Anda di halaman 1dari 18

52

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah daerah Surabaya. Sedangkan waktu penelitian

dilakukan mulai Desember 2007 sampai selesai. Dengan jenis penelitian adalah

survey melalui kuisioner yang diberikan kepada musisi yang pernah menggunakan

gitar bass elektrik serta dapat memberikan penilaian tentang perbedaaan gitar bass

elektrik tersebut.

3.2. Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel penelitian dilakukan untuk menentukan variabel-

variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, variabel bias diartikan sebagai

segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan. Variabel-variabel ini selanjutnya

akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kuisioner yang akan diisi oleh

responden. Variabel-variabel tersebut antara lain :

V1 = Sound.

V2 = Kenyamanan Neck.

V3 = Bentuk Body.

V4 = Konstruksi (bahan baku kayu).

V5 = Keberadaan bengkel gitar.

V6 = Harga.

V7 = Banyak Jumlah Senar.


53

V8 = Skala Fret.

V9 = Image.

3.3. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat

pada gambar berikut ini :


Analisa dan Pembahasan
54
55

Gambar 3.1
Flow chart Pemecahan Masalah

Penjelasan langkah-langkah pemecahan masalah :

1. Mulai

Langkah-langkah untuk memulai penelitian adalah melihat permasalahan yang

ada dan menentukan topik dengan judul Multi Dimensional Scalling.

2. Studi pustaka

Dalam hal ini studi pustaka dilakukan dengan mengacu pada beberapa

literature yang berkaitan seperti buku-buku teks, jurnal, penelitian tugas akhir

dan lain-lain.

3. Studi lapangan

Studi yang dilakukan dilapangan secara langsung dan melakukan orientasi

pada obyek penelitian.

4. Perumusan masalah

Bagaimana posisi produk gitar bass elektrik Yamaha, Fender, Musicman, Cort,

dan Ibanez berdasarkan persepsi musisi.


56

5. Tujuan penelitian

Langkah ini dilakukan untuk menentukan tujuan apa yang ingin dicapai dalam

penelitian. Yaitu untuk mengetahui posisi produk gitar bass elektrik Yamaha,

Fender, Musicman, Cort, dan Ibanez berdasarkan persepsi musisi dan atribut-

atribut apa saja yang mempengaruhi persepsi musisi dalam memposisikan

gitar bass elektrik, serta strategi-strategi apa yang harus dilakukan oleh

produsen gitar bass elektrik agar dapat meningkatkan strategi pemasaran yang

efektif.

6. Identifikasi variabel

Mempelajari dan menganalisa kondisi dari permasalahan yang ada, sehingga

peneliti dapat mengidentifikasi variabel-variabel yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

7. Pengumpulan data

Yaitu data tentang informasi gitar bass elektrik dan persepsi musisi dalam

memposisikan gitar bass elektrik Yamaha, Fender, Musicman, Cort, dan

Ibanez.

8. Pembuatan kuisioner

Pembuatan kuisioner berdasarkan atas variabel-variabel yang telah ditentukan

sebelumnya dan bentuk pertanyaan sesuai dengan skala yang digunakan.

Desain kuisioner berisi pertanyaan tentang pendapat musisi terhadap

perbandingan setiap pasangan gitar bass elektrik.


57

9. Penyebaran kuisioner

Kuisioner yang telah disusun disebarkan kepada musisi yang mengerti dan

pernah menggunakan gitar bass elektrik Yamaha, Fender, Musicman, Cort, dan

Ibanez sehingga dapat memberikan penilaian yang baik sesuai yang

diharapkan.

10. Uji kecukupan data

Penentuan ukuran sample harus dilakukan agar sampel yang diambil benar-

benar dapat mewakili atau mempresentasikan populasi yang ada. Ukuran

sampel minimum ditentukan dengan rumus Bernoulli.

