Anda di halaman 1dari 7

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Pendahuluan Aktivitas manusia setiap hari selalu memerlukan energi listrik yang umumnya diperoleh melalui pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak, batubara, tenaga air, dan bahkan tenaga nuklir. Isu global atas ketergantungan pada energi fosil yang cadangan dan ketersediaannya di bumi semakin menipis, mendorong manusia mencari sumber energi alternatif yang salah satunya adalah energi angin. Energi angin atau energi bayu ini secara alami tersedia melimpah di alam dan merupakan energi terbarukan. Energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga angin diperoleh melalui proses konversi energi angin yang disebut energi kinetis ( ) menjadi energi mekanis dan oleh generator, energi mekanis dikonversi menjadi energi listrik ( ). Wilayah Indonesia terdiri dari 2/3 laut dan memiliki garis pantai yang sangat panjang merupakan potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga angin, sama halnya dengan wilayah Sorowako yang berada di pesisir danau. Pembangkit listrik tenaga angin dapat dimanfaatkan sebagai

energi listrik bagi penduduk petani di pesisir danau Matano dan kapal-kapal kecil yang beroperasi sebagai perahu nelayan maupun perahu jasa transportasi. Jika potensi energi angin tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka persoalan kebutuhan energi yang belum dipenuhi terutama di daerah-daerah terpencil Indonesia, tuntutan global untuk mengurangi sumber energi yang menghasilkan polutan tinggi, dan semakin menipisnya cadangan energi fosil, akan dapat dikurangi. Landasan Teori Angin dengan berat jenis sekitar 1,23 kg/m3 yang bergerak dengan kecepatan tertentu mengawali proses konversi energi dengan mendorong bidang luas sudu-sudu turbin (turbine blade) menghasilkan torsi yang memutar poros turbin. Poros turbin yang berputar dengan kecepatan lambat membutuhkan disain sistem transmisi putaran (roda gigi, rantaisproket, pulley-belt) dengan rasio tertentu untuk menghasilkan putaran dengan kecepatan tinggi sesuai spesifikasi generator listrik yang digunakan. Untuk
105

Jasman, Syafri, Marfredy,Alamsyah,Mudjid

menopang seluruh komponen dan menempatkannya pada ketinggian yang diperlukan dan mampu berputar menyongsong arah datangnya angin, maka dibutuhkan tiang dan rangka. Arus listrik bolak-balik (Alternating Current AC) yang dihasilkan oleh generator dirubah menjadi arus listrik searah (Direct Current DC) pada Rectifier dan arus diteruskan ke

komponen pengisian baterai (Battery Charging) untuk menyimpan energi pada baterai. Arus DC dari sistem pengisian dirubah kembali menjadi arus AC pada Inverter sehingga siap dialirkan ke pengguna. Secara skematis pembangkit listrik tenaga angin tipe horisontal dapat dilihat pada gambar-1.

(1) angin berkecepatan tertentu, (2) turbin, (3) generator, (4) sistem transmisi, (5) tiang dan penopang, (6) kabel distribusi, (7) rectifier, (8) battery charging, (9) battery, (10) inverter

angin

Gambar-1: Skema Pembangkit Listrik Tenaga Angin


(Sumber: Tamura (2012), Rizkyan (2009), d isesuaikan)

Daya Angin (Wind Power)


Daya total dalam satuan watt yang dihasilkan oleh energi angin dibangkitkan oleh aliran angin tersebut adalah sebanding dengan energi kinetik, yaitu:

1 2 Ptot . = Ek = mv 2
maka massa udara yang melewati sapuan turbin adalah:

(1)

Persamaan massa jenis udara adalah perkalian dari massa udara dan volumenya,

m= r V = r Ad = r A vt dm dt = r A v
(2)

Dengan melakukan substitusi persamaan (1) dan (2), maka diperoleh daya:

1 3 Ptot . = r Av 2

(3)

