Anda di halaman 1dari 5

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

Pendahuluan Pendirian perusahaan dapat dipandang dari dua teori, yaitu (a) teori pemegang saham (shareholding theory), dan (b) teori stakeholder (stakeholding theory). Shareholding theory mengatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan untuk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik/ pemegang saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Shareholding theory ini sering disebut sebagai teori korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Pengaturan dan pengimplementasian Good Corporate Governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan penerapan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalamnya. Terdapat lima prinsip utama yang terkandung dalam Good Corporate Governance (Achmad Daniri 2006) yaitu; kerterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban (responsibility), kewajaran (fairness), dan independensi (independency).

Batasan Masalah (1) Apakah terdapat keterkaitan antara tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dengan tanggung jawab sosial perusahaan? (2) Apakah terdapat keterkaitan antara tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan perusahaan? (3) Apakah terdapat keterkaitan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan? Tinjauan Pustaka Good Corporate Governance Pendirian perusahaan dapat dipandang dari dua teori, yaitu (a) teori pemegang saham (shareholding theory), dan (b) teori stakeholder (stakeholding theory). Shareholding theory mangatakan bahwa perusahaan didirikan dan dijalankan unruk tujuan memaksimumkan kesejahteraan pemilik/pemegang saham sebagai akibat dari investasi yang dilakukannya. Shareholding theory ini sering disebut sebagai teori
16

Muhammad Sujana

korporasi klasik yang sudah diperkenalkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Definisi CG yang berdasar pada shareholding theory diberikan oleh Monks dan Minow (1995) yaitu hubungan berbagai partisipan (pemiHk/investor dan manajemen) dalam menentukan arah dan kinerja korporasi. Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi CG, antara lain oleh FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) tahun 2000 yang mendefinisikan CG sama seperti Cadbury Committee, sedangkan The Indonesian Institute for Corporate Governance atau IICG (2000) mendefinisikan CG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakelwlder yang lain. Tujuan GCG pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Dalam praktiknya CG berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip CG, namun pada dasamya mempunyai banyak kesamaan. Kepemilikan Managerial Menurut Downes dan Goodman (1999) kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Menurut Jensen & Meckling (1976), konflik kepentingan manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Demikian pula sebaliknya, semakin besar kepemilikan manajer di dalam sebuah perusahaan, maka akan semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gray, etal (1988), manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut.

Kepemilikan Institusional Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi perusahaan. Karena institusi memantau secara profesional perkembangan investasinya, sehingga tingkat pengendaUan terhadap tindakan manajemen sangat tinggi yang menyebabkan potensi kecurangan dapat ditekan. Menurut Pozen (1994), investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial, sedangkan investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajeria. Keberadaan institusi inilah yang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meirunimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Corporate Secretary Keberadaan Corjwrate Secretary di Indonesia tidak dikenal dalam Undang-Undang Persereoan Terbatas (UUPT) maupun Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) yang saat ini berlaku. Namun, keberadaan Corporate Secretary diatur dalam Keputusan Ketua BAPEPAM No. 63 tahun 1996. Dalam keputusan itu disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanannya terhadap investor, emiten dan perusahaan publik diwajibkan membentuk Corporate Secretary paling lambat 1 Januari 1997. Dalam keputusan Ketua BAPEPAM tersebut empat peranan dan fungsi pokok Corporate Secretary, yaitu (a) mengikuti perkembangan peraturan yang berlaku di Pasar Modal, (b) memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan kondisi emiten atau perusahaan public, (c) memberikan masukan kepada direksi dalam rangka mematuhi ketentuan UUPM dan peraturan pelaksanaannya, dan (d) menjadi penghubung antara perusahaan dengan BAPEPAM dan perusahaan dengan masyarakat. Keputusan Ketua BAPEPAM tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan direksi BEJ yang terakhir diberlakukan melalui Keputusan Direksi BEJ No. 339 tahun 2001. Dalam keputusan direksi BEJ ini kewajiban membentuk Corporate Secretary semakin dikukuhkan dengan fungsi yang semakin diperluas, yaitu termasuk didalamnya adala (a) menyiapkan daftar khusus yang berkaitan dengan direksi komisaris, dan keluarganya dalam perusahaan tersebut yang mencakup kepemilikan saham, hubungan bisnis, dan peranan lainnya yang dapat menimbulkan
17

