Anda di halaman 1dari 4

75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian laboratorium terhadap pengaruh perbaikan agregat kasar bantak dengan menggunakan Buton Granular Asphalt (BGA) pada campuran HRS-Base dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Agregat kasar bantak sebelum dilakukan perbaikan dengan penyelaputan menggunakan BGA dan aspal peremaja, memiliki nilai abrasi 69,23% dan penyerapan/absorpsi sebesar 4,48%, hal ini tidak memenuhi satandar Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan (2007) yang mensyaratkan nilai abrasi maksimum 40% dan penyerapan maksimum 3%. Setelah dilakukan perbaikan dengan penyelaputan menggunakan BGA dan aspal peremaja nilai abrasi turun menjadi 32,5% dan nilai penyerapan 2,63%. 2. Karakteristik agregat kasar yang diperbaiki dengan Asbuton jenis BGA dengan variasi kadar aspal terhadap sifat-sifat Marshall campuran HRSbase, menunjukkan hasil sebagai berikut: a. Nilai density, mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya prosentase kadar aspal. Hal yang sama juga terhadap nilai VFWA, tapi hanya pada campuran dengan kadar aspal 6,5% dan 7% yang memenuhi spesifikasi yang disyaratkan minimum 68%. b. Nilai VMA, memperlihatkan kecenderungan turun pada kadar aspal 5,5% kemudian naik lagi pada kadar aspal 6,% dan berangsur-angsur

76

turun pada kadar aspal 6,5 dan 7%. Secara keseluruhan campuran masih memenuhi standar spesifikasi yang disyaratkan. c. Nilai VIM, semakin menurun seiring meningkatnya prosentase kadar aspal. Hanya campuran dengan kadar aspal 6,5% yang memenuhi syarat spesifikasi 3% - 6% yaitu sebesar 4,6% d. Nilai stabilitas, mengalami peningkatan jauh melampaui batas yang disyaratkan spesifikasi minimum 800 kg. Hal yang sama untuk nilaii Marshall Quotient melampaui nilai minimum 250 kg/mm yang disyaratkan. 3. Campuran HRS-Base yang menggunakan agregat kasar bantak yang diperbaiki dengan BGA pada uji perendaman dengan variasi jam dan 24 jam pada suhu 60oC memiliki Indeks Kekuatan Sisa Marshall sebesar 91,5%, angka ini memenuhi spesifikasi umum yang disyaratkan yaitu minimum 80%. 4. Hasil uji Indirect Tensile Strength (ITS) mengindikasikan bahwa campuran HRS-Base yang menggunakan agregat kasar bantak yang diselaputi dengan BGA memiliki ketahanan terhadap retak (cracking) hal ini ditunjukan dengan nilai Tensile Strength Ratio (TSR) dari benda uji conditioned (perendaman 24 jam) dan benda uji unconditioned atau benda uji kontrol sebesar 81,97% memenuhi persyaratan minimum 80% (Asphalt Institute, 1996). 5. Prosentase BGA untuk penyelaputan agregat kasar bantak adalah 20% dari berat agregat kasar dan aspal peremaja sebesar 25% dari berat BGA.

77

6.

Kadar aspal optimum yang diperoleh dari hasil analisa sifat-sifat Marshall adalah 6,65%.

7.

Variasi IV dipilih pada proses pencampuran penyelaputan agregat kasar dengan BGA karena lebih mudah dalam pelaksanaannya.

8.

Material bantak dapat digunakan sebagai agregat pada campuran aspal panas HRS-Base setelah terlebih dahulu diperbaiki sifat-sifatnya.

B.

Saran

Beberapa Saran yang penulis dapat sampaikan untuk tindak lanjut penelitian ini sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini, agregat yang digunakan adalah material bantak yang diperbaiki sifatnya dgn BGA , perlu diteliti lebih jauh lagi cara-cara lain untuk memperbaiki sifat material bantak mengingat besarnya deposit yang tersedia sehingga material ini dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin; 2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut durabilitas campuran pada berbagai variasi suhu dan lama perendaman; 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang cara-cara pelaksanaan pencampuran di tempat pencampuran aspal (AMP). 4. Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut di lapangan untuk meneliti lebih mendalam pengaruh beban lalulintas dan pengaruh cuaca terhadap campuran ini.

78

5.

Perlu terus dikembangkan metode dan inovasi teknologi dalam penelitian untuk pemanfaatan bantak dan BGA yang lebih optimal.

Anda mungkin juga menyukai