11. Uji Validitas

Untuk mengetahui sejauh mana kevalidan kuisioner yang disebarkan maka

dilakukan uji validitas.

12. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat keandalan atribut-atribut dalam kuisioner, maka

dilakukan uji reliabilitas.

13. Metode pengolahan data

Pengolahan data terdiri dari empat tahap yaitu analisa faktor untuk

mengelompokan gitar bass elektrik berdasarkan ke 9 atribut yang

mempengaruhi, analisa kluster untuk mengelompokan responden berdasarkan

atribut yang mempengaruhi kelima gitar bass elektrik, analisa tabulasi silang

untuk mencari hubungan antara responden dengan atribut yang mempengaruhi

kelima gitar bass elektrik, dan analisa MDS itu sendiri untuk mengetahui

posisi gitar bass elektrik berdasarkan kemiripan dari tiap gitar bass elektrik
58

dengan diperlihatkan dalam peta posisi 3 dimensi.

14. Strategi Pemasaran Berdasarkan MDS

Menganalisa posisi gitar bass elektrik berdasarkan peta hasil proses Multi

Dimensional Scalling.

15. Analisa dan Pembahasan

Melakukan analisa berdasarkan output dari program SPSS serta menentukan

strategi-strategi apa yang nantinya akan digunakan

16. Kesimpulan dan saran

Merupakan kesimpulan akhir dari analisa hasil pengolahan data sehingga

dapat memberikan masukan bagi pihak Produsen tentang strategi apa yang

harus mereka lakukan agar tidak tertinggal dari para pesaingnya.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan ada dua yaitu :

1. Data primer yaitu data utama yang khusus dikumpulkan sehubungan

dengan penilitian yang dilakukan. Data ini berkaitan dengan pola perilaku

musisi, peranan musisi, dan minat musisi tentang gitar bass elektrik.

2. Data sekunder yaitu dimana seluruh data selain data primer yang

berhubungan dengan informasi tentang gitar bass elektrik tersebut,

misalnya diperoleh dari surat kabar, majalah, perpustakaan, buku dan lain-

lain.
59

Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis

terdapat beberapa macam yaitu :

1. Melalui studi kepustakaan, penulis mengkaji teori dari buku literature yang

berhubungan dengan tujuan penelitian.

2. Melalui studi lapangan, dilakukan dengan terjun ke lapangan, melihat

situasi, dan kondisi gitar bass elektrik untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan, dengan melakukan beberapa tindakan yaitu :

a. Observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung,

serta mencatat beberapa gitar bass elektrik yang dijadikan

objek penelitian.

b. Wawancara, peneliti bertanya langsung pada musisi

pengguna gitar bass elektrik serta mengerti tentang gitar

bass elektrik tersebut.

3.5. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling

atau sering disebut sebagai penarikan sampel pertimbangan. Penarikan jenis

sampel ini terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan

pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Hanya mereka yang

dianggap ahli yang patut memberikan jawaban dipertimbangkan untuk diambil

menjadi sampel. Penarikan sampel purposive ini akan berhasil bila peneliti

mengenal populasi, karena itu penarikan sampel ini sangat sesuai untuk studi

kasus.
130000a41f0000000000000000030004000000b63d00004300610072006400200032002e0031003
60

3.6. Pemberian Skor

Ukuran dari satu variable dapat secara langsung diamati dan dibandingkan

dengan realita. Oleh karena itu, kita harus memberikan indikasi pengukuran skala

likert.

1 = Sangat Tidak Setuju.

2 = Tidak Setuju.

3 = Ragu-ragu.

4 = Setuju.

5 = Sangat Setuju Sekali.

3.7. Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan ukuran sampel harus dilakukan agar sampel yang diambil

benar-benar dapat mewakili atau mempresentasikan suatu populasi yang ada.