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

benturan kepentirigan; (b) membuat daftar pemegang saham termasuk kepemilikan 5% saham atau lebih; dan (c) bertanggungjawab dalam penyelenggaraan RUPS perusahaan. Komite Nominasi Komite Nominasi adalah komite yang terdiri dari tiga sampai lima eksternal member yang mewakili stakeholders yang berpengaruh ditambah beberapa komisaris independen komite yang bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan membantu komisaris dalam menentukan profil kandidat untuk nominasi dewan komisaris dan direksi walaupun tidak harus, dan ketua komite sebaiknya merupakan satu dari komisaris independen. Terdapat dua fungsi utama komite nominasi yakni untuk memberikanrekomendasi kepada dewan komisaris mengenai hal (a) daftar calon direktur dan komisaris untuk dipilih dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan direktur yang akan dipilih oleh dewan komisaris untuk mengisi kekosongan, dan (b) komisaris yang akan dipilih untuk keanggotaan berbagai komite. Komite ini bertanggung jawab dalam merekomendasi pemilihan anggota direksi kepada dewan komisaris atau pemegang saham. Komite Remunerasi Komite remunerasi adalah komite yang terdiri dari dua sampai tiga eksternal member professional dalam executive compensation system. Komite ini bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan membantu board of commissioners dalam menentukan execusive compensation package dan juga membantu dewan komisaris untuk membantu menentukan remunerasi mereka sendiri yang diusulkan kepada shareholder. Walaupun tidak harus, ketua komite dan remunerasi sebaiknya merupakan satu dari komisaris independen. CEO Shen (2003) seperti dikutip oleh Zubaidah (2003) menyatakan bahwa karakteristik dari CEO adalah sangat penting dalam Corporate Governance. Tingkatan yang berbeda pada masa jabatan CEO akan mempengaruhi pengembangan kepemimpinan CEO dan kesempatan untuk mengendalikan manajemen. Tingginya kinerja dan masa jabatan CEO mempengaruhi tingkat pelaporan Corporate Governance. Belum banyak dilakukan penelitian terhadap hal tersebut. Shen (2003) menyatakan bahwa semakin lama masa jabatan CEO, maka dia akan mengungkapkan lebih rendah atau lebih sedikit praktek corporate governance karena dia akan

memilih posisi yang aman dari kekuasaan yang dimilikinya. Hubungan CEO dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, menurut penelitian yang dilakukan oleh Barnea dan Rubin (2006), CEO rnerniliki hubungan positif dengan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) Gray, et. al (1987) mengemukakan bahwa perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, dan tidak hanya mengutamakan atas laba perusahaan tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Ruang lingkup tanggung jawab sosial (CSR) antara lain adalah (a) Basic Responsibility, tanggung jawab yang muncul karena keberadaan perusahaan. Contohnya kewajiban membayar pajak, mentaati hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham; (b) Organizational Responsibility, tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi kepentingan stakeholder, yaitu karyawan, konsumen, pemegang saham dan masyarakat; dan (c) Societal Responsibility, tanggung jawab yang menjelaskan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan masyarakat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan. Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.l Paragraf 9, menyatakan bahwa "Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting Metode Penelitian Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan tahunan perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009. Jumlah sampel yang digunakan dalam penehtian adalah sebanyak 120 perusahaan yang memenuhi kriteria-kriteria dari purposive sampling, Pengolahan data menggunakan program AMOS (Analysis of Moment Structures) version 7. Terdapat dua cara pegujian normalitas yaitu univariate dan multivariate normality. Suatu distribusi data dapat dikatakan normal apabila nilai C.R skewnes maupun kurrtosis lebih kecil dari nilai kritik tabel 1,96 dengan
18