Menurut Betz (Danish Wind Industry Association , 2001:84) you can only convert less than 16/27 (or 59.3%) of the kinetic energy in the wind to mechanical energy using a wind turbine . Berdasarkan pernyataan di atas, maka efisiensi maksimum yang dapat dicapai pembangkit listrik tenaga angin tipe horisontal adalah:

16 1 Ptot . = r Av 3 27 2
dimana:

(4)

Ptot . = Daya total yang dibangkitkan aliran udara (watt)

v= Kecepatan aliran udara yang masuk ke turbin (m/s)


r = Berat jenis udara (1,23 kg/m3) (Sarkar et al, 2012) A= Luas sapuan udara pada turbin angin / sudu-sudu angin (m2)
106

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

TSR (Tip Speed Ratio) Turbin angin yang digerakkan oleh sudu-sudu angin adalah sumber energi bagi pembangkit listrik tenaga angin. Tip Speed Ratio ( l ) adalah perbandingan antara kecepatan turbin yang diukur pada ujung sudu-sudu angin (blade tip speed, w .r (r = rasio sapuan sudusudu dan N adalah kecepatan putar atau rpm turbin ) dengan kecepatan angin (wind speed, v ), seperti persamaan di bawah ini:

w r 2p N r l == v v

(5)

Pada proses perancangan, TSR sangat bermanfaat dalam menentukan jumlah sudu-sudu angin pada turbin untuk mengoptimalkan generator yang akan digunakan pada pembangkit. Semakin kecil TSR akan membutuhkan jumlah sudu-sudu (tip turbine ) yang lebih banyak, seperti tabel-1. Jumlah Sudu-sudu Turbin TSR ( l ) 1 8 - 24 2 6 12 3 36 4 34 >4 1-3 Tabel-1: Jumlah Sudu-sudu Turbin .
(sumber: Ingram, 2011: p15)

Secara teoritis, jumlah sudu-sudu turbin ( n ) dapat dihitung dengan persamaan:

4p n = l

Kecepatan Angin (Wind Speed) Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit merupakan fungsi dari kecepatan angin dan luas bidang sapuan udara pada sudu-sudu angin (turbine blade). Untuk pembangkit listrik tenaga angin berskala kecil (small wind power) dengan daya 20 500 watt, umumnya membutuhkan kecepatan angin

minimal antara 4,0 4,5 m/s (Clarke, 2003) yang dapat dilihat pada gambar-2. Dalam Sarkar dan Bahera (2012) menyatakan In general, most wind turbines begin to produce power at wind speeds of about 4 m/s (9 mph), achieve rated power at approximately 13 m/s (29 mph), and stop power production at 25 m/s (56 mph).

Gambar-2: Hubungan antara Kecepatan Angin dan Energi Listrik (Sumber: Clarke, 2003)

107

Jasman, Syafri, Marfredy,Alamsyah,Mudjid

Dengan kecepatan angin di Indonesia bagian Timur seperti NTT, NTB, dan Sulawesi Selatan yang rata-rata 5 m/s (http://www.alpensteel.com), maka daerah-daerah tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin.

Dalam pengukuran kecepatan angin diperlukan anemometer. Secara kualitatif, kecepatan angin juga dapat diprediksi dengan melihat kondisi di darat dan di laut yang lazim menggunakan skala Beaufort seperti tabel-2.

METODE PENELITIAN Pada penelitian yang berjudul rancang bangun pembangkit listrik tenaga angin sumbu horisontal dengan daya terpasang 200 Watt ini terdiri dari dua tahap: 1) Tahap pembuatan mesin pembangkit 2) Pengujian mesin. Proses pembuatan mesin pembangkit dilakukan dengan cara 1) membuat dan analisis alternatif rancangan, 2) proses pembuatan / pemesinan, 3) proses perakitan, dan 4) proses uji coba kerja mesin pembangkit. Proses pengujian yang dilakukan pada mesin pembangkit dengan dua tahap: 1) pengujian mekanikal untuk mengetahui kondisi mekanis mesin dan 2) menguji luaran generator, apakah mampu menghasilkan energi listrik. Parameter keberhasilan yang digunakan dalam pengujian adalah putaran (rpm) generator, tegangan yang dihasilkan, dan kondisi visual 3 buah bohlam dengan daya total 66 Watt. HASIL DAN PEMBAHASAN Rancang Bangun Mesin Pembangkit Proses rancang bangun dilakukan dengan meninjau empat komponen utama mesin, yaitu 1) turbin angin (wind turbine), 2) generator, 3) sistem transmisi turbin generator, dan 4) sistem pengolah daya. Turbin angin terdiri dari sudu-sudu angin dan

