Anda di halaman 1dari 6

BAHAN SIP SILABUS 1.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGANTAR SIG: Fungsi dan Peran SIG sebagai bagian dari sistem informasi Fungsi Akuisisi data dan proses awal meliputi: digitasi, editing, pembangunan topologi, konversi format data, pemberian atribut dll. Pengelolaan database meliputi: pengarsipan data, permodelan bertingkat, pemodelan jaringan pencarian atribut dll. Pengukuran keruangan dan analisis meliputi: operasi pengukuran, analisis daerah penyanggga, overlay, dll. Penayangan grafis dan visualisasi meliputi: transformasi skala, generalisasi, peta topografi, peta statistic, tampilan perspektif. Peran SIG Sistem Informasi Geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Datadata yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, table, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan. Dengan menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat, sebagian data dan informasi spasial yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang dapat dibangun dalam sebuah sistem informasi yang berbasis pada koordinat geografis yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Geografis (SIG). Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, dalam SIG dimungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam layer-layer peta. Sistem informasi yang meng-overlay-kan beberapa layer tematik diatas peta dasar sungguh membantu proses analisa wilayah dan pemahaman kondisi wilayah bagi para perencana, serta dapat menghemat waktu karena sebagian proses dilakukan oleh piranti lunak, sehingga dengan SIG proses perencanaan tata ruang dapat lebih efisien dan efektif. PENGANTAR SIG: Struktur dan Model SIG Struktur SIG Mencakup komponen-komponen yang menyusun SIG, yaitu:

Perangkat keras yang sering digunakan antara adalah Digitizer, scanner,Central Procesing Unit (CPU), mouse , printer, plotter User mencakup rakyat, pemerintah pusat, daerah, kota, dan swasta Software (aplikasi) yang digunakan ARC, autocad, dll Basis data mencakup basis data pendidikan, ekonomi, sosial, fisik dsb Hasil SIG berupa Peta 2D #D, diagram, chart, tabel, dsb Model SIG Saat ini SIG sudah dimanfaatkan oleh berbagai disiplin ilmu seperti ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ilmu pertanian dan lain sebagainya. Beberapa aplikasi dari SIG antara lain adalah untuk perencanana fasilitas kota, pengeloaan sumber daya alam, jaringan telekomunikasi dan juga untuk manajemen transportasi. Bahkan sistem informasi geografis saat ini digunakan untuk membantu disiplin ilmu keagamaan seperti proses pemetaan penduduk untuk mempermudah pembagian zakat. FUNGSI ANALISIS SIG: Kemampuan dan Keterbatasan Analisis SIG Kemampuan SIG 1. menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi 2. dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data 3. memiliki kemampuan menguraikan unsure-unsur yang ada dipermukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial 4. memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data spasial berikut atributnya 5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif 6. dengan mudah menghasilkan peta -peta tematik 7. dapat menjawanb semua pertanyaan yang berkaitan dengan pemetaan, lokasi, kondisi, kecenderungan, pola, sistem dan modeling 8. sangat membantu pekerjaan yang erat kaitanya dengan bidang spasial dan geoinformatika.