Muhammad Sujana

tingkat signifikansi 0,05 (p-value 5%). Untuk mengetahui apakah terdapat multicolinearitas dan Singularity dalam sebuah kombinasi variabel, perlu mengamati determinant matrix covariance. Mendeteksi multicoliniarity hanya disebutkan determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas, tanpa ada angka absolut. Sebelum menganalisis hipotesa yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian kesesuaian model (goodness of fit model). Pengujian dilakukan dengan melihat beberapa kriteria pengukuran, yaitu Absolute fit measure untuk mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktur maupun model pengukuran secara bersamaan). Kinerja keuangan perusahaan merupakan variabel dependen penelitian. Kinerja Keuangan Perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin's Q yang dikembangkan oleh Klepper dan Love (2002), dengan formulasi sebagai berikut: Tobin's Q = (MVE + DEBT)/ TA MVE = Harga penutupan saham diakhir tahun buku X banyaknya saham biasayang beredar. PS = Nilai likuidasi dari saham preferen yang beredar. DEBT = (Utang lancar - aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangkapanjang TA = Nilai buku total aktiva. Variabel Bebas (Independent Variable) penelitian adalah (a) Kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam sebuah perusahaan. Proporsi kepemilikan manajerial diukur berdasarkan persentase kepemilikannya; (b) Kepemilikan Institusional. Kepemilikan Institusional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh suatu institusi dalam sebuah perusahaan. Proporsi Kepemilikan Institusional diukur berdasarkan persentase kepemilikannya. Variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility yang berasal dari laporan keuangan tahunan perusahaan. Data tersebut berupa jumlah kalimat pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang berhubungan dengan kategori tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan yang bersangkutan. Variabel Kontrol (Control Variable) adalah (a) Corporate secretory. Corporate secretory diukur dengan menggunakan skala nominal. Dimana ada tidaknya corporate secretory dalam sebuah perusahaan diukur dengan cara diberi nilai 1 jika perusahaan tersebut memiliki corporate secretary dan nilai 0 jika tidak multicolinearitas. Pada model penelitian yang digunakan, nilai determinant matrix covariance yang diperoleh dari hasil perhitungan

dengan AMOS adalah 42,610. Nilai tersebut sangat menjauhi nol, sehingga model penelitian dinyatakan terbebas dari permasalahan multicolinearitas dan singularity. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa p-value 0,000 < alpha 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar 0,342 menunjukkan keterkaitan antara kepemilikan manajerial (MGROWN) dengan kinerja perusahaan (TOBINS'Q) yang positif. Artinya jika kepemilikan manajerial naik sebesar 1%, maka kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,342. Hasil pengujian hipotasis kedua menunjukkan bahwa p-value 0,048 < alpha 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar 0,163 menunjukkan keterkaitan antara kepemilikan institusional (INST) dengan kinerja perusahaan (TOBINS'Q) adalah positif, hal ini berarti bahwa jika kepemilikan institusional naik sebesar 1%, maka kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,163. Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa pvalue 0,014 < alpha 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar 0,246 menunjukkan keterkaitan antara kepemilikan manajerial (MGROWN) dengan Corporate Social Responsibility Indeks (CSR) adalah positif. Hal ini berarti bahwa jika kepemilikan manajerial naik sebesar 1% maka Corporate Social Responsibility Indeks akan mengalami peningkatan sebesar 0,246. Hasil pengujian keempat menunjukkan p-value 0,042 < alpha 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar 0,271 menunjukkan keterkaitan antara kepemilikan institusional (INST) dengan Corporate Social Responsibility Indeks (CSR) adalah positif. Ini berarti bahwa, jika kepemilikan institusional meningkat sebesar 1% maka Corporate Social Responsibility Indeks akan mengalami peningkatan pula sebesar 0,271. Hasil pengujian kelima menunjukkan bahwa pvalue 0,000 < alpha 0,05. Nilai koefisien regresi sebesar 0,378 menunjukkan keterkaitan antara Corporate Social Responsibility Indeks (CSR) dengan kinerja keuangan perusahaan (TOBINS'Q) adalah positif. Hal ini berarti bahwa jika Corporate Social Responsibility Indeks meningkat sebesar 1 satuan, maka kinerja keuangan perusahaan juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,378. Pada penelitian ini, terdapat empat variabel kontrol yaitu CEO, Jenis Industri (JI), Corporate Secretary (CS), dan Komite Nominasi & Remunefasi (KNR). Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang positif antara CEO dengan Corporate Social Responsibility Indeks (p-value
19

