Pengertian Sistem retikuloendotelial adalah jaringan pengikat retikular yang tersebar luas menyelubungi sinusoid-sinusoid darah di hati, sumsum tulang dan juga menyelubungi saluran-saluran limfe di jaringan limfatik. Sistem retikuloendotelialini mengandung 3 sel: Sel-sel retikuloendotelial yang melapisi sinusoid darah di hati, limpa, sum-sumtulang,kelenjar limfe, termasuk sel-sel kupffer di hati dan sel-sel serupa diparu-paru dan sumsum tulang. Makrofag adalah sel-sel terbanyak yang menempati jaringan pengikat andisebuthistiosit atau resting wandering cells atau clasmatocytes. Mikroglia yang menyokong pusat susunan saraf Sel-sel retikuloendotelialdapat melepaskan diri dari kerangkanya danmengembara, pengembaraan ini tidak menggunakan darah. Organ sistem retikuloendotelial pada manusia meliputi : Kelenjar limfe: mengandung sel-sel retikuloendotelial dan sel-sel plasma, berfungsi memfiltrasi cairan ekstrasel dan membuat antibodi. Limpa: mengandung sel-sel retikuloendotelial, limfosit dan sel-sel plasma, fungsinya adalah memfiltrasi darah dan membuat antibody. Hati: mengandung sel-sel retikuloendotelial dan hepatosit, fungsinya adalah memfiltrasi darah. Sumsum tulang: mengandung sel-sel retikuloendotelial, sel-sel awal darah dan sel-sel lemak, fungsinya adalah pembentukan sel-sel darah. Fungsi Fungsi sistem ini adalah : Menghancurkan sel-sel darah yang telah tua, membuat dan melepaskan bilirubin ke sirkulasi Memakan bakteria, melipatgandakan diri kalau ada infeksi, jadi bertanggung jawab dalam mempertahankan badan melawan infeksi Memakan dan memproses antigen dan merangsang sel-sel plasma untuk membuat antibodi
1. 2. 3.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3.
B. Sistem Retikuloendotelial
Fungsi sistem ini adalah :
1. Menghancurkan sel-sel darah yang telah tua, membuat dan melepaskan bilirubin ke
sirkulasi
2. Memakan bakteria, melipatgandakan diri kalau ada infeksi, jadi bertanggung jawab
dalam mempertahankan badan melawan infeksi
3. Memakan dan memproses antigen dan merangsang sel-sel plasma untuk membuat
antibodi Organ sistem retikuloendotelial pada manusia meliputi:
4. Sumsum tulang: mengandung sel-sel retikuloendotelial, sel-sel awal darah dan sel-sel
lemak, fungsinya adalah pembentukan sel-sel darah.
Infopenyakitdalam.com - Bilirubin adalah suatu pigmen berwarna kuning berasal dari unsur porfirin dalam hemoglobin yang terbentuk sebagai akibat penghancuran sel darah merah oleh selsel retikuloendotel. Sungguhpun berasal dari hemoglobin, bilirubin tidak mengandung zat besi. Bilirubin yang baru terbentuk ini larut dalam lemak. Di dalam plasma darah bilirubin ini berikatan dengan albumin. Karena terbentuk secara normal dari penghancuran sel darah merah maka proses metabolisme dan sekresi selanjutnya dapat berlangsung secara terus menerus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran eritrosit oleh makrofag di dalam limfa, hati dan alat retikuloendotel lain akan mengalami proses pemecahan menjadi heme dan globin. Melalui proses oksidasi, komponen globin mengalami degadrasi menjadi asam amino dan digunakan untuk pembentukan protein lain. Unsur heme selanjutnya oleh heme-oksigenase, teroksidasi menjadi biliverdin dengan melepas zat besi dan karbonmonoksida. Biliverdin redukse akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi. Sungguhpun lebih dari 80% bilirubin terjadi dari pemecahan heme yang berasal dari eritrosit namun sekitar 15-20% bilirubin dapat pula berasal dari h emoprotein lain seperti mioglobin, sitokrom. Bilirubin tidak terkonjugasi ini adalah suatu zat lipofilik, larut dalam lemak, hampir tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dikeluarkan dalam urin melalui ginjal (disebut pula bilirubin indirek karena hanya bereaksi positif pada tes setelah dilarutkan dalam alkohol). Karena sifat lippofilik, zat ini dapat melalui membran sel dengan relatif mudah. Setelah dilepas ke dalam plasma sebagian besar bilirubin tidak terkonjugasi ini membentuk ikatan dengan albumin sehingga dapat larut di dalam darah. Pigmen ini secara bertahap berdifusi ke dalam sel hati (hepatosit). Dalam hepatosit, bilirubin tak berkonjugasi, dikonjugasi dengan asam glukoromat membentuk bilirubin glukuronida atau bilirubin terkonjugasi (disebut pula bilirubin direk). Reaksi konjugasi dikatalisasi oleh enzim glukoronil transferase suatu enzim yang terdapat di retikulum endoplasmik dan merupakan kelompok enzim yang mampu memodifikasi zat asing yang bersifat toksik. Kelompok enzim ini dapat diaktifkan dengan rangsangan fenobarbital, oleh karena itu fenobarbital dapat dijadikan sebagai pengobatan, terutama apabila hanya terjadi penurunan kadar glukonil trasferase. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air, dapat dikeluarkan melalui ginjal namun dalam keadaan normal tidak dapat terdeteksi dalam urin. Sebagian besar bilirubin terkonjugasi ini dikeluarkan ke dalam empedu, suatu campuran kolesterol, fospholipid, bilirubin glukuronida dan garam empedu. Sesudah dilepas ke dalam salurann cerna bilirubin glukoronida (bilirubin terkonjugasi) diaktifkan oleh enzim bakteri di dalam usus, sebagian menjadi komponen urobilinogen yang akan keluar dalam tinja (sterkobilin), atau diserap kembali dari saluran cerna, dibawa ke hati dan dikeluarkan kembali ke dalam empedu. Urobilinogen dapat larut dalam air, oleh karena itu sebagian dikeluarkan melalui ginjal
Pada individu normal, sekitar 85% bilirubin terbentuk dari pemecahan sel darah merah tua dalam sistem monosit makrofag. Masa hidup rata-rata sel darah merah adalah 120 hari. Setiap hari sekitar 50 ml darah dihancurkan, menghasilkan 200 sampai 250 mg bilirubin. Kini diketahui bahwa sekitar 15 % pigmen empedu total tidak bergantung pada mekanisme ini, tetapi berasal dari destruksi sel eritrosit matang dalam sumsum tulang (hematopoiesis tidak efektif) dan dari hemoprotein lain, terutama dari hati. Pada katabolisme hemoglobin (terutama ter jadi dalam limpa), globulin mulamula dipisahkan dari hem, setelah itu hem diubah menjadi biliver din. Bilirubin tak terkonyugasi kemudian dibentuk dari biliverdin. Bilirubin tak terkonyugasi berikat an lemah dengan albumin, diangkut oleh darah ke sel-sel hati. Metabolisme bilirubin oleh sel hati berlangsung dalam empat langkah produksi, transportasi, konyugasi, dan ekskresi. . 1. Produksi Sebagian besar bilirubin terbentuk scbagai akibat degradasi hemoglobin pa da sistem retikulocndotelial (RES). Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua. Satu gram hemoglo bin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek. Bilirubin indirek yaitu bili rubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat wama diazo (reaksi Hymans van den Bergh), yang bcrsifat tidak. larut dalam air tetapi larut dalam Ie mak. 2.Transportasl Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin. Sel parenkima hepar mempunyai cara yang selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma. Bilirubin ditransfer melalui membran sel kcdalam hepatosit sedangkan albumin tidak. Pengambilan oleh sel hati memerlukan protein sitoplasma atau protein penerima, yang diberi simbol sebagai protein Y dan Z. Di dalam sel bilirubin akan terikat terutama pada ligandin (- protein Y, glutation Stransferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase lain dan protein Z. Proses ini merupakan proses 2 arah, tergantung dari konsentrasi dan afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang masuk hepatosit dikonjugasi dan diekskresi ke dalam empedu. Dengan adanya sitosol hepar, ligandin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak. Pem berian fenobarbital mempertinggi konsentrasi ligandin dan memberi tem pat pengikatan yang Iebih banyak untuk bilirubin 3. Konyugasi Konyugasi molekul bilirubin dengan asam glukuronat berlangsung dalam retikulum endo plasma sel hati. Langkah ini bergantung pada adanya glukuronil transferase, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi. Konyugasi molekul bilirubin sangat mengubah sifat-sifat bilirubin. Bilirubin ter konyugasi tidak larut dalam lemak, tetapi larut dalan air dan dapat diekskresi dalam kemih. Sebaliknya bilirubin tak terkonyugasi larut lemak, tidak larut air,
dan tidak dapat diekskresi dalam kemih. Transpor bilirubin terkonjugasi melalui membran sel dan sekresi ke dalam kanalikuli empedu oleh proses aktif merupakan langkah akhir metabolisme bilirubin dalam hati. Agar dapat di ekskresi dalam empedu, bilirubin harus -dikonyugasi. Bilirubin terkonyugasi kemudian di ekskresi melalui saluran empedu ke usus halus. Bilirubin tak terkonyugasi tidak diekskresikan ke dalam empedu kecuali setelah proses foto-ok sidasi 4. 4. Ekskresi Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan diekskresi dengan cepat ke sistem empcdu kemudian ke usus.Bakteri usus mereduksi bilirubin terkonyugasi menjadi serangkaian senyawa yang dinamakan sterkobilin atau urobilinogen. Zat-zat ini menyebabkan feses berwarna coklat. Dalam usus bilirubin direk ini tidak diabsorpsi; sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan dircabsorpsi. Siklus ini disebut siklus enterohepatis. Sekitar 10% sam pai 20% urobilinogen mengalami siklus entero hepatik, sedangkan sejumlah kecil diekskresi dalam kemih