Anda di halaman 1dari 21

BAB I ILUSTRASI KASUS

Identitas Nomor catatan medis Nama Umur Pekerjaan Alamat Status pernikahan Agama Pendidikan terakhir Suku : 450925 : Ny. E. M : 29 tahun : Ibu rumah tangga : Cikampek, Karawang : Menikah : Islam : SMA : Sunda

Tanggal masuk ruangan : 23 Juni 2012, Ruang VK Pemeriksaan pre operasi Anamnesis (dilakukan Auto anamnesis pada tanggal 24 Juni 2012 pada jam 09.00 wib) Keluhan Utama :

G3P2A0 dengan pucat, lemas, dan mulas dan IUGR sejak jumat 23 Juni 2012 Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan pucat, lemas dan mulas sejak hari sabtu. Pasien saat ini sedang hamil anak ketiga. Hari pertama haid terakhir 09 Oktober 2011. Kemudian os memeriksakan ke bidan dan mendapat rujukan ke RSUD Karawang dengan sebab anemia. Riwayat penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah operasi seperti sekarang. Kehamilan sebelumnya anaknya lahir secara normal. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma disangkal pasien. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, alergi makanan dan obat-obatan dalam keluarga juga disangkal oleh pasien. Riwayat Kebiasaan :

Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, pasien juga tidak merokok. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran Status gizi : tampak sakit sedang : compos mentis : BB : 40 kg, TB : 152 cm BMI = 17.31 gizi kurang Tanda vital o Tekanan darah o Nadi o Suhu o Pernapasan Status Generalis Kepala Mata Leher Thorax Abdomen : Normocephali : conjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/: KGB tidak teraba membesar. : Jantung : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-) Paru : : SN vesikuler, wheezing -/-, ronki -/: 110/70 mmHg : 76 x/mnt : 36,3 C : 20 x/mnt

o Inspeksi : Buncit simetris o Palpasi : o L1 : bulat tidak lenting o L2 : punggung kiri o L3 : bulat lenting o L4 : belom masuk PAP
2

o TFU : 23 o TBJ : 2790 gr o His : tiap 2 x 10 menit, lamanya 20 detik o Perkusi : o Auskultasi : o DJJ : 110 x/menit Ekstremitas : Extremitas atas & extremitas bawah dalam batas normal. Genitalia : v/v t.a.k o Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak Pembukaan : 3 cm Ketuban : + Presentasi kepala Hodge 1 HPHT : 09 oktober 2011 Usia kehamilan : 36-37 minggu Taksiran partus : 16 juli 2012 Tetanus toxoid : USG : ANC : Bidan KB : suntik/3 bln Menarchae : 13 tahun Menikah : 24 tahun R. Obstetri : Ket. Anak : 1. 6 tahun, perempuan, kelahiran dibantu oleh bidan, bb 2700 gr 2. 2,5 tahun, laki-laki, kelahiran dibantu oleh bidan bb 2700 gr 3. hamil ini Hari pertama haid terakhir : 9 Oktober 2011 Usia kehamilan : 36-37 minggu Taksiran partus 16 Juli 201
3

Status Obstetri :

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Pemeriksaan laboratorium tanggal 23/06/2012) Hemoglobin Leukosit Trombosit Hematokrit : 8,9 g% : 10.500 : 162.000 : 29%

Masa Perdarahan : 2 menit Masa Pembekuan : 12 menit HBsAg Gol. Darah / Rh : Dokter spesialis anestesi tanggal 24 Juni 2012 Acc operasi SC : :: AB / +

Konsul

Perencanaan anestesi anestesi Kesimpulan : ASA 2 Intraoperasi Status anestesi

Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan anestesi regional dengan menggunakan spinal

o Diagnosa pre operasi o Jenis operasi

: G3P2A0 : SC

o Rencana teknik anestesi : Anestesi Regional o Status fisik: ASA 2 Keadaan selama pembedahan Lama operasi : 50 menit ( 09.30 10.20 WIB)
4