Ukuran sampel minimum ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

(Walpole, 1995, Hal 262-263)

Dimana :

n = Jumlah sampel (number of items in sample)

Z α/2 = Nilai sebaran normal Z dengan luas daerah kanan sebesar α/2
61

P = Pendugaan Kesuksesan (estimated proportion of success)

q = Pendugaan Kesalahan ( 1-P ) or estimated proportion of failures

e = Tingkat maksimum yang diijinkan untuk kesalahan antara proporsi

sampel yang sebenarnya dengan proporsi sample yang ditentukan

(square of maximum allowance for error between the true

proportion and sample proportion or Zelsp square)

3.8. Metode Pengolahan Data

Untuk memperoleh pengolahan data hasil kuisioner, maka digunakan

bantuan paket program computer statistic “SPSS for windows version 11.0”.

sedangkan pengolahan data analisis data yang digunakan adalah :

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Uji Validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kuisioner

yang disebutkan sudah valid atau belum, dalam arti validitas menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

Misalnya alat yang dipakai mengukur itu menggunakan kusioner maka yang

harus diketahui adalah sejauh mana kuisioner tersebut mampu mengukur

fenomena yang akan diukur. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati

besarnya koefisien korelasi antar item kuisioner yang diuji. Sebuah tes dapat

dikatakan valid, apabila nilai yang dihasilkan dari setiap item pertanyaan dapat

memberikan dukungan yang besar terhadap skor total keseluruhan item pada

suatu variabel. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau

rendah. Sehingga dengan kata lain dapat dikemukakan disini, bahwa sebuah
62

item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item tersebut mempunyai

kesejajaran (dalam hal ini bisa disebut korelasi) dengan skor total. Sehingga

pada uji validitas ini nilai korelasi yang diamati adalah nilai korelasi antara

skor item dengan skor total seluruh item pada setiap variabel.

N (∑ XY ) − (∑ X ∑ Y )
r=
[N ∑ X 2
][
− ( ∑ X ) 2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 ]
Dimana :

X = Skor item pada setiap variabel atau factor

Y = Skor total item pada setiap variabel atau factor

N = Jumlah responden

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang sangat tinggi

jika test tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian

reliabilitas test, berhubungan dengan masalah ketepatan hasil test atau

seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan

tidak berarti. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai

korelasi dari dua kali pengukuran terhadap satu macam item. Kemudian

dengan membandingkan nilai korelasi yang dihasilkan dengan nilai kritik

korelasi yang ada pada tabel dapat diketahui apakah item tersebut reliabel atau

tidak.

Cara uji reliabilitas ini adalah dengan cara menggunakan program SPSS 11.00.

Adapun perumusannya yaitu dari definisi Alfa Cronbach :

{
R I = k /( k − 1). 1 − ∑ s i / s i
2 2
}
63

Dimana :

K = mean kuadrat antara subjek

∑s 2
i
= mean kuadrat kesalahan

2
si = varians total

Rumus untuk varians total dari varians item (Sugiyono, 2003, hal. 282)

2 ∑X i
2
(∑ X i ) 2
si = −
n n

2 JKi JKs
si = − 2
n n

Dimana :

JKi = Jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs = Jumlah kuadrat subjek

Dimana menurut Cronbrach, reliabilitas juga dapat diperoleh dengan

perbandingan antara variasi sebenarnya dengan variansi yang diperoleh yang

dirumuskan dengan :

ru = Vs / Vp

Dimana :

Vs = Variansi sebenarnya dapat diperoleh dari Vp – Ve

Vp = Variansi yang diperoleh

Ve = Variansi error

Dimana ru adalah koefisien Alpha Cronbrach dan nilai Vs disini tidak mungkin

diketahui secara langsung tetapi harus dengan cara pengurangan antara

variansi yang diperoleh dengan variansi kesalahan atau error. Nilai ru berkisar
64

dari 0 sampai dengan 1. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel

alat pengukur. Dan semakin tinggi reliabilitas, nilai ru akan semakin mendekati

1.

