Anda di halaman 1dari 25

ISSN 0215 - 8250

209

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI MASALAH "OPEN ENDED" BERBANTUAN LKM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MATA KULIAH PENGANTAR DASAR MATEMATIKA SEMESTER GANJIL TAHUN 2004/2005 oleh I Gst. Putu Sudiarta Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Penelitian tindakan bertujuan meningkatkan (1) pemahaman konsep, dan (2) hasil belajar matematika mahasiswa pada perkuliahan Pengantar Dasar Matematika pada semester ganjil 2004/2005, dengan penerapan perkuliahan yang berorientasi pemecahan masalah "open ended" berbantuan LKM. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan lemahnya pemahaman konsep dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah ini pada tahun-tahun sebelumnya, dan potensi pendekatan open-ended dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah terutama yang menuntut kemampuan tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir divergen dan kritis. Jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 40 orang yang dalam pembelajaran dan asesmen serta evaluasinya dilakukan dengan membentuk kelompok koperatif yang masing-masing terdiri dari 5 orang. Data diambil dengan menggunakan lembar rubrik penskoran kinerja untuk mengukur tingkat pemahaman konsep mahasiswa dalam memecahkan masalahmasalah matematika, dan dengan tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar mahasiswa. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri atas 4 kali pertemuan, yakni 3 pertemuan pembelajaran, dan 1 pertemuan asesmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

210

materi perkuliahan Pengantar Dasar Matematika semester ganjil 2004/2005. Besarnya peningkatan pemahaman mahasiswa ini berada pada rentangan paling rendah 12,5% dan paling tinggi 60%, (2) penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa pada mata kuliah Pengantar Dasar Matematika semester ganjil 2004/2005. Besarnya peningkatan hasil belajar ini terletak pada rentangan paling rendah 1% dan paling tinggi 12%. Kata kunci : model pembelajaran, pemecahan masalah, open-ended problem, closed problem, kompetensi, berpikir divergent, berpikir kritis ABSTRACT The objectives of this classroom action research were to improve (a) the mathematical conceptual understanding and (b) the learning outcomes of the mathematics students on the course of The Introduction of Mathematics in the odd semester of the year 2004/2005. This research was designed to implement the open-ended problem solving approach using students worksheet to give the students the opportunity for doing mathematics and solving mathematical problem in various ways. It is believed that this open-ended problem solving approach can enhance the students mathematical creativity, especially can improve their high order thinking, namely competence of divergent and critical thinking. The subject of the research was 40 students and grouped into 8 cooperative learning groups consist of 5 students respectively. The data for the mathematical conceptual understanding were gathered using scoring rubrics, while using achievement test for the students learning outcomes. The results of this research showed that the implementation of the openended problem solving approach on the course of the Introduction of Mathematics has improved the students mathematical conceptual understanding significantly as well as their learning outcomes. These improvements ranged between 12, 5% and 60% for the mathematical
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

211

conceptual understanding, while between 1% and 12% for the students learning outcomes. Key words: instructional design, problem solving, open-ended problem, closed problem, competence, divergent thinking, critical thinking

1. Pendahuluan Salah satu tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah adanya perubahan paradigma atau reorientasi terhadap proses pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar siswa. Perubahan yang dimaksud itu adalah pembelajaran yang mekanistik, yang cenderung teoretis, dan berpusat pada guru (teacher centered), serta bersifat "mencekoki" (telling / transfering ) ke pembelajaran yang kreatif, berdasarkan masalah real yang dekat dengan kehidupan siswa (contextual) dan berorientasi pada siswa aktif (active learning / student centered), serta mendorong siswa untuk menemukan kembali (reinvention) dan membangun (construction) pengetahuan dan pengalaman secara mandiri. Dalam hal evaluasi hasil belajar siswa pun dituntut adanya reorientasi, yaitu dari evaluasi yang didominasi oleh metode pengujian "kertas-pensil" yang cenderung hanya meng-ukur ingatan siswa terhadap informasi-informasi faktual dan prosedur-prosedur algoritmis saja, ke evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dapat menilai unjuk kerja (kinerja) siswa (student permformance assessment) secara kontinyu dan menyeluruh meliputi semua aspek, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Tuntutan penting KBK tersebut di atas menyentuh semua mata pelajaran, tentunya dengan beberapa penyesuaian berdasarkan kharakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Untuk mata pelajaran
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

212

matematika, reorentasi ini dapat disarikan dalam bentuk model pembelajaran matematika yang bercirikan (1) menggunakan permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan yang nyata atau dekat dengan lingkungan dan kehidupan siswa atau minimal dapat dibayangkan oleh siswa, (2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), serta kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis (mathematical reasoning and communication), (3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (reinvention) dan untuk membangun (construction) konsep, definisi, prosedur dan rumus-rumus matematika secara mandiri, (4) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, dll., (5) mengembangkan kreativitas berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen, orisinal, membuat prediksi dan memcoba-coba (trial-and-error), (6) menggunakan model (modelling), dan (7) memperhatikan dan mengakomodasikan perbedaan-perbedaan kharakteristik individual siswa. Ketujuh butir yang dituliskan tersebut, dapat dipandang sebagai maskot baru bagi pembelajaran matematika di sekolah, yang gemanya telah merambah dunia pendidikan di Indonesia pada semua jenjang, mulai dari jenjang Sekolah Dasar, SLTP dan SMU, bahkan Perguruan tinggi, sejak KBK mulai disosialisasikan. Namun demikian, di tengah rasa optimis akan keunggulan maskot baru pembelajaran matematika itu, bukan berarti implementasinya di depan kelas akan terjadi secara memuaskan dengan serta merta. Banyak yang masih memerlukan pemikiran dan kerja keras. Misalnya, masih diperlukan pemikiran dan kerja keras guru, bagaimana membuat pembelajaran matematika yang berorientasi pada masalah kontekstual. Tentunya, hal tersebut ada beberapa contoh soal matematika
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

