Anda di halaman 1dari 5

Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit menggunakan Response Surface Methode (Padil, et al)

OPTIMASI HIDROLISIS TANDAN KOSONG SAWIT DENGAN EKSTRAK ABU TKS MENGGUNAKAN RANCANGAN PERCOBAAN RESPONSE SURFACE METHODE
Padil1, Yelmida A1 dan Masfika Candra2
1

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Alumni Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Kampus Binawidya Jl. H.R. Subrantas Km 12.5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
E-mail : fadilpps@yahoo.com, masfika_che06@yahoo.co.id

ABSTRACT
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan salah satu limbah padat perkebunan kelapa sawit yang dapat bernilai ekonomi bila diolah lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah TKS dalam rangka memurnikan selulosanya yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan nitroselulosa yang bernilai ekonomi tinggi. Fokus yang ditinjau adalah melihat pengaruh suhu, waktu, rasio larutan-padatan serta optimasi pada proses pemurnian selulosa dari TKS menggunakan larutan pemasak ekstrak abu TKS dengan pendekatan statistik menggunakan RSM (response surface method). Bahan baku dimasukkan ke dalam reaktor hidrolisis yang telah berisi larutan ekstrak abu TKS tertentu (x2), selanjutnya reaktor hidrolisis ditutup rapat dan dipanaskan sehingga mencapai suhu tertentu (x1) dan dipertahankan tetap selama waktu tertentu (x3). Setelah proses hidrolisis selesai, TKS hasil hidrolisis tersebut dianalisa, kemurnian selulosa, kadar lignin, ekstraktif, dan kadar hemiselulosanya. Proses yang digunakan adalah secara bacth. Berdasarkan pendekatan Response Surface Method-Central Composite Design diketahui bahwa temperatur dan waktu pemasakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemurnian selulosa. Hubungan antara variabel terhadap pemurnian selulosa dimodelkan Y = 82,6964 + 0,8692 X1 + 1,0184X3 - 1,0091X12, sedangkan nilai respon optimal proses pemurnian selulosa adalah 82,19 % dengan kondisi operasi pada waktu pemasakan 151,77 menit, temperatur pemasakan 92,99 oC dan nisbah padatan-larutan 1: 8,78.

ABSTRACT
Empty Fruit Bunches is one of the solid waste of palm plantations that could have valued if it processed further. This research aims to utilize waste palm empty fruit bunches in order to purify of cellulose which can then be used as raw material for making nitrocellulose which have a high economic value. The focus of interest is the effect of temperature, time, solution-solid ratio and optimization in the process of purification of cellulose from palm empty fruit bunches using empty fruit bunch ash extract which is analysed with a statistical approach using the RSM (response surface method). Raw materials were incorporated into the hydrolysis reactor that already contained of empty fruit bunch ash extract solution (x2), further hydrolysis reactor sealed and heated to achieve a certain temperature (x1) and kept for a certain time (x3). After the hydrolysis process is completed, empty fruit bunch hydrolysis results were analyzed for the purity of cellulose, lignin, extractive, and hemiselulosa composition. Response Surface Method Based on the approach-Central Composite Design is known that the temperature and cooking time had a significant influence on the purity of cellulose. The relationship between variables on the purity of cellulose is modeled Y = 82.6964 + 0.8692 X1 + 1.0184 X3 -1.0091 X12, while the value of the optimal response of cellulose purification process is 82.19% with cooking time at 151.77 minutes, cooking temperature 92.99C and solid-solution ratio 1: 8.78. Keywords : cellulose, empty fruit bunches, response surface method