Keuntungan menggunakan SIG 1. Data dapat dikelola dengan format yang kompak dan jelas. 2. Data dapat dikelola dengan biaya yang lebih murah. 3. Data dapat dipanggil kembali dan diulang dengan cepat. 4. Komputer memungkinkan mengubah data dengan cepat dan tepat. 5. Data spacial dan non spacial dapat diolah secara bersamaan. 6. Analisa dan perubahaan data dapat dilakukan secara efisien. 7. Data yang terkumpul dapat dijadikan data pengambilan keputusan. Kelemahan SIG Pada dasarnya, kelemahan yang terdapat pada SIG adalah kelemahan pada USER. Kelemahan tersebut dilihat dari kemampuan user apakah mampu dan friendly untuk memanfaatkan SIG. Kelemahan-kelemahan lain: 1. Biaya tinggi untuk pemeliharaan terus-menerus. 2. Biaya tinggi untuk data awal. 3. Perlu keahlian khusus. 4. Hak Cipta terkadang tidak dicantumkan karena bisa diakses oleh siapapun 5. Kesalahan dalam alat-alat teknis pemrosesan data menyebabkan hasil SIG kurang akurat REMOTE SENSING,GPS: Pengaruh Perkembangan Teknologi lainnya untuk membangun sistem informasi Perkembangan teknologi yang terus terupgrade dari waktu ke waktu salah satunya adalah perkembangan sistem operasi. peningkatan sistem operasi akan mempengaruhi perkembangan aplikasi-aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi perencanaan. Misalnya peningkatan sistem operasi windows dari windows vista ke windows 7 akan mempengaruhi jenis dan spesifikasi aplikasi yang dibolehkan untuk dijalankan di sistem operasi tersebut. Peningkatan teknologi hardware juga mempengaruhi sistem operasi dan aplikasi-aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi perencanaan. Misalnya peningkatan processor komputer. Peningkatan ini akan mempengaruhi perkembangan operating sistem yang beroperasi di komputer tersebut dan aplikasi-aplikai yang bisa dijalankan. Teknologi sistem informasi berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penduduk. Unsur yang dipertimbangkan dalam perkembangan teknologi yaitu kemudahan, friendly, dan smart. Pengembangan sistem informasi di zaman sekarang dikemas menjadi hal yang mudah dan dapat diaplikasikan dimanapun dan kapanpun, misalnya GPS. GPS dapat digunakan dalam banyak media yang berbasis smart di manapun dan kapanpun seseorang ingin menginput sebuah informasi yang berhubungan dengan spasial. GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah

banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter. SIG DI NEGARA BERKEMBANG: Perkembangan Terkini SIG dan Perkembangan SIG di negara Berkembang Perkembangan Terkini SIG Berbicara perkembangan SIG saat ini kiranya tidak lengkap tanpa menyinggung perkembangan teknologi informasi (TI). Saat ini teknologi informasi sudah sangat maju, telah ada internet yang menjembatani komunikasi tanpa batas, perkembangan webserver, harddisk dalam kapasitas terrabyte dan sebagainya. Dalam lingkup SIG juga muncul teknologi mapserver seperti ArcIMS buatan ESRI yang merupakan salah satu raksasa produsen perangkat lunak SIG dari Amerika. Ketika di dunia TI muncul komunitas opensource, di bidang SIG juga muncul komunitas serupa. Misalnya komunitas yang bernaung pada Inovagis.org, MapWindow.org yang membuat activeX untuk pengembangan perangkat lunak SIG secara gratis. ActiveX tersebut tersedia dalam bahasa pemrograman Visual Basic maupun C++ sehingga dapat leluasa dikembangkan oleh rekan-rekan yang telah belajar bahasa tersebut. SIG juga tidak hanya tersedia untuk platform Windows, tetap telah ada pula yang mengembangkan SIG untuk Linux yang dikenal opensource, misalnya GRASS GIS (Geographic Resource Analysis Support System) yang sudah include di Knoppix GIS, juga tersedia GRASS untuk Solaris, MacOS X, IBM AIK dan masih banyak lagi. Selain itu masih banyak perangkat lunak SIG yang berlisensi GNU Public License seperti SAGA (System for Automated Geoscientific Analyses), DIVA-GIS yang dikhususkan untuk pemetaan dan analisis biodiversity, kemudian ada MapWindow, Jshape yang berbasis java juga tidak kalah mutakhirnya. Jshape merupakan jalan menggunakan dari Google Map API dan beberapa aplikasi mobile. Dari sisi basisdata SIG juga telah sangat maju. Basisdata SIG juga telah menganut model basisdata yang mutakhir. Perusahaan raksasa dibidang perangkat lunak basisdata seperti Oracle sendiri juga telah mengembangkan ekstensi untuk menagani data spasial SIG yang dikenal sebagai Oracle Spatial. Oracle Spatial ini dijual sebagai pilihan dari Oracle 8i dan saat ini telah mencapai Oracle 10i. Dengan kemajuan perangkat lunak DBMS (Database Management System) ini sangat mendukung perkembangan SIG sehingga basisdata SIG tidak hanya bersifat lokal saja. Selain Oracle juga ada Postgress system yang pada tahun 1996 berubah menjadi proyek open sourse. Kemudian Postgres sytem berubah nama menjadi POSTGRESQL yang juga mengembangkan ekstensi spasial untuk SQL. Sekarang sistem ini terbuka lebar digunakan oleh komunitas pengembang perangkat lunak open source untuk menerapkan DBMS secara gratis.

