Anda di halaman 1dari 3

KASIH DITANINGTYAS SARI PRATIWI 3310 1000 063 LAPORAN KULIAH LAPANGAN BOEZEM WONOREJO

Pada hari Jumat, 1 Juni 2012 diadakan Kuliah Lapangan di Boezem Wonorejo, Rungkut. Kegiatan ini diikuti oleh 160 mahasiswa S1 dan S2 Jurusan Teknik Lingkungan. Dalam kuliah lapangan ini, saya datang dalam rangka memenuhi tugas Fitoteknologi, Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Konservasi Sumber Daya Air. Tujuan mengikuti kuliah lapangan ini adalah selain untuk menanam bakau, juga untuk mengetahui kaitan mata kuliah tersebut di atas dengan berbagai hal yang ada di boezem wonorejo, seperti permasalahan lingkungan, karakteristik bakau berikut fungsinya dalam lingkungan. Rombongan mahasiswa berangkat pukul 06.00 BBWI bersama Bapak Sarwoko Mangkoedihardjo dan Ibu Alia Damayanti,selaku dosen mata kuliah yang bersangkutan di atas, dengan bus. Sesampainya di Boezem dan sembari menunggu berkumpulnya seluruh rombongan, saya mewawancarai narasumber mengenai seluk-beluk Boezem Wonorejo. Menurut Bapak Mat Natsir, adik kandung dari Bapak Fathoni, Ketua operator Kelompok Tani Bintang Timur, Boezem Wonorejo sebagai ecowisata dibuka pada Oktober 2008 dengan ditandatangani Polwitabes. Launchingnya mengajak para pelajar, mahasiswa, TNI,POLRI dan pejabatpejabat untuk menanam pohon bakau bersama. Ecowisata ini menjadi lahan konservasi, sehingga tidak diperbolehkan untuk dibangun lahan properti/perumahan. Dulunya, harga per meter persegi Rp 500.000,00 namun karena adanya kebijakan pemerintah untuk menjadikan boezem sebagai lahan konservasi, ketertarikan pihak industri terhadap lahan sekitarnya menjadi berkurang sehingga sekarang daya jualnya turun drastis menjadi Rp 150.000,00 per meter persegi. Selain terdapat fasilitas perahu untuk mengelilingi lokasi, juga terdapat fasilitas Jogging track yang dibuat pada awal 2008. Disana terdapat pos pantau namun pada tahun 2008 itu masih liar (belum diresmikan). Di waktu yang sama, terdapat gazebo yang masih liar pula. Baru kemudian 6 bulan setelahnya, keduanya diresmikan Saat ini tujuan awal untuk menjadikan boezem sebagai ecowisata ditangguhkan, stakeholders Boezem Wonorejo masih berfokus pada penanaman bakaunya. Boezem kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Sedikit kucuran dana dari pemerintah untuk merawat boezem, sehingga para stakeholder boezem membuat kebijakan tersendiri, namun mereka dituduh melakukan pembalakan liar oleh pemerintah. Jumlah pengunjung per bulan yang datang berkunjung biasanya mencapai 500-1000. Di lokasi Boezem Wonorejo terdapat 26 jenis bibit mangrove yang hidup. Hasil buah mangrove di wilayah yang dijadikan boezem 2 bulan sekali menghasilkan 3 truk, namun di wilayah yang belum diurug untuk dijadikan boezem, sehari bisa panen buah mangrove sebanyak 7 truk. Wilayah boezem di surabaya disebut pamorbaya, yakni sekitar 3500 hektar. 250 hektarnya merupakan boezem wonorejo. Boezem saat ini diperluas, namun terdapat ganjalan pembebasan lahan dari masyarakat. Sementara itu, di seberang boezem oleh pemerintah direncanakan akan dibangun Kebun Binatang Surabaya. Kondisinya sudah teken kontrak, namun belum dibangun.