poros turbin dengan kecepatan rendah yang disanggah oleh dua buah bearing. Generator yang digunakan adalah Wind Power 3 phase 200 Watt 3000 Rpm. Sistem transmisi antara turbin dan generator menggunakan hubungan rantai-sproket dengan rasio 1 : 4. Sistem pengolah daya terdiri dari pembalik arus AC menjadi DC (rectifier), baterai penyimpan daya, pengisian baterai, dan pembalik arus DC menjadi AC (inverter). Berdasarkan rekaman pengukuran anemometer di Airport Sorowako, kecepatan angin dapat mencapai 2,4 m/s pada ketinggian kira-kira 3 meter. Berdasarkan pengamatan ciri-ciri angin pada tempat pengujian di tepi Danau Matano Sorowako, dapat diprediksi berdasarkan skala Beaufort, yaitu kecepatan antara 5,5 7,9 m/s. Pada Sarkar (2012) dijelaskan bahwa slow running multi bladed wind turbine rotors operate with tip speed ratios like 1-4, while fast runners use 5-7 as tip speed ratios. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini menggunakan TSR = 3. Dengan demikian, jumlah sudu-sudu angin dapat dihitung menggunakan persamaan 6 adalah:

4p 4p n= = = 4,188 5 sudut-sudut angin l 3

108

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Dari perhitungan, maka jumlah sudu-sudu angin berada di antara 3 6 sesuai tabel-1. Sedangkan luas bidang sapuan angin pada sudusudu angin ( ) dihitung berdasarkan persamaan 3 dengan data awal, yaitu: 1) daya terpasang dengan

memperhitungkan efisiensi menurut Betz (0,593 x 200 watt), kecepatan angin (antara 5,5 7,9 m/s) ditentukan = 6,7 m/s; dan 3) berat jenis udara, = 1,23 kg/m3, maka:

0,593 P 0,593 200watt A = tot . = 1 0,5 1,23kg / m3 (6,7)3 (m3 / s 3 ) r v3 2 3 118,6 _ kg m2 s= = 0,6412m 2 3 184,97 _ kg s
Sehingga luas bidang sapuan angin sudu-sudu per lembar adalah m2. Untuk mendapatkan luas
870

tersebut, maka sudu-sudu dirancang sesuai gambar-3, dengan luas total (A) adalah 0,6435 m2.

90 210

Gambar-3: Model Sudu-Sudu Angin

Daya teoritis berdasarkan dimensi sudu-sudu dan faktor efisiensi Betz dihitung menggunakan persamaan 4. 16 1 16 1 Ptot . = r Av 3 = 1,23 0,6435 (6,7) 3 = 70,5 watt 27 2 27 2 Setelah melalui proses perancangan dan pemesinan, maka dihasilkan sebuah mesin pembangkit listrik tenaga angin seperti gambar-4
Sudu-sudu angin (i) Poros putaran lambat (poros turbin) (ii) Sistem transmisi rantai-sproket (putaran rendah pada turbin menjadi putaran tinggi pada generator) (iii)

Generator (iv) Gambar-4: Mesin Pembangkit Listrik Tenag a Angin Hasil Rancang Bangun

