herpes-Simplex (Indonesian).aspx 4. Elizabeth J.Corwin. buku saku patofisiologi corwin, Hal. 118 5. Geri Morgan & carolel hamilton. Obstetri dan ginekologi panduan praktis,hal. 219

Anda mungkin juga menyukai