Perkembangan SIG di negara Berkembang Di negara berkembang, fokus utama pengembangan SIG menyangkut untuk kepentingan jangka pendek. Bidang-bidang yang masih menjadi konsentrasi pada investasi produksi makanan, infrastruktur dan kesehatan. Pengamatan mengenai potensi-potensi pengembangan sumberdaya alam dan lingkungan kurang dilakukan. Informasi mengenai perencanaan sumber daya juga dan pembangunan berkelanjutan juga masih kurang. Pendanaan untuk sistem informasi geografis juga sangat rendah. Kompilasi data masih terpasial, hanya untuk proyek2 tertentu. Skala pemetaan untuk peta juga tidak detil.selain itu, kekurangan tenaga ahli yang menguasai SIG untuk mengumpulkan dan memanipulasi data. Hal ini tetntunya dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Masalah politis dan kultural juga mempengaruhi perkembangan SIG. Di Indonesia sendiri perkembangan SIG mulai bagus. Beberapa instansi ataupun institusi pemerintah telah membuat terobosan dalam aplikasi SIG. Tengok saja KPU yang pada waktu Pemilu tahun 2004 yang lalu telah mengembangkan ebGIS dengan alamat http://webgis.kpu.go.id/. Jadi saat ini hasil SIG sudah dapat dipergunakan secara luas. Setiap orang yang memiliki koneksi internet dapat mengakses informasi yang tersedia pada layanan WebGIS tersebut. Apabila informasi publik dapat terintegrasi ke dalam layanan WebGIS tentu akan sangat bermanfaat, misalnya mulai dari bidang pariwisata, tata ruang, transportasi dan sebagainya. Seorang pelancong akan mudah mengetahui lokasi-lokasi wisata yang hendak dituju, investor dibidang properti dapat memilih lokasi yang akan dikembangkan untuk permukiman secara tepat. Apalagi akhir-akhir ini perkembangan sistem komunikasi seluler juga sangat pesat dan sangat dimungkinkan integrasi ke ponsel sehingga kemanapun orang pergi dapat memperoleh informasi geografis ini dengan mudah. Semoga saja dengan perkembangan ini manfaat SIG akan dikenal dan dirasakan oleh masyarakat luas. SISTEM INFORMASI PERENCANAAN MURAH: Peluang membangun sistem informasi dengan keterbatasan yang ada Di Indonesia, perekmebangan sistem informasi masih cukup langka. Hanya beberapa institusi yang membangun sistem informasi sesuai dengan kepentingan institusi tersebut. Walaupun sudah mulai dikembangkan, sistem informasi yang dibangun belum saling terintegrasi.sistem informasi yang dibangun oleh suatu institusi belum saling terintegrasi dengan isntitusi lainnya. Kelengkapan data dalam sistem informasi yang dibangun juga tergolong masih rendah. Salah satu penyebab munculnya berebagai keterbatasan adalah penyediaan dana untuk membangun sistem informasi. Tidak semua institusi dengan sengaja menganggarkan dana khusus untuk membangun sistem informasi. Banyak institusi yang tidak mampu membeli aplikasi sistem informasi yang komplit dan siap pakai karena biaya pembangunan sistem informasi cukup mahal. Selain itu, maintenance sistem informasi tersebut juga memakan biaya yang cukup tinggi. Dengan adanya keterbatasan tersebut mendorong beberapa web raksasa dunia, seperti google memfasilitasi masyarakat dunia untuk memanfaatkan domain mereka secara bebas.