42

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 42-46

PENDAHULUAN
TKS (Tandan Kosong Sawit) adalah salah satu limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKS sebanyak 25%. TKS ini belum dimanfaatkan secara baik oleh sebagian besar Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Riau. Selama ini TKS yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi [Padil,2010]. Mengingat jumlah TKS yang cukup besar dan meningkat setiap tahunnya, secara laboratoris dipandang perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan suatu manajemen yang harus diarahkan pada terbentuknya suatu sistem manajemen lingkungan termasuk di dalamnya teknik zero waste management pada seluruh tahap kegiatan sampai dapat mencapai predikat ecolabelliry dengan memanfaatkan TKS untuk mendapatkan produk yang bernilai ekonomis. Serat selulosa dalam TKS berada dalam bentuk selulosa , , dan . Kadar selulosa yang tinggi dari TKS dapat digunakan untuk memproduksi nitroselulosa, bahan baku pembuatan propelan atau bahan peledak. Untuk mendapatkan kadar selulosa yang tinggi dari TKS, diperlukan suatu proses pengolahan yang dapat memurnikan selulosanya [Padil,2006]. Tarmansyah [2007], melakukan pemurnian selulosa dari bahan baku serat rami melalui proses hidrolisis menggunakan cairan pemasak larutan NaOH. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi hidrolisis TKS yang bertujuan untuk pemurnian selulosanya menggunakan ekstrak abu TKS. Salah satu metode optimasi yang digunakan adalah Response Surface Methode (RSM). [Iriawan.,dan Astuti,2006]. RSM adalah sekumpulan metode matematika dan teknik-teknik statistik yang bertujuan membuat model dan melakukan analisis mengenai respons yang dipengaruhi oleh beberapa variable. RSM memiliki keunggulan diantaranya metode ini tidak memerlukan data-data percobaan dalam jumlah yang besar dan tidak membutuhkan waktu lama sehingga secara otomatis metode ini dapat menghemat biaya dalam penelitian. [Iriawan.,dan Astuti,2006]. Metode response surface merupakan sekumpulan metode matematika dan teknik-teknik statistik yang bertujuan membuat model dan melakukan analisis mengenai respon yang dipengaruhi oleh
43

beberapa variabel. Rancangan percobaan response surface digunakan untuk mengetahui hubungan antara satu atau lebih variabel respon dengan sejumlah variabel kuantitatif percobaan. Pemilihan rancangan percobaan ini didasari atas tujuan untuk: 1. Melihat pengaruh variabel bebas terhadap respon. 2. Mendapatkan model hubungan antara variabel bebas dan respon. 3. Mendapatkan kondisi operasi yang menghasilkan respon terbaik.

METODE PENELITIAN
Tahap-tahap penelitian proses hidrolisis TKS terdiri dari persiapan dan analisa bahan baku, pembuatan cairan pemasak dari ekstrak abu TKS, prehidrolisa, pemasakan dan analisa hasil. Pada persiapan dana analisa bahan baku, bahan baku yang digunakan adalah tandan kosong sawit. Bahan tersebut kemudian dipotong-potong dengan ukuran 1 - 2 cm dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kadar air sisa pada tandan kosong sawit 10%. Sebelum proses hidrolisis terhadap TKS dilakukan analisa komponen kimia bahan baku. Analisis komponen kimia bahan baku bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia yang terdapat dalam bahan baku, yang terdiri dari analisa kadar air, selulosa, hemiselulosa, dan kadar lignin. Penyiapan larutan pemasak (ekstrak abu tandan kosong sawit), larutan pemasak pulp yang digunakan adalah ekstrak abu tandan kosong sawit. Abu tandan kosong sawit didapat dari hasil pembakaran tandan kosong sawit dalam incenerator pada pabrik CPO. Untuk memperoleh larutan pemasak dilakukan beberapa tahapan. Mula-mula abu TKS disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh. Abu yang lolos saringan kemudian ditambahkan air dengan perbandingan massa abu dan air 1:4. Larutan tersebut selanjutnya diaduk selama 15 menit sebelum didiamkan selama 48 jam hingga semua abu terendapkan. Larutan hasil ekstrak diperoleh dengan memisahkan endapan abu dari larutan, kemudian larutan tersebut disiapkan sebagai larutan pemasak (Naldo, 2007). Bahan baku di prehidrolisa terlebih dahulu. Prehidrolisa bertujuan untuk mempercepat penghilangan pentosan (hemiselulosa) dalam bahan baku pada waktu pemasakan. Prehidrolisa menggunakan larutan pemasak dari ekstrak abu

Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit menggunakan Response Surface Methode (Padil, et al)

TKS. Kondisi prehidrolisa adalah temperatur maksimum 1000C, rasio bahan baku terhadap larutan pemasak 1:6, waktu 1 jam. Setelah prehidrolisa filtratnya dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan proses pemasakan (Tarmansyah., 2007). Pemasakan (cooking) pemasakan tandan kosong sawit bertujuan untuk mendapatkan pulp cokelat dengan menggunakan ekstrak abu TKS. Pulp hasil pemasakan disaring dan dicuci dengan air panas untuk menghilangkan lindi hitam (Tarmansyah., 2007). Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan metode response surface merupakan suatu metode gabungan antara matematika dan teknik stastik, digunakan untuk membuat model dan menganalisa suatu respon y yang dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas/ faktor x guna mengoptimalkan respon tersebut. Hubungan antara respon y dan variabel bebas x adalah: Langkah pertama dari RSM adalah menemukan hubungan antara respon y dan faktor x melalui persamaan polinomial orde pertama dan digunakan model regresi (1) linier, atau yang lebih dikenal dengan first-order model (model orde I)

Gambar 1. Tahapan Optimasi dengan Metode Response Surface

hemiselulosa, lignin, dan ekstraktif. Tabel 1 menyajikan data hasil analisa komponen penyusun tandan kosong sawit. Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa tandan kosong sawit berpotensi untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi, salah satu caranya adalah pemurnian selulosanya. Serat dengan kadar selulosa yang tinggi (>92%) dapat digunakan untuk memproduksi nitroselulosa, bahan baku pembuatan propelan atau
Tabel 1. Komposisi Kimiawi Tandan Kosong Sawit Bahan Baku Komponen Hasil uji (%) 6,78 34,26 25,65 19,41 3 Metoda uji SNI 14-7070-2005 SNI 0444-2-2009 SNI 01-1561-1989 SNI 14-0492-1990 TAPPI T-222 cm-98

Rancangan eksperimen orde II yang digunakan (2) adalah rancangan faktorial 3k (Three Level Factorial Design), yang sesuai untuk masalah optimasi. Kemudian dari model II ditentukan titik stasioner, karakteristik permukaan respon dan model optimasinya. Pulp padat yang diperoleh dari hasil pemasakan selanjutnya dianalisis komponen kimianya antara lain kadar air, kadar ektraktif, selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

Kadar air Selulosa Hemiselulosa Lignin Ekstraktif

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komponen utama yang terkandung dalam bahan baku berupa tandan kosong sawit adalah selulosa,
44

Sumber: Padil,2010

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 42-46

bahan peledak. Hasil analisa ekstrak abu tandan kosong sawit diketahui memiliki kadar Kalium (K), Silika (SiO2) dan Karbonat (CO3) yang tinggi dibandingkan dengan unsur atau senyawa lainnya yang ada di dalam abu TKS. Kalium dalam abu TKS adalah sekitar 25,68%. KOH yang terdapat dalam larutan ekstrak abu TKS dapat dijadikan pengganti NaOH, sumber alkali yang umumnya digunakan dalam pembuatan pulp. Hal ini disebabkan oleh kalium mempunyai sifat yang mirip dengan Natrium diantaranya sangat reaktif terutama dalam air dan merupakan basa kuat. Kalium dan karbonat larut dalam air membentuk ion K+ dan CO32- seperti terlihat dalam Persamaan 3.1. Ion karbonat bersifat reaktif sehingga akan mengikat ion H+ yang ada di dalam air dan membentuk HCO3- (Persamaan 3.2). Sedangkan ion kalium bersifat reaktif sehingga di dalam air berikatan dengan ion OH- membentuk KOH, sehingga larutan ekstrak abu TKS bersifat basa dengan pH > 7. Menurut (Snell,et,al,. 2004) reaksinya adalah sebagai berikut: K2CO3 2K+ + CO32- . (3) CO32- + H2O HCO3- + OH- (4) Kalium hidroksida (KOH) yang terbentuk dalam