Lama anestesi : 1 jam ( 09.25 10.25 WIB) Jenis anestesi : Awal anestesi spinal dengan liquor + namun efek dan dilanjutkan dengan Anestesi Umum dengan sungkup. Posisi Infus Premedikasi Medikasi : Supine : Ringer laktat, Widahes pada tangan kanan ::

o Decain Spinal 2 x 20 mg o Miloz 3 mg o Propofol 60 mg o KTM 50 mg o Notrixum 10 mg o Ranitidine 50 mg o Induxin 20 IU o Pospargin 0.2 mg o Ephedrine 10 mg o Neostigmin 0.5 mg o Ketolorac 30 mg o Petidin 40 mg Cairan masuk : 300 cc Ringer Laktat dan 500 cc Widahes Cairan Keluar : 500 cc Perdarahan

Monitoring saat operasi Jam (waktu) Tindakan Tekanan darah (mmHg) Nadi (x/menit)

09.00

09.05

Pasien masuk ke 110/70 kamar operasi dan di pindahkan ke meja operasi Pemasangan monitoring tekanan darah, nadi, saturasi oksigen. Infus RL terpasang pada tangan kanan Dilakukan spinal 110/70 anestesi menggunakan Decain spinal 20 mg

80 SPO2: 99 %

80 SPO2 : 99 %

09.10

Pasien belum 110/70 merasakan baal di kedua kakinya Pasien tetap tidak 115/70 merasaan baal dikakinya. Dilakukan anestesi spinal kembali menggunakan decain spinal 20 mg Pasien tidak merasakan 120/70 baal di kedua kakinya Dilakukan umum menggunakan umum anestesi 120/70 dengan anestesi

82 x/mnt SPO2 : 100 % 80 x/mnt SPO2 : 99 %

09.15

09.20

80 x/mnt SPO2 : 99 % 85 x/mnt SPO2 : 100 %

09.25

09.30

Dilakukan asepsis dan 120/72 antisepsis lapangan operasi Operasi dimulai

87 x/mnt SPO2 : 99 %

09.45

Pasien masih dalam 124/75 keadaan dioperasi Diberikan ranitidin 50 mg dan penggantian cairan infus widahes Bayi dapat dilahirkan dalam keadaan hidup. Diberikan induxin 2 ampul dan pospargin 1 ampul Pasien masih di operasi dan diberikan petidin 40 mg Pasien masih di operasi. Diberikan efedrin 10 mg karena tekanan darah pasien turun Pasien masih di operasi. Cairan infuse widahes habis dan digantikan RL. Diberikan neostigmin 0,5 dan ketorolac 30 mg Operasi selesai Dilakukan pemberian oksigen murni 8 L/m Pemberian oksigen dihentikan Pasien di bawa ke ruang recovery room 115/68

90 x/mnt SPO2 :98 %

09.50

90 x/mnt SPO2 :99 %

10.00 10.10

115/60 100/50

100 x/mnt SPO2 : 100 % 100 x/mnt SPO2 : 99 % 100 x/mnt SPO2 : 99 %

10.15

115/65

10.20 10.25 10.30

110/65 110/65 113/65

98 x/mnt SPO2 : 99 % 100 x/mnt SPO2 : 99 % 100 x/mnt SPO2 : 99 %

Keadaan akhir pembedahan Tekanan darah : 113/65 mmHg, Nadi : 100 x/m, Saturasi O2 : 99% Penilaian Pemulihan Kesadaran (berdasarkan Skor Aldrete) : Nilai Kesadaran Warna Aktivitas Respirasi 2 Sadar, orientasi baik Merah muda (pink) tanpa O2, SaO2 > 92 % 4 ekstremitas bergerak Dapat napas 1 Dapat dibangunkan Pucat atau kehitaman perlu O2 agar SaO2 > 90% 2 ekstremitas bergerak Napas dangkal 0 Tak dapat dibangunkan Sianosis dengan O2 SaO2 tetap < 90% Tak ada ekstremitas bergerak Apnu atau
7

Kardiovaskular

dalam Batuk Tekanan darah berubah 20 %

Sesak napas Berubah 20-30 %

obstruksi Berubah > 50 %

Total = 9 Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan dari ruang pemulihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Seksio Caesaria Definsi Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998). Dikatakan juga seksio sesarea adalah memindahkan fetus dari uterus melalui insisi yang dibuat dalam dinding abdomen dan uterus (Long,1996). Indikasi Seksio Caesaria Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua faktor :