109

Jasman, Syafri, Marfredy,Alamsyah,Mudjid

Hasil Pengujian dan Pembahasan MESIN PEMBANGKIT Hasil pengujian awal bidang mekanikal dilakukan dengan memberikan putaran buatan terhadap poros turbin / poros putaran lambat (bagian (ii) pada gambar-4) untuk mengetahui kesejajaran sistem transmisi rantai-sproket dan untuk mengetahui rasio aktual yang dihasilkan sehingga putaran generator juga dapat diketahui. Putaran buatan yang diberikan bersumber dari mesin bor tangan bertenaga listrik yang besarnya antara 80 150 rpm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa putaran pada (ii) dapat diteruskan oleh sistem transmisi (iii) dengan baik ke generator (iv) yang ditunjukkan oleh beban kejut yang rendah pada rantai dan getaran yang sangat kecil pada generator. Hasil pembacaan alat pengukur putaran mesin (tacho meter) pada poros generator menunjukan antara 300 600 Rpm. Kedua hasil pengujian mekanikal di atas menunjukkan bahwa 1) sistem transmisi mesin telah bekerja dengan baik dan layak untuk digunakan, 2) rasio putaran antara poros turbin terhadap putaran poros generator adalah 1 : 4. Kedua hasil pengujian tersebut telah menunjukkan kesesuaiannya terhadap hasil rancangan dan dengan demikian mesin pembangkit listrik tenaga angin yang dibuat telah

layak untuk dilakukan pengujian terhadap kemampuannya untuk menghasil energi listrik. KECEPATAN ANGIN Kecepatan angin pada pengujian ditentukan berdasarkan skala Beaufort. Pada saat akan melakukan pengujian (pukul 13.00 18.00), terlihat dengan sangat jelas bahwa tiupan angin telah mengakibatkan daun dan dahan kecil di pesisir danau Matano bergerak dengan cepat, ombak ukuran kecil hingga sedang mulai terbentuk dan memanjang. Berdasarkan ciri-ciri kondisi darat dan laut / air danau tersebut disimpulkan bahwa kecepatan angin berada pada skala Beaufort 4, yaitu 5,5 7,9 m/s. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan angin memenuhi syarat untuk pengujian (5,5 m/s > 4,0 m/s, Clarke (2003)). PUTARAN (RPM), TSR, TEGANGAN, DAN DAYA Hasil pengujian putaran poros generator menunjukkan antara 594 1077 rpm. Rasio putaran sudu-sudu turbin dan generator adalah 1 : 4, maka putaran sudu-sudu turbin (tips turbine) pengujian adalah 148 169 rpm atau 2,5 - 4,5 m/s. TSR hasil pengujian dapat dihitung dengan persamaan 5:

2p N r 2p 2 ,5 m / s 0 ,87 m l = = 2,486 1 = v 5 ,5 m / s
2p N r 2p 4 ,5 m / s 0 ,87 m 3,115 l = = 2 = v 7 ,9 m / s

Jadi, TSR hasil pengujian adalah 2,486 3,115; yang berarti jumlah sudu-sudu angin yang digunakan telah sesuai dengan kecepatan angin di daerah pengujian dan perbandingan di atara keduanya telah sesuai dengan tabel-1 (Ingram, 2011). Hasil pengujian tegangan dilakukan dengan

membandingkan antara tegangan yang dihasilkan generator dengan variabel putaran (rpm generator). Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada interval putaran 594 1077 rpm, tegangan yang dihasilkan adalah 12 29 volt seperti gambar-5.