Pembangunan sistem informasi yang murah dibangun melalui jaringan internet dan menggunakan domain-domain gratis yang tersedia di dunia internet. Untuk membangun sistem informasi yang murah terkadang institusi tertentu menggunakan internet dan domain murah atau gratis untuk membangun web resmi institusi tersebut. Salah satu domain yang menyediakan domain sistem informasi murah yaitu google. Google memfasilitasi pembuatan akun personal, email, peta, blog, jejaring sosial, dan sebagainya. Dengan menggunakan domain tersebut, sistem informasi sederhana dapat dibangun dan dapat diakses oleh semua user di seluruh dunia. 2. PEMBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI SIG

City Knowledge: An Emergent Information Infrastructure for Sustainable Urban Maintenance, Management and Planning Fabio Carrera Table Of Content Part I: Konteks City Knowledge Introduction 1) Rumusan Masalah 2) Metodologi 3) Intellectual Contibution 4) Problem 5) Opoportunities 6) Goals 7) Sistematika dokuman Maintenance, Management and Planning Kota Administrasi Kota Data, Informasi, Pengetahuan, dan Action 1) City Data 2) Plan-Demand Data 3) City Information 4) Plan-ready information 5) City Knowledge 6) Plan-Demanding Knowledge Part II: Jalur (Konteks) City Knowledge Pelopor 1) Pusat Proyek Venice 2) GIS 3) Database 4) Pendahulu City Knowledge Proyek Kanal Venice 1) Jaringan Kanal 2) Representasi Jaringan 3) Standar Referensi Sistem 4) Karakteristik Fisik 5) Hidroninamis 6) Trafik boat

7) Kondisi Lingkungan Proteksi Venice dari Pasang Surut 1) Kerusakan infrastruktur publik 2) Kerusakan Infrastruktur Bawah Tanah 3) Kerusakan bangunan privat dan publik 4) Kerusakan bangunan bersejarah (palace, gereja, dan biarawan) 5) Kerusakan warisan budaya lainnya 6) Kerusakan dinding kanal 7) Prospek city knowledge Part III: Devolution (Peralihan/Transisi) City Knowledge Pembelajaran (Teori) Cambridge City Knowledge 1) Pohon Cambridge (Cambridge Tree) 2) Pembelajaran dari Cambridge Worcester City Knowledge 1) Pusat Projek Komunitas Worcester 2) Eksekutif Order 3) Worcester E.O. 418 4) Review Rencana Eksisting 5) Analisis 6) Transportasi dan Aksesibilitas 7) Analisis Ruang Terbuka 8) Analisis Perumahan 9) Analisis Perekembangan Ekonomi 10) Visi Komunitas 11) Perangkat Perencanaan Partisipatif 12) Gabungan Peta Kelayakan 13) Pembelajaran ke waktu belakang Part IV: Esensi City Knowledge Narasi 2 Kota: Struktur dan Aktivitas (Kegiatan) Dasar Pemikiran City Knowledge Hambatan City Knowledge 1) Biaya 2) Disconnected database 3) Ketidakjelasan referensi spasial 4) Ketidaksinkronan dependensi 5) Teknologi yang kuno

6) Resistansi perubahan Kualitas City Knowledge 1) Dapat menghasilkan sesuatu 2) Mudah dirakit 3) Berangsur-angsur 4) Sistematis 5) Permanen 6) Mendalam 7) Berkelanjutan 8) Up to date 9) Kaya, beanekaragam 10) Diandalkan 11) Fleksibel 12) Reuse 13) Sharable 14) Aman Dasar-dasar city knowledge 1) Pendekatan antara 2) Informasi yurisdiksi 3) distribusi pengetahuan dalam skala atom 4) Sustainable Update 5) Sharing informasi 6) Integrasi dan koordinasi Part V: Kemunculan City Knowledge City Knowledge sebagai sebuah sistem Menciptakan city knowledge dari pendekataan antara 1) Komitmen terhadap City Knowledge 2) Identifikasi yurisdiksi (status hukum) 3) Pick low- hanging fruits 4) Atomize and conquer (penguasaan) 5) Updating sustainable 6) Sharing yang tepat 7) Koordinasi sebagai suatu kebutuhan Masa depan sustanable untuk City Knowledge Work Cited