Faktor Janin 1. Bayi terlalu besar Berat bayi sekitar 4000 gram atau lebih, menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. 2. Kelainan letak bayi Ada dua kelainan letak janin dalam rahim yaitu letak sungsang dan lintang. 3. Ancaman gawat janin (Fetal Distres) Gangguan pada janin melalui tali pusat akibat ibu menderita hipertensi atau kejang rahim. Gangguan pada bayi juga diketahui adanya mekonium dalam air
8

ketuban. Apabila proses persalinan sulit melalui vagina maka dilakukan operasi seksio sesarea. 4. Janin abnormal Janin abnormal misalnya kerusakan genetic dan hidrosephalus 5. Faktor plasenta Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu dan janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi bila itu plasenta previa dan solutio plasenta 6. Kelainan tali pusat Ada dua kelainan tali pusat yang bias terjadi yaitu prolaps tali pusat dan terlilit tali pusat 7. Multiple pregnancy Tidak selamanya bayi kembar dilaksanakan secara operasi. Persalinan kembar memiliki resiko terjadinya komplikasi misalnya lahir premature sering terjadi preeklamsi pada ibu. Bayi kembar dapat juga terjadi sungsang atau letak lintang. Oleh karena itu pada persalinan kembar dianjurkan dirumah sakit, kemungkinan dilakukan tindakan operasi. Faktor Ibu Usia Ibu yang melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang memiliki penyakit yang beresiko misalnya hipertensi jantung, kencing manis dan eklamsia. Tulang Panggul Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
9

Persalinan sebelumnya dengan operasi Faktor hambatan jalan lahir Gangguan jalan lahir terjadi adanya tumor atau myoma. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau tidak maju adalah distosia

Ketuban pecah dini Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 60-70% bayi yang mengalami ketuban pecah dini akan lahir sendiri 224 jam. Apabila bayi tidak lahir lewat waktu, barulah dokter akan melakukan tindakan operasi seksio sesarea

Jenis-jenis seksio Casearia Menurut Mochtar (1998), arah sayatan operasi seksio sesarea dibagi : Seksio sesarea klasik (Corporal) Seksio sesarea dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira kira 10 centimeter. Jenis ini mempunyai kelebihan: 1)Mengeluarkan janin lebih cepat 2)Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik 3) Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal Sedang kekurangannya adalah : 1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal 2) Untuk persalinan selanjutnya sering terjadi rupture uteri spontan Seksio sesarea ismika (Profunda)

10

Seksio sesarea dilakukan dengan membuat syatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (Low Servic Transversal) kira kira 10 centimeter. Dengan kelebihan : 1) Penjahitan luka lebih mudah 2) Perdarahan berkurang dibandingkan cara klasik 3) Kemungkinan rupture uteri spontan kecil Sedangkan kekurangannya : 1) Luka dapat melebar kekiri, kekanan sehingga menyebabkan arteri uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan lebih banyak Komplikasi seksio sesarea Menurut Mochtar (1998), komplikasi seksio sesarea sebagai berikut : 1. Infeksi peurperal (nifas)Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang. Sedangkan peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat 2. Perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang terputus atau dapat juga karena atonia uteri 3. Luka kandung kemih, emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu tinggi. Anestesi Regional Definisi Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh

sementara pada impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh

11

diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar. Pembagian anestesi regional 1. Blok sentral (blok neuroaksial), meliputi blok spinal, epidural dan kaudal 2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan, blok saraf, dan regional intraven Anestesi Spinal Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid. Anestesia spinal adalah pilihan utama untuk kebanyakan pasien seksio sesarea berencana dan emergensi. Bupivakain 12 mg member anestesia untuk 1-2 jam. Anestetik lokal yang digunakan untuk anestesia spinal biasanya dalam bentuk cairan hiperbarik. Keuntungan anestesia spinal untuk seksio sesarea adalah mudah, blok yang mantap, dan kinerja cepat. Komplikasi tersering adalah hipotensi yang dapat dikurangi dengan pemberian cairan kristaloid 500 1.000 ml yang tidak mengandung glukosa pada saat melakukan spinal. Hipotensi yang terjadi diatasi dengan pemberian vasopresor (efedrin, fenilefrin) dan tambahkan cairan kristaloid. Sebelum mulai pembedahan harus memastikan dulu apakah blok sudah adekuat atau belum karena beberapa pasien mengalami blok yang tidak adekuat. Bila hal ni terjadi : o Lakukan lagi anestesi spinal o Ubah menjadi anestesi umum
12