Gambar 2. Contour Plot Persentase Selulosa terhadap Pengaruh Waktu Pemasakan dan Temperatur Pemasakan

respon optimum pemurnian selulosa didapat sebesar 82,19 % dengan waktu pemasakan 151,77 menit, temperatur pemasakan 92,99 oC dan nisbah padatan - larutan 1: 8,78, dari penelitian yang dilakukan persamaan untuk pemurnian selulosa adalah persamaan orde 2 yaitu Y = 82,6964 + 0,8692 X1 + 1,0184X3 -1,0091X12. Sebaran optimasi pemurnian selulosa dapat dilihat pada Gambar 2. Dari hasil pengujian parameter regresi secara individu, pemurnian selulosa dipengaruhi oleh waktu pemasakan dan temperatur pemasakan. Sedangkan nisbah padatan - larutan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap permunian selulosa. Pengaruh terbesar diberikan oleh temperatur pemasakan diikuti waktu pemasakan. Pengaruh waktu pemasakan dan temperatur pemasakan terhadap permunian selulosa ditampilkan dalam bentuk Surface Curve pada Gambar 3. Pengaruh temperatur pemasakan memberikan

Lignin

Lignat

larutan ekstrak abu TKS akan bereaksi dengan komponen tandan kosong sawit pada saat proses hidrolisis berlangsung. Menurut Snell et al. [2004] reaksi komponen tandan kosong sawit dengan ekstrak abu TKS adalah reaksi delignifikasi oleh KOH sebagai berikut: PH larutan ekstrak abu TKS pada penelitian ini adalah 12,5. Informasi pH larutan dijadikan sebagai pembanding dengan hasil penelitian sebelumnya. Pada proses alkaline pulping umumnya larutan pemasak (NaOH) memiliki range pH 13 - 14. Snell et al. [2004] dan Naldo., [2007] adalah peneliti yang menggunakan ekstrak abu TKS dalam pembuatan pulp non-wood. Ekstrak abu TKS pada penelitian Snell et al. [2004] memiliki nilai pH 13,5-14 dan pada penelitian Naldo., [2007] memiliki nilai pH 13. Penentuan titik optimum proses dilakukan dengan menentukan titik stationer. Sedangkan sebaran optimasi proses dapat dilihat dari contour plot. Dari hasil perhitungan titik stationer diketahui
45

Gambar 3. Surface Curve Persentase Selulosa terhadap Pengaruh Temperatur dan Waktu Pemasakan

Optimasi Hidrolisis Tandan Kosong Sawit menggunakan Response Surface Methode (Padil, et al)