Abstrak Di zaman kemajuan teknologi saat ini, seiring penurunan biaya teknologi, telah menginspirasi banyak kelembagaan bottoum-up GIS berinisiatif untuk meningkatkan banyak aspek maintenance, manajemen atau perencanaan perkotaan. Beberapa komunitas memiliki institusi top-down dengan sistem informasi yang terbatas karena faktor organisasional dan institusional. Walaupun mengalami kemajuan yang membaik, sistem informasi komprehensif perkotaan belum familiar, perencana dan pembuat keputusan masih susah untuk memperoleh informsi lengkap yang dibutuhkan dalam proses analisis dan membuat keputusan. Disertasi ini mensugestikan strategi rasional dan sejumlah praktek, dan solusi taktis untuk mengarahkan kota ke City Knowledge. Konsep city knowledge diperkenalkan pertama kali dalam sejumlah kasus maintenance kanal di venesia dan penerapan pohon cambridge untuk perencanaan Worcester. Setiap kasus mengungkapkan beberapa pembelajaran mengenai City Knowledge yang memiliki 14 manfaat dan 6 konsep dasar City Knowledge, 1) Pendekatan abad pertengahan, 2) Informasi yurisdiksi, 3) distribusi pengetahuan dalam skala atom, 4) Sustainable Update, 5) Sharing informasi, dan 6) Integrasi dan koordinasi Pendekatan middle out mengombinasikan pendekatan top down dan bottom up dari segi keandalan, energi, dan kreatifitas. Sebagai sebuah sistem baru,city knowledge memanfaatkan model pengambilan data berdasarkan kebutuhan (plan-demand) yang dilaksanakan secara berangsur-angsur, mengakumulasikan data murah dengan kualitas data yang tinggi, sustainable, dan biaya updating rendah. Dari sini diharapkan menghasilkan informasi perencanaan yang siap digunakan sehingga setiap orang dapat menggunakan data tersebut secara mandiri terutama dalam proses investasi di suatu kota. Berkat kualitas baik dari sistem ini, city knowledge akan memuncukan permintaan terhadap informasi-informasi perencanaan yang awalnya hanya dibutuhkan oleh perencana, juga menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu, pengetahuan mengenai kota-kota sendiri juga semakin baik. Akhir disertasi ini mengusulkan pergeseran paradigmatis dengan merekomendasikan agar sistem infrastruktur ini dapat menjadi perhatian dan dapat ditirukan di kota-kota lain seperti sistem utilitas dan jalan. Kemampuan komunikasi perencana menjadi katalis transformasi dari sekedar pencarian dan pengumpulan informasi,, menjadi penghasil dan pemelihara informasi suatu kota.