Pada saat bersamaan, tiga buah bohlam dengan total daya 66 Watt yang dipasang pada luaran generator, terlihat menyala dengan cukup terang seperti gambar-6.
110

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

(1) Putaran Generator

(2) Pengukuran Tegangan

(3) Bohlam menyala terang

Gambar-6: Hasil Pengujian Rpm, Tegangan, dan dan Bohlam

Berdasarkan parameter putaran generator, tegangan yang dihasilkan, dan nyala bohlam yang secara visual terlihat menyala cukup terang, menunjukkan bahwa mesin pembangkit listrik tenaga angin hasil rancang bangun dalam penelitian ini dapat menghasilkan daya listrik 66 Watt, masih lebih kecil dibandingkan daya teoritis 70,4 Watt. Efisiensi maksimum mesin pembangkit adalah 33% dari daya terpasang 200 Watt. Dengan hasil tersebut menunjukkan pula bahwa potensi kecepatan angin di pesisir danau Matano cukup baik untuk pengembangan listrik tenaga angin skala kecil. Putaran (Rpm) maksimum yang menjadi spesifikasi generator yang digunakan pada penelitian ini adalah 3000 Rpm. Putaran generator maksimum yang dihasilkan hanya 1077 Rpm. Ini berarti putaran generator yang bisa dicapai pada pengujian hanya 36% dari putaran maksimum yang mampu diterima generator. Hal ini menunjukkan bahwa: 1) kecepatan angin dan ketinggian posisi pembangkit masih kurang, 2) rasio putaran turbin dan generator (1 : 4) masih kurang, 3) disain sudu-sudu angin belum optimal menerima energi angin, 4) gesekan tinggi dapat terjadi pada bantalan pada poros turbin dan poros transmisi, dan gesekan pada rantai-sproket. Penelitian ini dapat disempurnakan pada penelitian berikutnya dengan cara: 1) menambah dimensi luas sapuan sudu-sudu angin, 2) menambah ketinggian pembangkit hingga 30 meter dari permukaan tanah, 3) menambah rasio putaran turbin terhadap generator menjadi 1 : 6, mengganti transmisi rantai sproket menjadi roda gigi, dan menggunakan alat ukur kuantitatif seperti anemometer dan pengukur daya. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1.Mesin pembangkit listrik tenaga angin dengan daya terpasang 200 Watt sumbu horisontal dapat dilakukan rancang bangun dengan baik dan

menghasilkan daya listrik dengan efisiensi 33 % terhadap daya terpasang 200 Watt. 2.Pengujian mesin pembangkit pada ketinggian 5 m dari permukaan tanah di daerah pesisir danau Matano menghasilkan putaran generator hingga 1077 Rpm, membangkitkan tegangan hingga 29 volt, dan pada saat yang bersamaan mesin dapat menyalakan dengan cukup terang 3 buah bohlam dengan daya maksimum 66 Watt. 3.Hasil penelitian membuktikan bahwa pesisir danau Matano memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin yang bisa dimanfaatkan oleh petani dan nelayan yang bermukim di pesisir danau.
DAFTAR PUSTAKA Danish Wind Industry Association. 2001, Guided Tour on Wind Energy. Soren Krohn (Online). http:/ www.windpower.org/tour/design/index.htm. Diakses 12 Desember 2012. Hughes, Tim. 2000. Calculation of Wind Energy and Power. Tutorial Series. Environmental Verification and Analysis Center. Oklahoma. Ingram, Grant. 2011. Wind Turbine Blade Analysis using the Blade Element Momentum Method (Version 1.1). ShareAlike 3.0. Durham (England). Rizkyan, G.A. 2009. Studi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Laut untuk Memenuhi Kebutuhan Penerangan Jembatan Suramadu. Skripsi. Sarkar, Asis. Behera, D.K. 2012. Wind Turbine Blade Efficiency and Power Calculation with Electrical Analogy. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 2, ISSN 2250-3153 (online). Dept. of Mechanical Engineering. Odisha. www.ijsrp.org. diakses 20 Oktober 2012. S., Clarke. 2003. Electrical Generation Using Small Wind Turbines at Your Home or Farm. Fact Sheet. Ministry of Agriculture and Foot. Ontario. Tamura, Junji. 2012. Calculation Method of Losses and Efficiency of Wind Generators. Jurnal (ISBN: 978-14471-2200-5) (online). http://www.springer.com/978-14471-2200-5. diakses 13 Desember 2012. http://alpensteel.com.
111

Anda mungkin juga menyukai