213

kontekstual yang bagus, tetapi itu masih jauh dari cukup, mengingat luasnya materi matematika itu. Dan jangan lupa, bahwa banyak konsep abstrak matematika itu sendiri, yang memang sulit dibuat "konteksnya" (walaupun bukan tidak mungkin) yang dekat dengan lingkungan dan kehidupan siswa (Sudiarta, 2001, 2003b). Karena itu, kerja sama yang saling mendukung dari segala komponen pendidikan pada segala jenjang sangatlah mutlak, untuk benar-benar bisa merealisasikan dengan baik 7 butir maskot baru pembelajaran matematika itu di depan kelas. Penelitan ini berkaitan langsung dengan usaha untuk memperbaiki kualitas perkuliahan dan berorientasi pada tindakan untuk peningkatan pemahan konsep dan hasil belajar mahasiswa. Hasil pengamatan dan refleksi terhadap pengalaman peneliti dalam mengasuh mata kuliah Pengantar Dasar Matematika (PDM). Persentase ketidaklulusan mahasiswa pada mata kuliah ini, masih cukup tinggi. Hal ini didukung oleh data 3 tahun terakhir yang menyatakan bahwa cukup banyak mahasiswa yang tidak lulus dan harus mengulang pada tahun berikutnya. Pada semester ganjil 2001 terdapat 8 orang yang tidak lulus dari 31 peserta (25,8%), pada semester ganjil 2002 terdapat 6 dari 28 peserta yang tak lulus (21,4 %), dan pada semester ganjil 2003 terdapat 7 dari 32 peserta yang tak lulus (21,8%) (Sumber: Jurusan Pendidikan Matematika). Penelusuran lebih jauh juga menunjukkan bahwa prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah ini perlu ditinggkatkan. Misalnya untuk kuliah PDM semester ganjil tahun 2003/2004, dari 32 peserta termasuk 6 orang yang mengulang, hanya 3 orang yang mendapat nilai A, 10 orang B, dan 19 orang sisanya mendapat nilai C, D atau E.Tingkat pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi kuliah ini masih rendah dan perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

214

sebabagi berikut. (a) Dari pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai pengasuh mata kuliah ini dapat disimpulkan, bahwa hampir semua mahasiswa yang mengulang mata kuliah ini, tidak menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan mahasiswa mengambil mata kuliah ini untuk pertama kalinya. Padahal, karena mereka sudah pernah mempelajari materi ini (jadi mereka lebih baik dalam pengalaman belajar materi PDM ini), seharusnya mereka bisa lebih berpartisipasi aktif dalam perkuliahan, misalnya dengan aktif dalam diskusi dan menjawab pertanyaan. Namun hal ini tidak terjadi, bahkan prestasi mereka juga tergolong masih rendah, karena sebagian besar mereka hanya mampu memperoleh nilai C. Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi mengapa hal ini terjadi, misalnya faktor minat mahasiswa itu sendiri, dan faktor proses pembelajaran yang cenderung monoton. Terlepas dari faktorfaktor itu, dapat disimpulkan, bahwa pemahaman mereka terhadap materi perkuliahan masih rendah, penguasaan mereka terhadap materi perkuliahan pada tahun yang lalu cenderung baru sebatas ingatan fakta-fata, dan algoritma-algoritma. (b) Di samping itu, ada indikasi lain yang dapat dijadikan dasar tentang rendahnya pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi mata kuliah PDM ini. Saat ini, semester genap tahun 2004, peneliti mengasuh mata kuliah Statistika Matematika II yang pesertanya terdiri dari semester VI ke atas, yang semuanya telah mengambil mata kuliah PDM. Pada saat kuliah pembukaan mata kuliah Statistika Matematika II ini, peneliti minta izin kepada peserta selama 15 menit untuk mengajak mereka mengenang kembali materi kuliah PDM yang mereka pelajari tahun lalu. Peneliti melempar pertanyaan kepada kelas, "Apakah hakikikat pembuktian dalam matematika ?" Kelas menjadi tenang dan tak seorang pun menyahut. Melihat keadaan ini, peneliti memancing dengan pertanyaan
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