Sebelum dilakukan persalinan dengan seksio sesarea, janin dan ibu harus di evaluasi. Monitor detak jantung janin harus terus dilakukan sampai persiapan pembedahan di mulai. Antasida nonpartikel (contoh sodium sitrat) diberikan secara oral untuk mengurangi resiko meningkatnya aspirasi pneumonitis pada ibu. Sebagai tambahan bisa diberikan H2-reseptor antagonis (contohnya simetidin, ranitidine) untuk mengurangi keasaman dan mempercepat pengosongan lambung.

Teknik analgesia spinal Posisi duduk atau posisi tidur lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa dipindahkan lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat. 1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan buat pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba. 2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5, tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atau L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis. 3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol 4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml. 5. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, ruang epidural, duramater dan ruang subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan menetes
13

keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut. Anestesia Epidural Anestesia epidural adalah pilihan yang tepat untuk kebanyakan pasien yang menerima anestesia epidural selama proses persalinan dan pasien yang setelah itu memerlukan persalinan dengan seksio sesarea. Anestesi Umum Beberapa pasien kontraindikasi untuk dilakukan anestesi regional seperti koagulopati, perdarahan dengan kardiovaskuler yang masuh labil atau prolaps tali pusat dengan bradikardi janin hebat. Anestesi umum menjadi pilihan.

BAB III PEMBAHASAN


Anestesi Regional adalah tindakan untuk menghilangkan rasa sakit yang tidak disertai hilangnya kesadaran dan hanya pada sebagian tubuh tertentu, Anesthesia regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral dan blok perifer, yang termasuk blok sentral antara lain blok spinal, epidural, dan caudal. Pada kasus ini anestesi yang diberiakn pada pasien adalah anestesi regional blok central jenis spinal. Kegagalan dari tindakan anestesi regional dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya, factor operator yang kurang cakap, kondisi obat yang sudah kadaluarsa cara penyimpanan obat yang tidak tepat dan factor pasien. Pasien pada kasus ini adalah seorang perempuan 29 tahun datang ke IGD RSUD karawanga dengan G3P2A0 dengan pucat, lemas, dan mulas dan IUGR sejak jumat 23 Juni 2012. Pasien memiliki kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darahnya tidak tinggi sedangkan nafas, suhu dan nadinya dalam batas normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan dari pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan Hb. Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi Seksio Casearia, ijin operasi didapatkan dari pasien dan disetujui oleh dokter spesialis anestesi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, disimpulkan bahwa pasien termasuk ASA II. Menjelang operasi,
14

pasien tampak sakit sedang, tenang, tekanan darahnya tidak tinggi, dan nadi, nafas, dan suhunya dalam batas normal. Operasi dilakukan pada tanggal 24 juni 2012 pukul 09.30 sedangkan anestesi dimulai pada pukul 09.05 di RSUD Karawang dengan menggunakan regional anestesi spinal yaitu decain spinal 20 mg pada vertebra L3-L4, dimana didapatkan LCS yang berwarna jernih, namun pasien tidak merasakan baal lalu pada pukul 09.15 dilakukan anestesi spinal kembali dengan menggunakan obat yang sama namun gagal kembali lalu pada pukul 09.25 dilakukan anestesi umum. obat medikasi yang diberikann yaitu profopol 50 mg, KTM 50 mg, miloz 3 mg, notrixum 10 mg, ranitdin 50 mg, induxin 2 x 10 IU, pospargin 0.2 mg ephedrine 10 mg, neostigmin 0.5 mg & keterolac 30 mg, petidin 40 mg serta diberikan anestesi inhalasi berupa campuran N20 2 l/ menit & O2 2 l/m serta isoflurant 2 vol%. Anestesi spinal pada kasus ini menggunakan decain spinal 20 mg yang diinjeksikan ke dalam ruang subarachnoid kanalis spinalis region antara lumbal 3-4, decain spinal berisi bupivacaine HCl anhydrous. Decain (Bupivacaine hydrochloride) merupakan Anestesi blok dengan efek blockade terhadap sensorik lebih besar dari motorik. Karena efek ini, bupivacain lebih terkenal untuk digunakan dalam memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pasca pembedahan. Obat ini diindikasikan untuk anestesi spinal, operasi urologi dan operasi abdominal. Obat ini juga cocok untuk analgesia epidural yang terus menerus pada proses melahirkan. Bupivacain merupakan anestesi local yang memiliki mula kerja yang lama serta lama kerja yang panjang. Obat ini digunakan secara local dan menghambat impuls konduksi saraf sensorik dari perifer ke SSP. Obat ini menghambat saluran natrium membrane saraf. Konsentrasi efektif minimal 0.125% dan mula kerja lebih lambat dari lidokain tetapi lama kerja sampai 8 jam. Untuk anestesi spinal 0.5% dengan volume antara 2-4ml isobaric atau hiperbarik. Propofol diberikan sebagai induksi untuk anestesi umum pada pasien ini. Waktu paruh propofol adalah berkisar antara 2-24 jam namun kenyataan di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat ke jaringan. Dosisnya pada dewasa adalah 2,0 sampai 2,5 mg/kgBB. Maka pada pasien ini diberikan dosis sebanyak : 2 mg x 40kg = 80 kgBB diberikan Cuma 60 mg/kgBB mengingat ketamin juga diberikan bersamaan propofol.
15