Part I: Konteks City Knowledge Pada bab ini akan dijelaskan mengenai inti penelitian yang terdiri dari rumusan masalah, Metodologi, Intellectual Contibution, Problem, Opoportunities, Goals, Sistematika dokuman. Rumusan masalah menanyakan tentang pendeketan apa yang sesuai untuk diadopsi kota agar sustain, terjangkau, update, dan komprehensif untuk menggunakan informasi dan dapat digunakan menjadi dasar pertimbangan pengambilan keputusan, maintenance, dan perencanaan dalam suatu kota? Metode yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman studi kasus beberapa kota seperti venesia. Penelitian ini berangkat dari masalah yang ditemui dalam mempelajari sistem informasi di kota penulis, venesia. Problem yang ditemukan berupa kekurangan infrastuktur, pengumpulan data yang hanya dilakukan untuk maksud tertentu, data yang dikumpulan tidak disebarluaskan dan digunakan kembali, pengumpulan data sama oleh lebih dari satu institusi, pendekatan yang dilakukan tidak sistematis, serta ketidakefektifan penggunaan GIS. Di satu sisi, penulis melihat peluang adanya pendekatan yang didemonstrasikan oleh para perencana dalam penerapan teknologi. Part II The Path of City Knowledge Pada bagian ini penulis memaparkan pengalaman beliau di venesia sebagai founder dan direktur pusat proyek venesia, yang setiap tahun mahasiswa dari worcoster polytechnic Institut (WPI) melengkapi proyek tersebut dari berbagai aspek. Ada inti permasalahan dalam menangani proyek tersebut yang tidak lain berhubungan dengan pengumpulan, pengarsipan, manipulasi, analisis, presentasi informasi kota dan hal lainnya yang berhubungan dengan dengan maintenance, manajemen, dan perencanaan. semua yang dipelajari oleh penulis mengenai kasus studi akan di simpulkan di bab IV. Pada akhir chapter ini akan dijelaskan mengenai pendekatan cityknowledge yang menggunakan advanced analisis dalam kasus ini menganai efek banjir terhadap aspek fisik kota secara keseluruhan yang analisis tersebut tidak dapat dilakukan tanpa kelengkapan informasi. Setelah bertahun-tahun melakukan akumulasi data, ketersediaan plan-ready akhirnya dapat terbayarkan. Hal ini dapat mendorong kemampuan analisis menjadi lebih baik dan lebih canggih. Part III Devolusion of City Knowldge Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai beberapa kutipan mengenai pengalaman penulis dalam menangani pertanahan U.S, pengalaman mendasar di Cambridge. Worcester, kemudian mendemonstrasikan pengalamannya di Venesia dalam proyeknya menuju normal city dimana boat digunakan sebagai transportasi utama. Sebagaian pengalaman di Massachusetts dijelaskan dengan menggunakan catatan kaki dalam paper ini. Dengan cepat, penulis dapat mentransplantasikan pendekatan City Knowledge menjadi pendekatan umum. Pada part ini juga menulisakan beberapa studi kasus yang tidak dijelaskan dalam studi kasus di venesia. Part IV Esensi City Knowledge Pada bagian ini penulis merefleksikan pembelajaran berdasarkan studi kasus dan memformulasikan teori City Knowledge. Penulis mulai dengan metode pengidentifikasian,

membedakan konten yang ingin diteliti, struktur fisik kota, material kota, kegiatan masyarakat yang selalu berubah beserta tempat-tempatnya. Chapter kedua pada bagian ini memperkenalkan dasar pemikiran pendekatan city knowledge. Chapter 3 menjelaskan tentang hambatan berkelanjutan dalam proses preventing kota dengan mengadopsi pendekatan city knowledge. Cahpter 4 menjelaskan kualitas city knowledge yang terletak pada fitur-fiturnya yang dapat diterapkan pada pendekatan berlanjut city knowldge. Inti dari teori ini adalah kontribui teori yang akan dijelaskan pada chapter terakhir, yang mendedikasikan 6 pilar yang mendasari City Knowledge, middle out approach, information jurisdiction (hak cipta informasi), distributed information, sustainable update, integrasi dan koordinasi dan information sharing. Part V The Emergence of City Knowledge Chapter pertama pada bab ini akan didiskusikan mengenai kemunculan teori ini beserta kualitas dari teori ini. Pada chapter 2 akan dibahas mengenai pendekatan middle out untuk membangun sistem informasi infrastruktur kota. Cahpter terakhir disertasi ini merupakan proyeksi di masa depan, bagaimana mengoperasikan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari, bagaiman tetap memepertahankan konsep ini dari waktu ke waktu, bagaimana proses penyebaran dan menerapkannya di kota lain. Selain itu, dibahas pula pandangan-pandangan bagaimana mengekspansi pendekatan ini dan mengembangakan pendekatan ini menjadi lebih berguna.

Anda mungkin juga menyukai