215

lebih dalam: "Bagaimana membuktikan suatu pernyataan (kalimat) matematika dengan prinsip "reductio ad absurdum?". Masih semuanya diam, sampai akhirnya seseorang mahasiswa menyeletuk pelan dan ragu: "Dengan kontradiksi ?". Akhirnya setiap orang berbisik dengan kawan sebelahnya, tanpa seorang pun berani untuk memberikan penjelasan secara utuh. Kata "kontradiksi" yang diucapkan dengan ragu oleh mahasiswa tadi, dapat dijadikan petunjuk bahwa dia ingat (remembering) sesuatu. Mungkin saja dia "bisa" mengerjakan, jika dia diberikan soal pembuktian kalimat matematika dengan "reduktio ad absurdum" (jadi mungkin saja dia trampil secara algoritmis). Akan tetapi, yang jelas dia tidak dapat mengkomunikasikan ide dan ketrampilannya itu. Ini adalah petunjuk bahwa dia belum "mengerti" (understanding) konsep atau prosedur itu secara utuh (meaningfull). Kedua butir uraian permasalahan tadi adalah masalah nyata pada mata kuliah PDM selama ini, yang mendesak untuk ditangani dengan baik, karena semester depan (semester ganjil 2004/2005) paling tidak ada 7 orang mahasiswa yang akan mengambil ulang mata kuliah itu, karena sebelumnya belum lulus, dan 12 orang berpotensi untuk mengambil mata kuliah itu lagi dengan tujuan perbaikan nilai C, ditambah dengan peserta baru yaitu mahasiswa Semester III dimana mata kuliah itu muncul. Hal ini mengharuskan peneliti sebagai pengasuh mata kuliah tersebut melakukan refleksi secara objektif terhadap proses pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar mahasiswa selama ini. Refleksi ini adalah suatu bentuk usaha untuk menengok ke belakang, mengkaji kembali model, pendekatan, dan strategi perkuliahan, serta prosedur evaluasi hasil belajar mahasiswa yang dilaksanakan selama ini, untuk mendiagnosis penyebab timbulnya permasalahan tadi, dan merencanakan tindakan-tindakan
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

216

perbaikan. Tentu saja yang dipakai sebagai landasan dalam mendiagnosa permasalahan tadi adalah 7 butir ciri-ciri pembelajaran matematika berdasarkan paradigma baru yang telah dituliskan pada awal bab ini. Landasannya adalah: apakah pelaksanaan perkuliahan PDM selama ini sudah mendekati ciri-ciri pembelajaran matematika sesuai dengan paradigma baru yang diharapkan. Secara objektif harus diakui, bahwa proses perkulihan PDM selama ini belum memberikan penekanan terhadap pengembangan kemampuan mahasiswa dalam pemecahan masalah (problem posing and problem solving) yang berorientasi pada kreativitas dan produktivitas berpikir (creative and producktive thingking) untuk pencapaian tingkat pemahaman yang tinggi (depth understanding). Walaupun metode perkuliahan selama ini telah memberi peran tinggi pada keaktifan mahasiswa, misalnya melalui pembentukan kelompok presentasi (cooperative learning), untuk mempresentasikan subpokok bahasan secara mandiri dan bergiliran, namun ternyata dampaknya terhadap kemampuan problem solving, serta kemampuan mathematical reasoning and communication mahasiswa belum terlihat. Hal ini tentu berpengaruh yang kurang baik pula terhadap pencapaian tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan, yang akhrinya berpengaruh juga pada rendahnya hasil belajar masiswa dan cukup tingginya angka ketidaklulusan pada mata kuliah PDM ini. Berdasarkan uraian diagnosis akar permasalahan tersebut, dapat dilakukan langkah perbaikan proses perkuliahan PDM melalui penerapan pembelajaran / perkuliahan PDM yang berorientasi pada masalah "open ended" (open ended problem solving) berbantuan LKM. Open-Ended Problem Solving mula-mula dikembangkan di Jepang sejak tahun 70-an berdasarkan penelitian Shimada, yakni "an instructional strategy that
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

217

creates interest and stimulates creative mathematical activity in the classroom through students collaborative work. Lessons using open-ended problem solving emphasize the process of problem solving activities rather than focusing on the result" (Shimada,1994; 1997; bandingkan dengan Foong, 2000; Sudiarta, 2003b). Argumentasi bahwa pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas perkuliahan PDM dalam rangka mengatasi permasalahan yang diuraikan tadi adalah sebagai berikut. (1) Berbeda dengan permasalahan matematika tradisional (closed problem) yang berisi pertanyaan yang terstruktur jelas, mulai dengan apa yang diketahui, apa yang dicari, metode apa yang digunakan, hanya memiliki satu jawaban yang benar, dan satu proserdur penyelesaian (solusi), permasalahan "open ended" dirumuskan sedemikian rupa sehingga tersedia sebuah konteks untuk investigasi (Lynch et al., 2001; Land, 2000; Foong, 2000; Sudiarta, 2001; 2003b) permasalahan tersebut lebih lanjut, yang memungkinkan siswa untuk merumuskan permasalahan-permasalahan yang relevan. Hal ini menyebabkan bahwa "open ended problem" mungkin dapat memiliki satu pemecahan dengan berbagai cara, atau banyak pemecahan dengan berbagai cara pula. Perbedaan yang mendasar antara "closed problem" dengan "open ended problem" adalah bahwa "closed problem" lebih menekankan rutinitas dalam menggunakan keterampilan dasar matematika dan hanya mendorong siswa untuk belajar mencari alasan untuk sebuah solusi yang benar (learn to reason to correct solutions), sedangkan "open ended problem" lebih mendorong siswa untuk membangun, mengkontruksi dan mempertahankan solusi-solusi yang argumentatif dan benar ( learn to construct and defend reasonable solutions). Hal inilah kunci penting yang menyebabkan pembelajaran berorientasi permasalahan "open ended" yang
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