3. Analisa Faktor

Analisa ini diawali dengan analisa komponen utama, yaitu dengan merangkum

atau menggabungkan sejumlah variabel yang saling berkaitan dengan

sejumlah komponen utama tanpa mengurangi keakuratan suatu penelitian,

dengan tujuan untuk memudahkan interpretasi.

Analisa ini merupakan suatu metode untuk menganalisa sejumlah variabel

yang mempunyai interkorelasi, variabel-variabel ini ditransformasikan secara

linear menjadi sejumlah variabel baru yang disebut faktor. Faktor-faktor

tersebut diharapkan berjumlah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

variabel sebelumnya.

PCj = aj1 X 1 + aj 2 X 2 + .................... + aj p X p

Dimana :

PCj = Principal Componen ke-j

Aji = Koefisien keterkaitan antara ke-1 dengan komponen ke-j

Secara garis besar tahapan dalam analisa faktor adalah :

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisa faktor. Oleh

karena analisa faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka

seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel sehingga akan

terjadi pengelompokan.

2. Setelah sejumlah variabel terpilih maka dilakukan ekstraksi variabel


65

tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

3. Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan

perbedaan antara faktor-faktor yang ada untuk itu jika isi faktor masih

diragukan dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor

yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain.

4. Setelah faktor benar-benar sudah terbentuk maka proses dilanjutkan

dengan menamakan faktor yang ada, kemudian beberapa langkah akhir

juga perlu dilakukan yaitu validasi hasil faktor.

4. Analisa Kluster

Analisis kluster pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses

untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya

dengan kluster. Pada riset pemasaran, kluster biasanya digunakan untuk

melakukan proses segmentasi sejauh responden (konsumen) berdasarkan ciri-

ciri sejumlah atribut yang ada.

Sebelum dilakukan pengelompokan, terlebih dahulu ditentukan kemiripan

sifat antar obyek yang sering digunakan adalah jarak Euclidean (Euclidean

Distance) antar dua obyek. Jarak Euclidean antar dua obyek x dan y dalam

dimensi p dirumuskan sebagai berikut :

1/ 2
 p 
d =  ∑ ( X i − Yi ) 2 
 i =1 

Semakin kecil nilai d, semakin besar kemiripan antara kedua obyek tersebut,

demikian juga sebaliknya, semakin besar nilai d, maka semakin kecil

kemiripan antara kedua obyek tersebut.


66

Proses dasar analisa kluster adalah sebagai berikut :

a. Mengukur kesamaan antar obyek. Sesuai prinsip dasar kluster yang

mengelompokkan obyek yang mempunyai kemiripan, maka proses

pertama adalah mengukur seberapa jauh ada kesamaan antar obyek

yaitu dengan mengukur jarak antara dua obyek (Metode Euclidean

Distance).

b. Perlu diperhatikan apakah data (variabel) yang ada mempunyai

perbedaan yang besar. Apabila terjadi perbedaan yang besar maka

semua data harus dilakukan proses standarisasi dengan mengubah ke

Z-score.

c. Membuat kluster dengan mengelompokkan data sesuai dengan

metode yang digunakan (Hierarcycal Method atau Non-Hierarcycal

Method).

d. Setelah kluster terbentuk, yang pada intinya memberi nama spesifik

untuk menggambarkan isi kluster tersebut.

e. Melakukan validasi dan profiling kluster, kluster yang terbentuk

kemudian diuji apakah hasil tersebut valid, kemudian dilakukan

proses profiling untuk menjelaskan karakteristik setiap kluster

berdasarkan profil tertentu.

5. Analisa Tabulasi Silang

Tabulasi silang menyajikan data dalam bentuk tabulasi, yang meliputi baris

dan kolom. Dengan demikian, ciri crosstab adalah adanya dua variabel atau
67

lebih yang mempunyai hubungan secara deskriptif. Data untuk penyajian

crosstab pada umumnya adalah data kualitatif, khususnya yang berskala

nominal, seperti hubungan antara gender dengan usia, berapa komposisi laki-

laki untuk setiap range usia dan lainnya.