KASIH DITANINGTYAS SARI PRATIWI 3310 1000 063 Meskipun didirikan sebagai ecowisata,Boezem Wonorejo juga tetap memiliki permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan. Masalah yang ada di Boezem Wonorejo meliputi sampah buangan pengunjung, sampah dari aliran boezem, sampah yang berasal dari laut. Kendala yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah tersebut selain karena kurangnya kesadaran pengunjung terhadap kebersihan, juga karena sampahnya 90% berasal dari laut sementara 10% sampah berasal dari sungai. Boezem Wonorejo dalam hal ini sebagai hilir, dan karena laut sebagai hulu, maka sampah akan terus berdatangan meskipun boezem telah dibersihkan berkali-kali. Upaya yang saat ini dilakukan antara lain 2 bulan sekali ada pembersihan dari KMS dan ABRI dan ada charge dari warga untuk merawat kebersihan boezem. Pada saat Kuliah Lapangan, wilayah yang mendapatkan jatah untuk ditanami yaitu dari blok A hingga blok C. Luas daerah penanaman = 11 meter x 32 meter untuk ditanami 300 bakau. Mangrove/bakau yang ditanami tersebut berfungsi untuk menampung dan mengolah air serta mencegah banjir. Kehidupan mangrove ini tergantung pada pasang surut air laut sehingga keberadaannya hanya ada di dekat laut. Jenis hutan mangrove yang terdapat di Boezem Wonorejo, diklasifikasikan menjadi tiga jenis, di antaranya : Mayor : memiliki kekuatan mencegah abrasi, tempat bertelur dan berkembang biaknya hewan air, penegakan/pengokohan. Contoh : Apenia, Api-Api Minor : tempat satwa hidup. Contoh : Soneratia (Alga dan Capilaris), Ngiris atau bahasa ilmiahnya Xylocarpus (berfungsi mengganti biodiesel). Manfaat Soneratia di antaranya sebagai: o Tepung o Sirup/bogem, rasa sirupnya seperti apel manalagi o Permen o Shampoo pencuci mobil o Kayu bakar (beraroma, untukm bakar seafood, panas 3x lipat biasa) o Energi alternatif (pengganti biodiesel) Asosiasi : pohon yang hidupnya tidak di tempatnya (parasit pada tumbuhan lain). Contoh : trembesi, lamtoro, kelor, avesenia. Avesenia ini biasanya diekspor, digunakan untuk membakar seafood, apabila dibakar mengeluarkan bau harum, panasnya 3x lipat dari kayu biasa. Kelebihannya apabila masuk air dan dinyalakan, apinya langsung menyala. Di Negara Jepang, Avesenia umumnya digunakan sebagai landasan chip.

Jenis pohon yang ditanam saat Kuliah Lapangan yakni Blokohiro, sifatnya tidak suka direndam dalam air lebih dari 10 jam sehingga ditanam dipinggir dan jauh dari pasang surut air laut.

KASIH DITANINGTYAS SARI PRATIWI 3310 1000 063 Selain tumbuhan, juga terdapat aneka satwa yang hidup disana. Satwa yang terdapat di Boezem Wonorejo, diantaranya : Kera ekor panca (jumlahnya selalu bertambah ) Buaya muara (suka makan monyet) Piton Sowokembang dan Sowokembah Kobra Jawa (panjang 1,5 meter) Biawak/nyambek Ular tambak Kepiting ( alat untuk menangkap kepiting namanya Badok ) Burung aneka spesies

Selain itu, Di tambak dekat boezem Wonorejo juga ditemui usaha tambak penduduk untuk udang windu dan bandeng. Di Boezem yang dijadikan area konservasi ini tidak boleh ada bangunan beton/aspal kecuali pos pantau. Pos pantau digunakan untuk memantau boezem agar tidak terjadi pembalakan liar atau pemburuan hewan satwa. Pemantauan ini dilakukan oleh Polwitabes. Berdasarkan PP No. 3 tahun 2009, wilayah boezem dijadikan lahan konservasi, sehingga tidak boleh ada yang memotong kayu ataupun mencuri hewan. Dari pihak pengelola terdapat agenda rutin menanam bakau sehingga tidak selalu menunggu pengunjung untuk menanam pohon. Agenda untuk penanaman dinaungi Dinas Pertanian. Targetnya dalam 3 bulan ditanami 25000 pohon. Penanaman menggunakan bilah bambu atau bambu yang tengahnya dilubangi/bambu yang dianyam (bronjong) Pelaksanaan pengelolaan di boezem terdiri dari 3 pihak, antara lain : 1. Dinas Pertanian, yang memiliki boezem 2. Dinas Pariwasata, sebagai pelaksana operasional 3. LPS sebagai pelaksana teknis Selain boezem yang dikunjungi tersebut, terdapat pula boezem bagian timur. Bedanya untuk kesana, pengunjung tidak dapat masuk secara gratis melainkan dikenakan uang masuk Rp 25.000,00. Disana fasilitas yang tersedia lebih bagus. Penggunaan boezem di wilayah timur antara lain sebagai ekowisata, edukasi, foto pre dan semi pre wedding maupun penelitian. Selain itu, disana disewakan pula boat dengan biaya Rp 300.000,00 untuk 6 orang. Karena keindahannya inilah, tidak heran bila boezem wonorejo mendapatkan prestasi Juara dua dalam Lomba Objek Ekowisata setelah Ciputra Land.

Anda mungkin juga menyukai