218

dilakukan dengan baik memiliki potensi tinggi untuk merangsang siswa berpikir kreatif dan produktif (creative and producktive thinking), serta memiliki tingkat pemahaman tinggi (depth understanding) terhadap materi pembelajaran (bandingkan Schoenfeld, 1994; 1997; Land, 2000; Henn dan Kaiser, 2002; dan Sudiarta, 2001; 2003b). (2) Di samping itu, secara umum telah terjadi perubahan luas dalam perspektif pendidikan matematika tentang pembobotan pendekatan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah, seperti diungkap oleh Hiebert dan Carpenter (1998) bahwa "problem solving is the heart of mathematics and open ended problems are the heart of problem sol-ving". Hal yang sangat menggembirakan adalah bahwa perspektif ini telah diadopsi dengan baik dalam Kurikulum Berbasis Komptensi sesuai yang termuat, misalnya dalam draf final Kurikulum SLTP 2004 sebagai berikut "Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal, terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian" (Draf Final Kurikulum SMP dan Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran Matematika, 2003:4). Berdasarkan uraian dalam Bagian Pendahuluan dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut. (1) Seberapa jauh penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan Pengantar Dasar Matematika semester ganjil 2004/2005 ? (2) Sejauh mana penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa pada mata kuliah Pengantar Dasar Matematika semester ganjil 2004/2005 ? Untuk memperjelas rumusan masalah di atas, perlu ditegaskan batasan-batasan dalam penelitian ini sebagai berikut.
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

219

Penerapan pembelajaran / perkuliahan berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM ini bertujuan (1) meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan Pengantar Dasar Matematika (PDM) semester ganjil 2004/2005, dan (2) meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa pada perkuliahan Pengantar Dasar Matematika pada semester ganjil 2004/2005 ? Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi mahasiswa, dosen, guru dan para peneliti bidang kependidikan lainya, dalam rangka memperbaiki kualitas isi, proses dan hasil pembelajaran matematika. Secara khusus hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi (1) Mahasiswa, yaitu memberikan kesempatan : (a) untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi perkuliahan dan hasil, serta prestasi belajar matematika mereka melalui perbaikan proses perkuliahan dengan penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM, (b) untuk meningkatkan kompetensi "problem solving" dan kompetensi "mathematical reasoning and communication" mereka melalui kegiatan penyelidikan dan pemecahan permasalahan matematika "open ended", (c) untuk meningkatkan kompetensi berpikir dan bernalar mereka dalam menarik kesimpulan, melalui kegiatan penyelidikan masalah-masalah matematika "open ended", (d) untuk mengembangkan kompetensi berpikir divergen mereka, yang melibatkan kreativitas berpikir, imajinasi dan intuisi matematika, melalui latihan pemecahan masalah matematika "open ended". (2) Dosen pemegang mata kuliah, yaitu memberikan kesempatan : (a) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mata kuliah PDM melaui penerapan pembelajaran matematika berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM, (b) untuk menggali pengalaman tentang pembelajaran matematika yang
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

220

berorientasi pada masalah-masalah matematika "open ended", (c) untuk merevisi dan mengembangkan inovasi model-model pembelajaran matematika, terutama model pembelajaran yang menekankan aspek kompetensi "problem solving" dan kompetensi mathematical reasoning and communication dalam rangka meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkulianan.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

221

2. Metode Penelitian 2.1 Jenis Penelitian dan Subjek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tindakan berupa penerapan pembelajaran berorientasi pada pemecahan masalah matematika "open ended" berbantuan LKM. Subjek penelitiannya adalah semua mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Negeri Singaraja yang memrogramkan mata kuliah Pengantar Dasar Matematika (PDM) pada Semester Ganjil Tahun 2004 / 2005. Subjek penelitian ini berjumlah 40 orang dengan perincian, yakni 32 orang mahasiswa semeter III adalah peserta baru, dan 8 orang mahasiswa semester V ke atas yang tahun lalu belum lulus mata kuliah ini. Materi mata kuliah PDM ini terdiri atas Teori Dasar Logika, yang meliputi Logika Kalimat Matematika, Kuantifikasi, Simbolisme Logika, Pembuktian dalam Matematika, Teori Dasar Himpunan, Relasi, dan Fungsi serta Himpunan Tak Berhingga. 2.2 Prosedur Penelitian Dalam penelitian tindakan ini, peneliti juga sekaligus pengajar (dosen) dibantu oleh 2 orang pembantu peneliti, yang terdiri dari mahasiswa semester 6 ke atas, yang telah lulus mata kuliah PDM dengan nilai A. Persyaratan lain sebagai pembantu peneliti ini antara lain; (a) memiliki IP Komulatif minimal 3,00, (b) telah lulus Matakuliah Metode Penelitian Pengajaran Matematika, dan (c) memiliki pengalaman sebagai tutor mata kuliah atau kegiatan lainya yang sejenis. Tugas pembantupembantu peneliti ini adalah membantu peneliti dalam mendokumentasikan data, dan dalam melaksanakan penilaian unjuk kerja mahasiswa