Pengujian untuk menginterprestasikan data pada crosstab adalah Uji Chi

Square, Uji Chi Square ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan

antara dua kelompok itu berbeda dalam hal karakteristik tertentu, dengan

demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relative masuknya

anggota-anggota kelompok (dua kelompok) ke dalam beberapa kategori (dua

atau lebih).

Cara mengoperasikan Uji Chi Square (X2), pertama disusun frekuensi-

frekuensi dalam kategori-kategori dalam suatu tabel kontingensi r x k (r

menunjukkan baris dan k menunjukkan kolom). Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

r k (Oij − E ik ) 2
X = ∑∑
2

i =1 j =1 E ij

Dimana :


i =1 = Jumlah semua baris (r)


j =1 = Jumlah semua kolom (k)

Oij
= Frekuensi pengamatan (observasi) dari baris ke-1 pada kolom ke-j
68

E ij
= Frekuensi diharapkan (teoritis) dari baris ke-1 pada kolom ke-j

E ij
diperoleh dengan : (ni)(nj)/n

6. Analisa Multi Dimensional Scaling

Penulis menggunakan metode analisis skala multi dimensional dengan data

kemiripan (similarity data). MDS similarity data termasuk jenis data non

atribut, yang dapat menganalisa data non metric (nominal dan ordinal)

ataupun data matrik (interval dan rasio). Sehingga hasil kuisioner yang

diperoleh dapat langsung di program oleh komputer program SPSS 11.0

dengan melalui uji validitas dan reliabilitas sebagai bahan pertimbangan

terlebih dahulu. MDS berhubungan dengan pembuatan grafik (map) untuk

menggambarkan posisi sebuah obyek dengan obyek yang lain, berdasarkan

kemiripan (similitary) obyek-obyek tersebut.

Tabel 3.1 Pasangan Gitar Bass Elektrik

PASANGAN GITAR BASS ELEKTRIK SKALA PEMILIHAN


Sangat Tidak Serupa Sangat Serupa
1 2 3 4 5
Sangat Serupa Netral Tidak Sangat Kode
Serupa Serupa Tidak
Serupa
Cort – Fender

Syarat pembuatan jumlah pasangan obyek penelitian dalam data kemiripan

(similarity) yaitu jumlah nomor pasangan yang diperbandingkan untuk

memperoleh tingkat kemiripan atau keserupaan adalah n(n-1)/2. Dimana n


69

adalah total jumlah obyek. Selanjutnya data hasil pasangan similarity tersebut

diolah dengan program SPSS. Hasil akhirnya adalah sebuah peta persepsi

dengan dimensi-dimensinya yang diisi berdasarkan pemikiran dan

kebijaksanaan peneliti.

Langkah pengerjaan Multi dimensional scaling dengan data similarity.

1. Mengidentifikasikan obyek penelitian yang akan dievaluasi.

2. Mempersiapkan desain kuisioner.

3. Menyebarkan pada sampel.

4. Mengumpulkan data.

5. Memprogram data pengamatan ke dalam Microsoft Excel.

6. Melakukan uji kecukupan data (Uji Validitas dan Uji Reliabilitas)

7. Melakukan uji analisa faktor.

8. Melakukan uji kluster dan Tabulasi Silang.

9. Melakukan uji analisa Multi Dimensional Scaling.

10. Dengan program SPSS diperoleh sebuah peta persepsi beserta sejumlah

dimensi posisi gitar bass elektrik Yamaha, Fender, Musicman, Cort, dan

Ibanez.

11. Menentukan nama dari masing-masing dimensi (labeling). Dalam hal ini,

judgment penelitilah yang menentukan pemberian nama tersebut.

Anda mungkin juga menyukai