Anda di halaman 1dari 21

civil engineering

Kamis, 14 Juli 2011


Pengujian Aspal
A. JENIS PENGUJIAN Pengujian Penetrasi Aspal Pengujian penetrasi aspal adalah suatu pengujian yang di gunakan untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal sehingga dapat diketahui mutunya. Pengujian penetrasi aspal ini menggunakan alat yang bernama penetration test, alat inilah yang akan membantu kita untuk menentukan seberapa besar penetrasi aspal yang di uji. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan. Salah satu jenis pengujian

dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal (RSNI 06-2456-1991). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu,beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu ( Buku panduan praktikum bahan lapis keras, Laboratorium Teknik Transportasi Universitas Gajah Mada).

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 062456-1991). Aspal keras/panas ( Aspalt cement, AC ), adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan ( termperatur ruang). Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya yaitu: 1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50. 2. AC pen 60/70, yaitu Ac dengan penetrasi antara 60-70. 3. AC pen 85/100, yaitu aspal dengan penertrasi antara 85-100. 4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150. 5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300. Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di Indonesia umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70 dan 85-100 (Sukirman S,1999 ). Tabel 1. Ketentuan perbedaan nilai penetrasi yang tertinggi dengan yang terendah Penetrasi 0 - 49 50 - 149 150 - 249 250 -500

Maksimum perbedaan nilai penetrasi antara yang tertinggi dengan yang terendah

12

20

C. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam Pratikum Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai berikut: 1. Alat Alat yang digunakan meliputi: a. Cawan Cawan merupakan alat yang digunakan sebagai tempat bahan pengujian. Cawan terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar yang rata dan berukuran sebagai berikut :

1) Untuk pengujian penetrasi di bawah 200: a) Diameter, 55 mm b) Tinggi bagian dalam, 35 mm 2) Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350: a) Diameter, 55 75 mm b) Tinggi bagian dalam, 45 -70 mm 3) Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500: a) Diameter, 55 mm b) Tinggi bagian dalam, 70 mm

Gambar 1. Cawan. b. Termometer Termometer digunakan sebagai alat pengukur suhu. Termometer harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala tidak melebihi 0,1C atau dapat juga digunakan pembagian skala termometer lain yang sama ketelitiannya dan kepekaannya. 2) Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar Termometer.

Gambar 2. Termometer. c. Penetrometer Penetrometer berfungsi sebagai pengukur penetrasi aspal. Penetrometer harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk bergerak secara vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat. 2) Berat pemegang jarum 47,5 gram 0,05 gram. Berat total pemegang jarum beserta jarum 50 gram 0,05 gram. Pemegang jarum harus mudah dilepas dari penetrometer untuk keperluan pengecekan berat. 3) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90) ke permukaan. 4) Berat beban 50 gram 0,05 gram dan 100 gram 0,05 gram sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi pengujian yang diinginkan.

Gambar 3. Penetrometer

d. Jarum penetrasi Jarum penetrasi merupakan bagian dari penetrometer yang berfungsi sebagi alat untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal. Jarum penetrasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade HRC 54 sampai 60. 2) Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum panjang memiliki panjangsekitar 60 mm (2,4 in). 3) 4) 5) 6) 7) Diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm. Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7 dan 9,7. Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan jarum. Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang lurus tidak boleh melebihi0,2 mm. Diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm dan terpusat terhadap sumbu jarum. 8) 9) Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus. Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40 sampai 45 mm sedangkan untuk jarum panjang antara 50 mm - 55 mm (1,97 2,17 in). 10) Berat jarum harus 2,50 gram 0,05 gram. 11) Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu aspal harus memenuhi kriteria tersebut di atas disertai dengan hasil pengujian dari pihak yang berwenang. 440-C atau yang setara,

g. Baskom

Baskom merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat merendam aspal agar suhu aspal turun. h. Stop Watch. Stop watch digunakan sebagai alat untuk mengatur waktu. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai berikut: a. Aspal Aspal adalah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Fungsi aspal dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Fungsi umum :

a) Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri. b) Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri. 2) Fungsi Khusus : Aspal berfungsi sebagai bahan yang akan diuji.