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

222

(performance assessment), yaitu berupa kegiatan penskoran kinerja mahasiswa dalam melakukan kegiatan problem solving. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti model penelitian tindakan pendidikan (educational action research) menurut Kemmis dan Taggart (1986) yang memandang bahwa penlitian tindakan sebagai upaya yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan secara spiral melalui tahapan perencanaan (plan), tahapan tindakan (act), tahapan observasi dan (observe) dan tahapan refleksi (reflect) diteruskan dengan perencanaan ulang (revised plan) sebagai basis pemecahan masalah (Kemmis & Taggart, 1986). Penelitian ini dilakukan dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas 4 tahapan secara siklis, yaitu perencanaan-tindakan-observasi-refleksi. Masing-masing siklus pelaksanaan penelitian terdiri atas 4 kali pertemuan kuliah tatap muka (3 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan asesmen, evaluasi dan refleksi) dengan masing-masing tatap muka terdiri atas 3 jam kuliah (150 menit). 2.3 Instrumen dan Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain (1) Lembaran observasi untuk mendokumentasikan proses pembelajaran. Data ini semata-mata digunakan dalam melakukan refleksi kecil pada setiap akhir tindakan, yang antara lain berisi kelemahan-kelemahan ataupun keunggulan-keunggulan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Kajian balik ini dimaksudkan untuk mengontrol kualitas proses pembelajaran secara kontinyu. Hal ini sangat diperlukan, dengan asumsi bahwa dengan terkontrolnya proses kegiatan pembelajaran dengan baik dan kontinyu, maka faktor-faktor pengganggu (noise facktor) pada kegiatan unjuk kerja mahasiswa dalam pemecahan masalah-masalah "open ended" dapat
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

223

dikendalikan dan dieliminasi. (2) Lembaran Rubrik Penskoran Kinerja (Performance) mahasiswa yang memuat butir-butir aspek kompetensi ranah pemahaman yang dinilai. (3) Tes Hasil Belajar berupa tes Sumatif (setara Tes Pertengahan Semester) . Data yang diperlukan dalam penelitan ini, ada 2 jenis, yaitu (a) data berupa skor tingkat pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep matematika, akan dikumpulkan dengan menggunakan lembaran Rubrik Penskoran Kinerja mahasiswa, dan (b) data berupa skor hasil belajar mahasiswa akan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar berupa tes sumatif (setara dengan tes pertengahan semester). 2.4 2.4.1 Teknik Analisis Data Tingkat Pemahaman Mahasiwa Skor tingkat pemahaman mahasiswa meliputi skor terhadap 11 butir aspek pemahaman yang dinilai dengan skala 5 (0 sampai 4) dengan kriteria sebagai berikut. Skor
3,5 < x 4
2 < x 3,5

1,5 < x 2
1 < x 1,5

0 x 1

Katagori Lengkap dan kompeten Kompetensi dasar Jawaban parsial Jawaban coba-coba Tidak ada respon

Selanjutnya, skor untuk masing masing aspek ini dijumlahkan, kemudian dicari rata-ratanya dan dipakai sebagai skor tingkat pemahaman mahasiswa (yang dimaksud di sini adalah skor tingkat pemahaman secara kelompok). Dengan demikian, didapat skor tingkat pemahaman mahasiswa untuk setiap kali tindakan. Untuk melihat seberapa jauh adanya
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

224

peningkatan pemahaman mahasiswa, maka skor tingkat pemahaman kelompok ini dianalis secara deskriptif dengan melihat rentangan peningkatan pemahaman kelompok mahasiswa, yaitu selisih antara skor pemahaman pada tindakan ke-2 dengan skor pada tindakan ke-1, skor pada tindakan ke-3 dengan skor pada tindakan ke-2, dan seterusnya. Untuk dapat melihat lebih jelas trend perkembangan tingkat pemahaman kelompok mahasiswa ini, skor-skor tersebut juga disajikan secara analisis dan grafis rentangan waktu. Sedangkan, untuk skor tingkat pemahaman kelas dihitung dengan menjumlahkan skor kelompok tadi, kemudian dicari rata-ratanya. Analisis skor tingkat pemahaman kelas ini juga dilakukan dengan hal yang sama. 2.4.2 Hasil Belajar Mahasiswa Skor hasil belajar mahasiswa dianalisis dengan menghitung rata-rata kelas dari tes-tes sumatif (setara ujian tengah semester) yang dilaksanakan. Untuk melihat seberapa jauh adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa, skor rata-rata ini dibandingkan dan dianalisis secara runtun waktu, seperti pada (i). 2.4.3 Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan masing-masing siklus adalah (1) jika rata-rata tingkat pemahaman kelas pada masing-masing siklus mencapai skor lebih dari 2 atau memiliki katagori "kompetensi dasar", lihat skala penskoran pada bagian 3.5.a, (2) jika skor rata-rata tes hasil belajar kelas minimal 6,5 pada skala 11.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

