Anda di halaman 1dari 3

4.

7 Keterkaitan antara SST, Chl-a, CpUE, El-nino, dan DMI

SPL - El Nino- DMI - CPUE - Khl-a


2.00 1.50 1.00 15000.00 0.50 0.00 Jan Jan Jan Jan Apr Apr Apr Apr Jan Apr Jul Jul Jul Jul Jul 10000.00 5000.00 SPL-ano Khl-a ano Nino 3.4 30000.00 25000.00 20000.00

Oct

Oct

Oct

Oct

Oct

DMI CPUE ano

0.00 -5000.00

-0.50 -1.00 -1.50

2003

2004

2005

2006

2007

-10000.00 -15000.00

Grafik hubungan Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Hasil Tangkap, El Nino dan DMI.

Pada tahun 2003, kondisi DMI, Chl-a, dan El-nino menunjukkan grafik yang saling berbanding lurus sehingga mempunyai keterkaitan diantara ketiganya. Sementara itu kondisi CpUE dan SST menunjukkan grafik yang saling berbanding terbalik dengan ketiga parameter lainya yaitu DMI, Chl-a, dan El-nino. Hal tersebut dapat dilihat dengan perbedaan nilai grafik yang signifikan. Pada tahun 2004, kondisi SST, Chl-a, dan DMI menunjukkan grafik yang saling berbanding lurus sehingga mempunyai keterkaitan diantara ketiganya. Sementara itu kondisi CpUE dan El-nino menunjukkan grafik yang saling berbanding terbalik dengan ketiga parameter lainya yaitu SST, Chl-a, dan DMI. Hal tersebut dapat dilihat dengan perbedaan nilai grafik yang signifikan. Pada tahun 2005, kondisi El-nino, Chl-a, dan SST menunjukkan grafik yang saling berbanding lurus sehingga mempunyai keterkaitan diantara ketiganya. Sementara itu kondisi CpUE dan DMI menunjukkan grafik yang saling berbanding terbalik dengan ketiga parameter lainya yaitu El-nino, Chl-a, dan SST. Hal tersebut dapat dilihat dengan perbedaan nilai grafik yang signifikan.

Pada tahun 2006, kondisi CpUE, Chl-a, El-nino dan DMI menunjukkan grafik yang saling berbanding lurus sehingga mempunyai keterkaitan diantara keempatnya. Sementara itu kondisi SST menunjukkan grafik yang saling berbanding terbalik dengan keempat parameter lainya yaitu CpUE, Chl-a, El-nino dan DMI. Hal tersebut dapat dilihat dengan perbedaan nilai grafik yang signifikan. Pada tahun 2007, kondisi SST dan Chl-a saja yang menunjukkan grafik saling berbanding lurus sehingga mempunyai keterkaitan diantara keduanya. Sementara itu kondisi DMI, El-nino dan CpUE menunjukkan grafik yang saling berbanding terbalik dengan kedua parameter lainya yaitu SST dan Chl-a. Hal tersebut dapat dilihat dengan perbedaan nilai grafik yang signifikan. Jadi, dapat diambil kesimpulan dari grafik hubungan antara Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Hasil Tangkap, El Nino dan DMI. Jika Suhu Permukaan Laut mengalami peningkatan maka akan terjadi El Nino dan DMI yang menyebabkan hasil tangkapan menurun dan naiknya Suhu Permukaan Laut tersebut juga menyebabkan menurunnya kandungan klorofil di laut sehingga Hasil Tangkap juga akan mengalami penurunan karena menurunnya populasi phytoplankton sebagai sumber makanan dan penyedia O2 bagi ikan. Suhu permukaan berkisar antara 28.4229.96C dengan rata-rata 29.02C. Suhu maksimum permukaan mencapai 29.96C sedangkan suhu minimum pada kedalaman 1000 meter mencapai 4.31C. Umumnya sebaran konsentrasi klorofila tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Meskipun demikian pada beberapa tempat masih ditemukan konsentrasi klorofila yang cukup tinggi, meskipun jauh dari daratan. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain, seperti yang terjadi pada daerah upwelling (Mann and Lazier, 2006). Produksi perikanan laut dalam dasawarsa terakhir mengalami peningkatan ratarata 4,95 persen per tahun namun ini masih rendah dari yang diharapkan yaitu sekitar 6 persen per tahun. Salah satu faktor penyebabnya disinyalir adalah banyaknya kapalkapal asing yang berseliweran(beroperasi) di perairan kita, kapal asing ini beroperasi tidak hanya di perairan ZEE tetapi juga di perairan nusantara menurut data ada sekitar 5000 kapal asing milik Thailand, Filipina, Taiwan, Korea dan RRC beroperasi diperairan kita, Berdasarkan asumsi yang dilansir FAO, kerugian negara akibat illegal fishing mencapai 30 trilyun rupiah pertahun. Dengan tingkat kerugian mencapai 25% dari total potensi perikanan yang kita miliki.Potensi lestari (MSY/maximum suistanable yield) perairan kita 6,4 juta ton per tahun sedangkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB/Total Allowable Catch/TAC) adalah sebesar 5,12 juta ton per tahun atau 80% dari MSY . Menurut data tahun 2003 total hasil tangkapan ikan adalah 4,4 juta ton per tahun sehingga produksi masih terdapat peluang pengembangan 720.000 ribu ton per tahun ini terutama pada perairan-perairan seperti Laut Banda, Laut Arafuru (kecuali udang), Laut Maluku dan Laut Sulawesi (Mann and Lazier, 2006).

Sumber: Mann, K.H. (Kenneth Henry), 2006. Dynamics of marine ecosystems : biologicalphysical interactions in the oceans /K.H. Mann & J.R.N. Lazier.3rd ed.

Anda mungkin juga menyukai