Hipotesis,Tahun ke 5, No 1, Januari - April 2013

0,047 < alpha 0,05). Sedangkan untuk variabel kontrol lainnya tidak menunjukkan keterkaitan yang berarti dengan variabel dependennya karena p-value >alpha 0,05. Simpulan 1. Mayoritas perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 telah melakukan praktik pengungkapan tanggung jawab sosial.Tema sosial yang paling sering diungkapkan adalah tema tentang tenaga kerja dengan itemnya yaitu pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu didalam perusahaan. Hal ini menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap tenaga kerjanya yang merupakan asset dalam keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. 2. Melalui pendekatan analisa jalur (path analysis) menunjukkan bahwa Good Corporate

Governance yaitu kepemilikan managerial dan institusional mempunyai keterkaitan yang berarti. dengan kinerja keuangan perusahaan (TOBINS'Q). 3. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa Good Corporate Governance yang diamati melalui kepemilikan managerial dan institusional mempunyai keterkaitan yang berarti dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Saran Penelitian selanjutnya hendaknya (1) menggunakan periode waktu yang lebih panjang serta jumlah sampel yang tidak membatasi kelompok industri tertentu, dan (2) Item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya senantiasa diperbaharui sesuai dengan kondisi yang ada di masyarakat. Hal ini mungkin dapat dilakukan

DAFTARPUSTAKA Barnea, Amir & Amir Rubin. 2006. "Corporate Social Reponsibility as aConflict between Shareholders". Paper presented to EFA 2006 ZurichMeeting,Swiss, Europe. Downes, J. & Goodman, JE. 1998. "Dictionary of Finance and InvestmentTerm". Barrens Educational Series Gray, R., Owen, D., and Maunders, K. 1987. "Corporate Social Reporting:Accounting and Accountability". Prentice-Hall, London Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. "Tlieory of The Firm: ManagerialBehavior, Agency Cost and Ownership Structure". Journal of FinancialEconomics 3. Klapper, Leora F and I Love. 2002. "Corporate Governance, Investor Protection,and performance in emerging markets". World Bank, Working Paper,http://ssrn.com. Pozen, Robert C. 1994. "Institutional Investor: The Reluctant Activists".Harvard Business Review. Boston: Jan/Feb 1994. vol. 72. Iss 1: pp.140. Zubaidab, 2003. "Tengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja keuanganPerusahaan Semen yung Listing di Bursa Efek Jakarta". Balance, Vol. 1(1),August 2003.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Buku Hipo 2
    Buku Hipo 2
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 2
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 3
    Buku Hipo 3
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 3
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 5
    Buku Hipo 5
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 5
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Cover Buku Hipotetis 2013
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Dokumen1 halaman
    Cover Buku Hipotetis 2013
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 29
    Buku Hipo 29
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 29
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 32
    Buku Hipo 32
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 32
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 33
    Buku Hipo 33
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 33
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 28
    Buku Hipo 28
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 28
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Dokumen6 halaman
    Hipo Daftar Isi DLL Revisi
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 30
    Buku Hipo 30
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 30
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 31
    Buku Hipo 31
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 31
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 27
    Buku Hipo 27
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 27
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 23
    Buku Hipo 23
    Dokumen8 halaman
    Buku Hipo 23
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 24
    Buku Hipo 24
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 24
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 22
    Buku Hipo 22
    Dokumen7 halaman
    Buku Hipo 22
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 12
    Buku Hipo 12
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 12
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 26
    Buku Hipo 26
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 26
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 18
    Buku Hipo 18
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 18
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 20
    Buku Hipo 20
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 20
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 21
    Buku Hipo 21
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 21
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 13
    Buku Hipo 13
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 13
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 11
    Buku Hipo 11
    Dokumen6 halaman
    Buku Hipo 11
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 19
    Buku Hipo 19
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 19
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 17
    Buku Hipo 17
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 17
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 14
    Buku Hipo 14
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 14
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 15
    Buku Hipo 15
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 15
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 9
    Buku Hipo 9
    Dokumen4 halaman
    Buku Hipo 9
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat
  • Buku Hipo 8
    Buku Hipo 8
    Dokumen5 halaman
    Buku Hipo 8
    Deden Marrah Adil
    Belum ada peringkat