225

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Ada dua jenis data hasil penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu data skor tingkat pemahaman mahasiswa, dan data skor hasil belajar mahasiswa. Skor tingkat pemahaman mahasiswa, skor ini didapatkan dengan observasi menggunakan rubrik penskoran kinerja yang dilakukan masing-masing oleh peneliti dan dua orang mahasiswa pembantu peneliti. Pengukuran dengan rubrik penskoran kinerja ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa dalam unjuk kinerja memecahkan masalah matematika open-ended yang diberikan dalam LKM, dan dilakukan secara berkelompok oleh mahasiswa dalam waktu 80 menit kegiatan unjuk kerja. Jumlah mahasiswa yang menjadi subjek penelitian adalah 40 orang, dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri atas 5 orang. Pengukuran skor ini dilakukan untuk setiap kali pertemuan perkuliahan. Karena penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri atas 3 kali pertemuan pembelajaran, dan 1 pertemuan asesmen, evaluasi, dan refleksi, maka didapatkan 6 buah skor tingkat pemahaman kelompok mahasiswa dalam unjuk kerja memecahkan masalah matematika open-ended oleh masingmasing peneliti, dan dua orang pembantu peneliti. Skor yang didapat oleh peneliti, dan dua orang pembantu peneliti ini dirata-ratakan, dan hasilnya disajikan dalam tabel berikut.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250 Tabel 1. Skor tingkat pemahaman (Skala 5) Siklus I PI PII PIII Kelompok I 1,9 2,4 2,1 Kelompok II 1,6 2,2 2,8 Kelompok III 1,5 3,1 3,5 Kelompok IV 1,8 2,1 2,9 Kelompok V 2,2 2,4 2,6 Kelompok VI 2,1 2,4 2,6 Kelompok VII 1,7 2,5 2,6 Kelompok VIII 1,5 1,7 2,8 Keterangan: P = Pertemuan Perkuliahan PI = Pertama, dst.

226

Siklus II PI PII PIII 2,9 3,0 3,6 2,5 3,0 3,1 3,6 3,9 3,9 3,4 3,6 3,6 2,4 2,6 2,7 2,8 2,5 2,8 2,9 3,4 3,5 2,5 2,4 2,2 Pertemuan Perkulian

Tabel 2. Indeks Peningkatan Pemahaman untuk Masing-Masing Siklus dan untuk Seluruh Siklus PK SI PK SII Kelompok I 0,2 0,7 Kelompok II 1,2 0,6 Kelompok III 2 0,3 Kelompok IV 1,1 0,2 Kelompok V 0,4 0,3 Kelompok VI 0,5 0 Kelompok VII 0,9 0,6 Kelompok VIII 1,3 -0,3 Keterangan: : PK = Peningkatan, S = Siklus Keterangan PK Total 1,7 1,5 2,4 1,8 0,5 0,7 1,8 0,7

Skor hasil belajar mahasiswa, skor hasil belajar diukur dengan tes hasil belajar yang dilakukan di akhir setiap dua kali pertemuan perkuliahan. Instrumen tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 6. Tes hasil belajar ini diberikan secara individual, dan diskor dengan skala 11
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

227

(skor maksimal 10). Skor tes individual itu dirata-ratakan untuk mendapat skor tes hasil belajar untuk masing-masing kelompok. Dengan demikian, didapat tiga buah data skor hasil belajar untuk masing-masing kelompok, sebagai berikut. Tabel 3: Skor Tes Hasil Belajar Skala 11 TI T II T III PK I PK II PK Total Kelompok I 7,7 7,9 8,0 0,2 0,1 0,3 Kelompok II 7,2 7,8 8,0 0,6 0,2 0,8 Kelompok III 8,2 8,5 8,6 0,3 0,1 0,4 Kelompok IV 7,8 8,2 8,3 0,4 0,1 0,5 Kelompok V 7,5 7,9 8,0 0,4 0,1 0,5 Kelompok VI 7,9 8,0 8,0 0,1 0 0,1 Kelompok VII 7,6 8,1 7,9 0,5 -0,2 0,3 Kelompok VIII 6,5 7,0 7,7 0,5 0,7 1,2 Keterangan:T=Tes, PK I = Indeks Peningkatan dari Tes I terhadap Tes II, demikian juga dengan PK II, dan PK Total 3.2 Pembahasan 3.2.1 Tingkat Pemahaman Mahasiswa Yang dimaksud sebagai "pemahaman" dalam penelitian ini adalah suatu besaran kinerja (performance), yang meliputi kompetensi mahasiswa dalam (a) mengerti konsep, prinsip dan ide-ide matematika yang berhubungan dengan tugas matematika (conceptual understanding), (b) memilih dan menyelenggarakan proses dan stretegi pemecahan masalah (processes and strategies), (c) menjelaskan dan mengkomunikasikan mengapa strategi itu berfungsi (reasoning and communication), dan (d) mengidentifikasi, dan melihat kembali alasan-alasan mengapa solusi serta prosedur menuju solusi itu adalah benar (interpret reasonableness). Tingkat pemahaman sesuai dengan yang dimaksud dalam penelitian ini, diukur
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

228

melalui penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan menggunakan rubrik penskoran atas keempat komponen pemahaman tadi. Hasil penelitian mengenai pencapaian tingkat pemahaman mahasiswa dalam melakukan unjuk kinerja memecahkan masalah-masalah matematika open-ended dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Data hasil penelitian mengenai tingkat pemaham mahasiswa dapat dirumuskan, sebagai berikut. (1) Semua kelompok penelitian, kelompok I sampai dengan VIII, merupakan representasi penuh dari subjek penelitian mencapai peningkatan pemahaman terhadap konsep-konsep matematika, yang diukur melalui unjuk kinerja mereka dalam memecahkan masalahmasalah matematika. (2) Kelompok I dan IV termasuk kelompok dengan pencapaian tingkat pemahaman tertinggi, yaitu mencapai skor 3,6 yang tergolong tingkat kompetensi katagori kompeten dan lengkap, sedangkan kelompok VIII termasuk kelompok dengan pencapaian tingkat pemahaman terendah, dimana pada pertemuan awal mereka berada pada skor 1,5 (katagori jawaban parsial), namun pada pertemuan berikutnya mereka meningkat cukup segnifikan menjadi 2,8 (level kompetensi dasar), walaupun menurun diakhir siklus kedua menjadi skor 2,2 tetapi masih tergolong tingkat kompetensi dasar (kriteria minimal). (3) Dilihat dari indek peningkatan pemahaman, yaitu ukuran yang menggambarkan besarnya peningkatan, yang dihitung dengan mencari selisih antara skor akhir siklus dengan skor pada awal siklus, baik untuk masing-masing siklus maupun untuk seluruh siklus, didapatkan bahwa semua kelompok mencapai peningkatan yang segnifikan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3 kolom 3, dan pada grafik 2 garis paling atas yang berwarna kuning. Besarnya peningkatan mencapai indeks 0,5 sampai dengan 2,4 untuk rentangan peningkatan yang mungkin 0 sampai 4. Jika dipersentasekan,
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

229

maka peningkatan terendah adalah (0,5/4) x 100% = 12,5 %, yaitu dicapai oleh kelompok V, sedangkan besar peningkatan yang tertinggi dicapai oleh kelompok III, yaitu sebesar (2,4/4) x 100% = 60%. (4) Terjadi kejadian yang unik pada siklus II, yaitu ada kelompok yang tidak mengalami peningkatan yaitu kelompok VI, bahkan kelompok VIII sempat mengalami penurunan, namun untuk keseluruhan siklus kedua kelompok ini tetap mencapai peningkatan yang segnifikan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata kelompok ini beberapa anggotanya tidak hadir dalam pertemuan perkuliahan, karena minta izin untuk terlibat dalam kegiatan kampus. 3.2.2 Tingkat Hasil Belajar Mahasiswa Dari data hasil penelitian pada tabel 3 dapat dirumuskan hasil penelitian mengenai pencapaian hasil belajar mahasiswa, sebagai berikut. (1) Semua kelompok yang merupakan representasi semua subjek penelitian mencapai peningkatan hasil belajar. (2) Hal yang mengagumkan dapat diamati, bahwa semua kelompok mencatat hasil belajar yang cukup bagus (mencapai atau melebihi level minimal 6,5) pada tes hasil belajar pertama. Semua kelompok mengalami peningkatan secara signifikan juga sampai pada akhir siklus, yaitu pada tes III. Besarnya peningkatan hasil belajar ini terletak di antara angka indeks 0,1 (1%) yaitu dicapai oleh kelompok VI, dan peningkatan tertinggi pada angka indeks 1,2 (12 %) dicapai oleh kelompok VII. (3) Hasil belajar tertinggi dicapai oleh kelompok III, yaitu dengan skor 8,6 yang berkatagori nilai angka 4 pada skala 5 atau A. (4) Hasil belajar pada hasil siklus menunjukkan bahwa semua kelompok dapat mencapai hasil paling rendah 3 atau B pada skala 5.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

230

4. Penutup Dari analisis dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan pada Bab IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan Pengantar Dasar Matematika semester ganjil 2004/2005. Besarnya peningkatan pemahaman mahasiswa ini berada pada rentangan paling rendah 12,5% dan paling tinggi 60%. (2) Penerapan pembelajaran berorientasi masalah "open ended" berbantuan LKM dapat meningkatkan hasil belajar matematika mahasiswa pada mata kuliah Pengantar Dasar Matematika semester ganjil 2004/2005. Besarnya peningkatan hasil belajar ini terletak pada rentangan paling rendah 1% dan paling tinggi 12%. Melihat kenyataan di lapangan dalam melaksanakan penelitian, dapat dirumuskan saran sebagai berikut. (1) Hasil penelitian menunjukkan hal yang sangat positif, baik dari usaha peningkatan pemahaman konsep maupun dari segi hasil belajar. Hasil positif ini masih perlu ditindaklanjuti, misalnya dengan melakukan pengembangan masalah-masalah matematika open-ended lebih banyak dan lebih berbobot lagi. Model pembelajaran open-ended ini pada prinsipnya dapat diterapkan pada semua bidang studi, tetapi instrumen berupa masalah-masalah open-ended itu sendiri belum banyak, dan tidak mudah untuk merumuskannya, atau perlu waktu yang cukup. (2) Untuk dapat menerapkan pendekatan open-ended ini, di samping diperlukan istrumen berupa masalah-masalah open-ended itu sendiri, perlu difikirkan metode pembelajaran yang sesuai. Yang pasti perlu latihan pendahuluan bagi mahasiswa/siswa untuk pertama-tama menyesuaikan diri, karena memecahkan masalah open-ended memerlukan perubahan cara pandang. Tanpa persiapan yang baik oleh mahasiswa /
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