pengaruh yang siknifikan terhadap kemurnian selulosa. Peningkatan temperatur pemasakan dapat meningkatkan kemurnian selulosanya. Hal ini disebabkan karena peningkatan temperatur mempercepat proses hidrolisis yang berperan dalam pemutusan ikatan lignin dan hemiselulosa [Fengel dan Wegener, 1995]. Tetapi, peningkatan variasi temperatur pemasakan terus menerus cenderung menyebabkan turunnya kemurnian selulosa. Hal ini disebabkan oleh terjadinya degradasi selulosa pada suhu yang lebih tinggi. Hasil ini berarti bahwa langkah pertama dalam degradasi termal selulosa adalah pemecahan makromolekul yang menghasilkan produk yang larut dalam alkali dan diikuti dengan penurunan derajat polimerisasi selulosa yang cepat dengan peningkatan temperatur [Fengel dan Wegener, 1995]. Variasi waktu pemasakan memberikan pengaruh yang siknifikan terhadap kemurnian selulosa. Menurut Purnama [2009], waktu pemasakan reject pulp yang panjang menyebabkan yield glukosa yang semakin besar. Pada penelitian ini peningkatan waktu pemasakan dapat meningkatkan kemurnian selulosanya. Hal ini terjadi karena semakin lama waktu pemasakan, pemutusan ikatan selulosa dari bahan baku lebih banyak. Tetapi peningkatan variasi waktu pemasakan terus menerus cenderung menyebabkan turunnya kemurnian selulosa. Hal ini disebabkan oleh terjadinya degradasi selulosa membentuk gula sederhana yaitu glukosa untuk waktu pemasakan yang panjang. Degradasi selulosa disebabkan oleh terhidrolisisnya selulosa yang dapat memecah dan merusak struktur kristal selulosa. Variasi nisbah larutan-padatan memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemurnian selulosa. Menurut Purnama [2009], peningkatan konsentrasi larutan pemasak menyebabkan peningkatan yield glukosa. Pada penelitian ini peningkatan konsentrasi larutan pemasak menyebabkan peningkatan selulosanya. Meningkatnya jumlah larutan pemasak berarti bertambahnya jumlah ion OH- yang berperan dalam pemutusan ikatan lignin dan hemiselulosa. Dengan semakin banyaknya pemutusan ikatan lignin dan hemiselulosa dari selulosa maka akan menyebabkan meningkatnya selulosanya [Naldo, 2007]. Tetapi, peningkatan nisbah larutan padatan terus menerus cenderung menyebabkan turunnya kemurnian selulosa. Hal ini disebabkan oleh terdegradasinya selulosa menjadi glukosa untuk peningkatan jumlah larutan pemasak.
46

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak abu TKS dengan komponen utama kalium dapat digunakan sebagai larutan pemasak dalam pemurnian selulosa TKS. Temperatur pemasakan mempunyai pengaruh terbesar terhadap pemurnian selulosa jika dibandingkan dengan waktu pemasakan dan nisbah padatan - larutan. Kondisi optimal selulosa yang diperoleh adalah 82,19 % pada waktu pemasakan 151,77 menit, temperatur pemasakan 92,99 oC dan nisbah padatan - larutan 1: 8,78, dimana persamaan untuk pemurnian selulosa adalah persamaan orde 2 yaitu Y = 82,6964 + 0,8692 X1 + 1,0184X3 -1,0091X12.

DAFTAR PUSTAKA
Fengel, D., dan Wegener, G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Translated from the English by H. Sastrohamidjojo. Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Iriawan.,N., dan Astuti,S.P. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit ANDI Yogyakarta. Naldo, H.R. 2007. Research into Pembuatan Pulp Batang Jagung dengan Ekstrak Abu TKS. Skripsi. Universitas Riau. Padil. 2006. Produksi Asap Cair dari Limbah Padat Sawit (Suatu Rancangan Penelitian). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia 2006 dan Munas Aptekindo Palembang Padil. 2010. Proses Pembuatan Nitrosellulosa Berbahan Baku Biomassa Sawit. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Teknik Universitas Riau 2010. Pekanbaru. ISBN 978-60296729-0-9. Purnama, A. 2009. Pengaruh Konsentrasi Katalis Asam Sulfat dan Waktu Reaksi Pada Hidrolisa Reject Pulp Menjadi Glukosa. Skripsi. Universitas Riau. Snell, R. Mott, L. Suleman, A. Sule, A. Mayhead, G. 2004. Potassium-Based Pulping Regimes For Oil Palm Empty Fruit Bunch Material [Internet]. Bangor. Biocomposite Center. Availablefrom: <www.bc.bangor.ac.uk-/ _03_research/research4_pulp_paper.htm> [Accessed 12 Agustus 2009]. Tarmansyah, U.S. 2007. Pemanfaatan Serat Rami Untuk Pembuatan Selulosa. Jakarta Selatan. Puslitbang Indhan Balitbang Dephan.

Anda mungkin juga menyukai