Seterusnya, diberikan ketamin sebanyak 50 mg karena diketahui bahwa ketamin merupakan rapid acting non barbiturate general anesthesia dan ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dosisnya bila diberikan secara intravena adalah 1-4 mg/kgBB dengan lama kerja kira-kira 15-20 menit. Maka dosis pada pasien ini adalah : 1 mg x 40kg = 40 kgBB dan diberikan 50mg/kgBB

Diberikan miloz 3 mg dikarenakan miloz mempunyai awitan yang lebih cepat dengan reaksi local yang lebih sedikit, lama aksi yang lebih pendek, efek amnesik yang lebih besar, dan potensi sedatifnya 3-4 kali lebih besar. Midazolam dalam sistem saraf pusat, dapat menimbulkan, antikejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme. Dosisnya pada dewasa adalah 0.07-0.10 mg/kgBB dengan onset 30 detik-1 menit dan durasi 15 80 menit. Maka dosis pada pasien ini adalah : 0.08 mg x 40 kg = 3,2 mg/kgBB

Pada anestesi regional seharusnya pasien tidak perlu lagi diberikan obat-obatan induksi intra Vena seperti ketamin, anesfar, dan tiopental, tetapi pada pasien ini tetap diberikan ketamin inta vena dikarenakan pasien masih dapat menggerakkan kedua kakinya dan sebelum diberikan induksi intravena diberikan lagi secara regional dengan obat decain spinal dengan dosis 20 mg dan tidak menimbulkan efek yang diharapkan juga. Hal ini menunjukkan kegagalan dalam tindakan anestesi regional yang diberikan. Kegagalan tindakan anestesi regional dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya 1. Faktor Operator. Operator tidak kompeten atau kurang mahir dalam melakukan tindakan Sub Arakhnoid Blok, sehingga obat yang diinjeksikan tidak tepat masuk kedalam ruanga sub arakhnoid sehingga menyebabkan tindakan anestesi tidak adekuat atau gagal. Dan juga pada sudah masuk ke ruang subarachnoid namun saat ingin dimasukan obat anestesi spinalnya spinocan bergeser sehingga letaknya tidak lagi di ruang subarachnoid. 2. Faktor Pasien
16

Faktor Pasien juga dapat menyebabkan pemberian tindakan anestesi tidak berhasil, pasien dengan berat badan berlebih memerlukan dosis yang lebih tinggi dari dosis yang umum digunakan, selain itu pasien dengan ketergantungan alkohol dan obat-obat psikotropika dapat mengakibatkan ambang toleransi terhadap obat anestesi meningkat sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi. Faktor genetik juga dapat berpengaruh terhadap ambang toleransi pasien pada obatobat anestesi.