231

siswa maka pendekatan open-ended ini akan memakan waktu yang sangat lama dan kemajuan yang diharapkan akan sangat lambat. Di sini, dapat muncul pula rasa frustasi di kalangan peserta didik. Karena itu tugas guru adalah pertama-tama menyediakan lingkungan dan suasana belajar, menjelaskan dengan baik, apa yang menjadi tujuan pembelajaran, bagaimana siswa harus berpikir, dan menyusun strategi pemecahan masalah open-ended yang dihadapi. (3) Sangat dianjurkan untuk tahap awal tidak langsung memberikan mahasiswa / siswa masalahmasalah open-ended, tetapi berikan mereka terlebih dahulu masalah-masalah tradisional, kemudian mencoba mengajak mereka bersama-sama mengkonversikan masalah tradisional tersebut menjadi masalah open-ended, misalnya dengan menghilangkan salah satu aspek yang diketahui. Perlu juga diperhatikan tingkat kesulitan masalah-masalah open-ended yang diberikan. Perlu dicatat masalah-masalah open-ended tidak identik dengan masalah-masalah dengan tingkat kesulitan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Cohor Fresenborg, E. 1999. Logischen Denken zum logischen Rechnen: Osnabrueck: FIM Uni Osnabrueck. Blumenfeld, P., Soloway, E., Marx, R., Krajcik, J., Guzdial, M., & Palincsar, A. 1991. Motivating project-based learning: Sustaining the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26 (3 & 4), 369-398. Briker, D. & Cripe, J.J. 1992. An activity - based approach to early intervention. Baltimore: Brokes. Foong, P. Y. 2000. Using Short Open Ended Mathematics Question to Promote Thinking and Understanding, Singapore: NIE
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

232

Henn, H.W., & Kaiser, G. 2002. Probleme und Defizite des Mathematikunterrichts: Zeitschrift fuer Erziehungswissenschaft 4, Heft 3. S.359-380. Hiebert, J. & Carpenter, T.P. 1998. Problem Solving as a Basis for Reform of Curriculum and Instruction: The Case of Mathematics. Educational Research 25(4), 12-21. Land, S.M. 2000. Cognitive requirements for learning with open-ended learning environments. Etr &D-Educational Technology Research and Development 48:61-78.

Lynch, C. L., Wolcott, S. K., & Huber, G. E. 2001. Tutorial for optimizing and documenting open-ended problem solving skills [On-line]. Available: http://home.apex.net/~leehaven Schoenfeld, A. 1994. What do we know about curriculum?. In: the Journal of Mathematical Behaviour 13, p. 55-80. Schoenfeld, A. 1997. Learning to think mathematically: Problem solving, metacogniton, and sense making in Mathematics. In: D.A. Grouws(Ed.), Handbook of research on mathematics teaching and learning (pp 334-367), New York: Macmillan Shimada, S. & Becker, P., 1997. The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. NY: NCTM Soedjadi, R. & Sutarto Hadi, 2004. PMRI dan KBK dalam Era Otonomi Pendidikan. Buletin PMRI, Edisi III Januari 2004, hal. 1. Sudiarta, P. 2001. Offene Aufgabe: Eine Herrausforderung fuer Lehrer: Berlin: Unterricht:122-132 Sudiarta, P. 2002a. Constructivism and Its Epistemological Consequences to Teaching Mathematics. Berlin: ISSM 2002
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

ISSN 0215 - 8250

233

Sudiarta, P. 2002b. Radical Constructivism and Its Implication for The Concept of Teaching and Learning. Hamburg: SKET/ ASI 2002 Sudiarta, P. 2002c. Knowledge Formation and Knowledge Construction: A Constructivist Perspective. Hamburg: SKET/ ASI 2002 Sudiarta, P. 2003a. Impulse der Schule des Konstruktivismus Fuer Neuere Konzepte des Lehrers und Lernens, Aachen: Shaker Verlag Muenchen. Sudiarta, P. 2003b. Pembangunan Konsep Matematika Melalui "OpenEnded Problem": Studi Kasus Pada Sekolah Dasar Elisabeth Osnabrueck Jerman, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, IKIP Negeri Singaraja: Edisi Oktober 2003 Sudiarta, P. 2004. Mencermati Kurikulum Berbasis Kompetensi: Sebuah Kajian Epistemologis dan Praktis, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus Dies Natalis IKIP Negeri Singaraja Feb. 2004. Thompson, P.W., 1985. Experience, Problem Solving and Learning Mathematics: Considerations in Developing Mathematics Curricula. In: E.A. Sliver (Ed). Teaching and Learning Mathematical Problem Solving. Multiple Research Perspektives (pp.189-243). Hillsdale, NJ: Erlbaum Upitis, R.; Phillips,E.; Higginson,W. 1997. Creative Mathematics: Exploring Children's Understanding, London: Routletge. p.98-185 Van den Heuvel-Panhuizen, M. 1996. Assessment and Realistic Mathematics Education. Utrecht: CD-B Press / Feudenthal Institute, Utrecht University.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006

Anda mungkin juga menyukai