Gambar 4. Aspal yang sudah diuji. b. Es Batu Es batu hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai. Di dalam pengujian ini es batu berfungsi sebagai bahan untuk mendinginkan aspal. D. LANGKAH KERJA

Langkah kerja yang dilakukan dalam Praktikum Pengujian Aspal adalah sebagai berikut: 1. Alat dan bahan dipersiapkan. 2. Es batu dihancurkan dan dimasukan kedalam baskom kemudian ditambah air secukupnya. 3. Aspal dimasukan kedalam baskom hingga suhunya turun dan sesuai dengan suhu yang telah ditetapkan. 4. Suhu aspal diukur dengan menggunakan termometer sebelum dilakukan pengujian penetrasi. 5. Jarum penetrasi diperiksa dan dibersihkan agar tidak ada kotoran yang menempel. 6. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum sehingga diperoleh beban seberat (100 0,1) gram. 7. Jarum diturunkan secara perlahan-lahan sehingga jarum menyentuh permukaan benda uji. Kemudian Angka pada arloji diatur pada posisi 0, sehingga jarum petuunjuk akan berhimpit. 8. Jarum dilepaskan dan dengaserentak stopwatch di jalankan selama jangka waktu ( 5 0,1 ) detik. 9. Arloji penetrometer diputar dan angka penetrasi dibaca dengan melihat jarum petunjuk. Bacaan dibulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat. 10. Jarum di lepaskan dari pemengang jarum dan alat penetrasi disiapkan untuk pekerjaan berikutnya. 11. Suhu pada aspal diukur kembali sebelum dilakukan pengujian berikutnya.

12.

Pekerjaan 5 sampai dengan 11 diatas diulangi lagi hingga 4 kali dan dengan benda uji yang sama pemeriksaan setiap titik ditentukan dengan jarak tiap titik dari tepi diding lebih dari 1 cm.

Gambar 5. Penempatan titik pengujian

E. PENYAJIAN DATA Praktikum penetrasi aspal dilaksanakan pada: 1. Waktu Pengujian Penetrasi Aspal Dilakukan pada: Hari Tanggal Jam Cuaca 2. Tempat : Jumat : 25 Maret 2011 : 15.00-16.40 WIB : Mendung

Pengujian Penetrasi Aspal bertempat di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Data Hasil Pengujian. Setelah dilakukan pengujian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Pengujian Penetrasi No Urutan Pemeriksaan Pembebanan Suhu ( C ) 1 Pemanasan benda uji: a.) Mulai pemanasan b.) Selesai pemanasan 2 Didiamkan pada suhu ruang: a.) Mulai b.) Selesai 3 Diperiksa: a.) Mulai b.) Selesai 27 28,5 28 28 29 105 Pembebanan Waktu (Detik) Keterangan

Tabel 3. Hasil Pengujian Penetrasi Penetrasi pada 27 C, 50 gr, 5 detik Pengamatan: 1 2 3 Rata-rata I,II,III Rata-rata ( I+II+III ) 91 87 98 92 85 81 88 84,67 84,33 79 68 82 76,33 I II III

Tabel 4. Hasil Pengujian Penetrasi

Penetrasi pada suhu 28,5 C,50 gr,5 Bacaan detik Arloji Pengamatan : 1 2 3 Rata-rata 69 96 91 85,33

F. PEMBAHASAN Dari data yang telah diketahui diatas dapat di anlasisis sebagai berikut: Penetrasi Rata rata = (84,33 + 85,33) : 2 = 84,84 Tabel 5. Pengujian 1 x x(x- )2 91 -1 1 87 -5 25 98 6 36 276 0 62

No 1 2 3

= S2 = = S = = = 5,57

= 92

= 31

Koefisien Varians 1

= =

100 %

= 6,054 %

No 1 2 3

Tabel 6. Pengujian 2 (xx x)2 85 0,333 0,111 81 -3,667 13,444 88 3,333 11,111 254 0,001 24,666