3. Faktor Obat Cara penyimpanan dan lama penyimpanan Faktor Obat Cara penyimpanan dan lama penyimpanan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tindakan anestesi, obat yang disimpan terlalu lama dalam gudang farmasi dapat menyebabkan obat kadaluarsa sebelum digunakan. Disamping itu cara penyimpanan juga perlu diperhatikan, obat harus disimpan sesuai suhu yang dianjurkan produsen obat, untuk obat anestesi Bupivakain (bucain) suhu penyimpanan yang dianjurkan dari produsen adalah 15-25 C. Jika obat ini tidak disimpan pada suhu yang ditentukan dapat mengakibatkan obat rusak dan jika tetap digunakan dapat mengakibatkan kegagalan dalam tindakan anestesi. Dari ketiga Faktor diatas, faktor yang paling mungkin menyebabkan kegagalan dari tindakan anestesi pada pasien ini adalah faktor obat, dimana pada kenyataanya Di ruang operasi obat disimpan pada suhu ruangan biasa ( 25-30 0 C) tidak di lemasi es seperti yang dianjurkan produsen, sehingga besar kemungkinan obat yang digunakan telah rusak dan mengakibatkan kegagalan dalam Tindakan anestesi spinal. Pemberian Cairan Kebutuhan cairan basal (BB=40 kg) 4 x 10kg = 40 2 x 10kg = 20
17

1 x 20kg = 20 ----------+ 80 ml/jam Kebutuhan cairan intraoperasi (operasi sedang) 6 x 40 kg = 240ml/jam

Kebutuhan cairan saat puasa dari pukul 01.00 09.00 (8 jam) 8 x 80 ml/jam = 640 ml Di ruangan sudah diberi cairan 320 ml Jadi kebutuhan cairan puasa sekarang = 640 320 = 320 ml

Pemberian cairan pada jam pertama operasi : Kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 50% x kebutuhan cairan puasa : 80 + 240 + 160 = 480 ml

Kebutuhan cairan selama operasi : ( 50 menit )


5/6 Jam

= 5/6 x 480 = 400 ml

Cairan yang masuk selama operasi (50 menit) 300 cc Ringer Laktat dan 500 ml Widahes (setara dengan 1500 ml Ringer Laktat), jadi total cairan yang masuk 1800 ml

18

Allowed Blood Loss 20 % x EBV = 20 % x (65 x 40) = 520 ml

Jumlah cairan keluar = darah di kassa sedang 6 buah + botol suction = 6x20 ml + 380 ml = 500 ml

Maka tidak perlu dilakukan transfusi darah, namun cukup diberikan cairan kristaloid sebanyak 1500 ml atau koloid sebanyak 500 ml

Kebutuhan cairan selama operasi + cairan yang harus diberikan sebagai pengganti perdarahan = 400 ml + 1500 ml = 1900 ml.

Cairan yang harus diganti di ruang pemulihan (kristaloid) = cairan yang dibutuhkan cairan yang telah diberikan selama operatif = 1900 ml 1800 ml = 100 ml

BAB IV KESIMPULAN
Anestesi Regional adalah tindakan untuk menghilangkan rasa sakit yang tidak disertai hilangnya kesadaran dan hanya pada sebagian tubuh. Kegagalan dalam
19

tindakan anestesi Regional dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, operator yang kurang terampil sehingga obat anestesi tidak masuk kedalam ruang sub aracnoid, factor pasien yang memiliki ambang toleransi terhadap obat anestesi yang lebih tinggi dari umumnya dan factor obat anestesi itu sendiri dimana obat yang sudah kadaluarsa atau disimpan diatas suhu yang pada ditetapkan kasus ini dapat faktor mempengaruhi yang menyebabkan keberhasilan kegagalan tindakan anestesi regional.

tindakan anestesi adalah faktor obat dimana obat anestesi tidak disimpan pada suhu yang sesuai dengan anjuran dari produsen obat yaitu pada suhu lemari es melainkan disimpan pada suhu ruangan biasa yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR . Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009; 2 : 105-119 2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Obstetri Williams. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006 : edisi 21 : vol 1
20

3. Ernest.Seksio Casearia.2011.available at http://hk1aesculapius.student.umm.ac.id/2010/02/11/seksio-sesarea/.Accesed on 04 july 2012 4. Spinal Anesthesia: Subarachnoid Block. Editor Lee A. Fleisher. 2008. Diunduh 23 Januari 2011. Available from: http://www.proceduresconsult.com/medicalprocedures/spinal-anesthesia-subarachnoid-block-AN-procedure.aspx

21

Anda mungkin juga menyukai