Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Koligatif Larutan Sifat-sifat koligatif larutan ialah sifat-sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Yang termasuk sifat-sifat koligatif larutan ialah: a. penurunan tekanan uap pelarut b. penurunan titik beku larutan c. kenaikan titik didih larutan d. tekanan osmosis larutan Larutan dapat berupa larutan non elektrolit dan larutan elektrolit. Dalam bagian ini akan dibicarakan sifat-sifat koligatif larutan non elektrolit. 1. Penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut Bila zat non elektrolit yang sukar menguap dilarutkan maka menurut Hukum Raoult, besarnya tekanan uap: P dimana: P Po N1 = Po . N1

= tekanan uap diatas larutan = tekanan uap pelarut murni. = fraksi mole pelarut. = P = Po . N1 <1 < Po

Karena zat terlarut non-volatil, maka: Ptotal N1 Ptotal tekanan uap P. P = Po P total = Po P = Po (1 N1) P = Po . N2 Jadi penurunan tekanan uap pelarut hanya tergantung jenis pelarut dan banyaknya zat terlarut, tidak tergantung banyaknya pelarut.

Jadi di sini terjadi penurunan tekanan uap dari pelarut. Besarnya penurunan

2. Kenaikan titik didih larutan Suatu larutan mendidih pada temperatur lebih tinggi dari pelarutnya, selisihnya disebut kenaikan titik didih larutan. Tb hanya tergantung jenis pelarut dan konsentrasi larutan, tidak tergantung jenis zat terlarut. Hubungan Tb dengan konsentrasi larutan dapat dicari dengan persamaan Clausius Clapeyron dan Hukum Raoult. Dengan persamaan : Tb Tb Kb 3. Penurunan titik beku larutan Titik beku larutan ialah temperatur pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. 4. Tekanan osmosis larutan Bila larutan dalam air dipisahkan dengan air murni oleh suatu membran semipermeabel, maka terjadi aliran molekul-molekul air ke dalam larutan. Tekanan osmosis tidak tergantung dari jenis membran semipermeabel (membran yang hanya dapat dilewati oleh pelarut tetapi tidak dapat dilewati oleh zat terlarut) (Sukardjo, 2002). = Kb . m = =
To Hv n Tb Hv n
.m

2.2 Metode Landsberger Pada tahun 1892, J. Sakurai mendeskripsikan sebuah prosedur untuk memanaskan larutan hingga titik didihnya dengan melewatkan uap dari pelarut mendidih. Ketika uap mengembun, maka uap tersebut memberikan kalor laten untuk menaikkan temperatur dari larutan tersebut. Pada metode ini superpanas secara teoritik tidak mungkin, sejak ketika titik didih dicapai cairan dalam keadaan seimbang dengan uap pada tekanan atmosfir dan tidak ada uap lebih yang akan mengembun kecuali sejauh itu perlu untuk memberikan panas untuk

mengkompensasi hilangnya radiasi.

Prinsip percobaan diatas dilakukan oleh W. Landsberger (1898) dengan peralatan yang telah dikembangkan, dan sebuah kemajuan yang lebih jauh dengan segera dibuat oleh J. Walker dan J. S. Lumsden (1898). Peralatan dari pekerjapekerja ini, masih sering digunakan, terutama pada laboratorium untuk belajar. Hal ini berbeda dengan Landsberger yang hanya mempelajari tabung B dan pengenalan daripada benda berbentuk bola yang diatas untuk mencegah hilangnya cairan dari percikan. Jumlah kecil dari pelarut diletakkan di B dan pelarut di A dididihkan sehingga uap melewati B dimana akan muncul sebuah gelembung kecil melalu sejumlah lubang pada ujung tabung. Suhu dari cairan meningkat dan ketika keluar melewati sebuah lubang kecil pada sisi kanan B yang dekat dengan atas dan kemudian ke kondenser D. Sejumlah berat dari terlarut ditambahkan ke dalam B, dan larutan mencapai titik didih sebelumnya; ketika suhu terbaca dengan baik, bagian dari uap berhenti dan volum dari larutan dengan cepat dicatat. Percobaan dapat diulangi dengan jumlah larutan yang lebih besar. Sebuah termometer digunakan dengan skala sepuluh derajat, dan dapat dibaca pada 0,01o sudah umum pada pembacaan ini. Meskipun superpanas dihindari, suhu tidak berhenti dengan baik, karena kondensasi oleh uap, penting untuk mengkompensasi akan kehilangan panas, dikarenakan pengenceran yang lambat dari cairan. Untuk menghitung berat molekul dari zat terlarut, digunakan :

M2

Ke 1000 w2 Te v1

Dimana v1 1 mengantikan w1. 1 adalah densitas dari cairan, Ke titik didih; v1 volum dari larutan (Glasstone, 1940).

Gambar 2.1 Kenaikan Titik Didih (Landsberger) (Glasstone, 1940)

2.3 Aplikasi Kenaikan Titik Didih Pengambilan Minyak Kenanga dengan

Metode Distilasi Uap Pada proses distilasi minyak kenanga dengan water distillation kualitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis asam, dan produk minyaknya bercampur dengan hasil sampingan. Untuk itu, perlu dilakukan pengambilan minyak kenanga dengan menggunakan metode destilasi uap. Kualitas produk minyak atsiri yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan cara water distillation, sehingga harga jualnya pun jauh lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh arah aliran steam terhadap volume destilat minyak kenanga yang dihasilkan dan jumlah rendemen optimum minyak kenanga, menganalisis pengaruh arah aliran steam pada distilasi bunga kenanga terhadap mutu minyak kenanga untuk tiap aliran steam dengan menggunakan metode distilasi uap (steam distillation). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode destilasi uap. Pertama-tama air dimasukkan ke ketel uap untuk menghasilkan steam, dengan menggunakan bahan bakar LPG, sedangkan bahan baku dimasukkan ke ketel suling. Apabila steam yang terbentuk sudah mencapai suhu 100oC dan tekanannya 1 bar maka steam tersebut dialirkan ke ketel suling. Uap dan minyak kenanga yang keluar dari ketel suling dialirkan ke kondensor. Waktu penyulingan dihitung mulai tetes pertama dari kondensat. Minyak yang ada di kondensat dipisahkan dari uap air kemudian dianalisa. Pada penelitian ini variabel peubahnya adalah arah aliran steam (atas dan bawah), lama waktu proses distilasi (2, 4, 6, 8, dan 10 jam) dan juga massa bunga kenanga yang didistilasi (200, 400, 600, 800, dan 1000 gram) dengan rasio perbandingan massa bahan baku dengan volume destiler (22.796 cm3) yaitu 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; dan 0,05 gr/cm3. (Ferdiansyah dan Zulfikar, 2010).

Mulai

Air dimasukkan ke ketel uap Bahan baku dimasukkan ke ketel suling

Steam dialirkan ke ketel suling Uap dan minyak kenanga dari ketel suling dialirkan ke kondensor

Minyak dipisahkan dari uap air

Mulai Gambar 2.2 Flowchart Pengambilan Minyak Kenanga dengan Metode Distilasi Uap (Ferdiansyah dan Zulfikar, 2010)

Anda mungkin juga menyukai