= S2 = = S = = = 3,52

= 84,667

= 12,333

Koefisien Varians 2

= =

100 %

= 4,157 %

No 1 2 3

x 79 68 82 229

Tabel 7. Pengujian 3 x(x- )2 2,667 7,111 -8,333 69,444 5,667 32,111 0,001 108,667

= S2 = =

= 76,33

= 54,335

= = = 7,37

Koefisien Varians 3

100 %

= 9,65%

No 1 2 3

Tabel 8. Pengujian 4 x x(x- )2 69 -16,333 266,778 96 10,667 113,778 91 5,667 32,111 256 0,001 412,667

= S2 = = S = =

= 85,333

= 206,334

= 14,36 Koefisien Varians 4 = =

100 %

= 16,94 %

Pengujian 1 2 3 4

Tabel 9. Koefisien Varians Suhu ( 0C ) Koefisien Varians (%) 27 6,054 27 27 28,5 4,157 9,65 16,94

Grafik 1. Hubungan Antara Suhu Dengan Koefisien Varians

G. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM Kesulitan dalam pelaksanaan Praktikum Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai berikut: 1. Keterbatasan alat, alat yang digunakan sudah tidak memenuhi standar lagi.

2. Jumlah mahasiswa yang mengikuti praktikum terlalu banyak sehingga yang cuma melihat saja.

banyak mahasisiwa

3. Laboratorium kurang menunjang, didalam proses pengujian penetrasi aspal ada beberapa tahapan yang diabaikan misalnya saja aspal yang seharusnya direndam terlebih dahulu sebelum diuji tidak dilakukan perendaman tentunya hal ini mempengaruhi hasil pengujian.

H. KESIMPULAN Setelah dilakukan Praktikum Pengujian Penetrasi Aspal dan setelah menganalisisa data yang ada didapat: 1. Dari nilai penetrasi rata-rata sebesar aspal 84,84 dapat disimpulkan bahwa aspal ini termasuk aspal AC pen 85/100, yaitu aspal dengan penetrasi antara 85-100. 2. Dari nilai koefisien varians yang telah diketahui dapat disimpulkan bahwa benda uji tidak homogen atau memiliki perbedaan nilai penetrasi. 3. Dari Grafik Hubungan suhu dengan koefisien varians dapat diketahui bahwa suhu juga berpengaruh terhadap nilai penetrasi. 4. Semakin besar nilai koefisien varians, akan berakibat terhadap pembacaan suhu yang tidak stabil dan ditandai dengan nilai penetrasi yang tidak merata atau memiliki nilai penetrasi dengan selisih yang cukup tinggi.

I. SARAN-SARAN Alangkah baiknya jika semua peralatan yang digunakan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan dan lakukanlah pengujian sesuai dengan prosedur yang ada termasuk mencatat waktu mulai dan selesai saat pengukuran suhu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku panduan praktikum bahan lapis keras, Laboratorium Teknik Transportasi Universitas Gajah Mada. Revisi SNI 06-2456-1991 Cara Uji Penetrasi Aspal. SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar Termometer.

Sukirman,1999,Perkerasan Lentur Jalan Raya,Nova;Bandung.

LAMPIRAN

Gambar 6. Proses menghancurkan es batu

Gambar 7. Cawan yang telah diisi aspal

Gambar 8. Aspal yang telah direndam dalam es batu

Gambar 9. Proses penyetelan dan kalibrasi alat

Gambar 10. Proses penempatan titik

Gambar 11. Seperangkat alat pengujian.

Gambar 12. Jarum Penetrasi Untuk mengunduh SNI klik disini

Diposkan oleh maris setya nugraha di 23.41 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Appointment Book Bagus Nich


Pos Komentar

Pengikut

Arsip Blog

2011 (1) o Juli (1) Pengujian Aspal

Mengenai Saya

maris setya nugraha Lihat profil lengkapku

Fish
Ada kesalahan di dalam gadget ini Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai