Anda di halaman 1dari 21

HUKUM OHM I. TUJUAN II.

Memahami rangkaian listrik seri dan paralel Menentukan hambatan ewuaivalen untuk rangkaian seri dan paralel Belajar merangkaiakan hambatan rangkaian seri dan paralel DASAR TEORI Suatu rangkaian listrik umumnya dicirkan oleh adanya stu atau lebih sumber yang dihubungkan dengan satu atau lebih sebagap penerima tegangan listrik. Suatu sumber sempurna akan memberikan tegangan yang tetap atau arus yang tetap. Suatu sumber tegangan sempurna adalah sumber tegangan yang tidak bergantung kepada beban yang dipasang pada kutub-kutubnya. Sumber kelas dua adalah sumber tegangan atau sumber arus yang tegangan atau arausnya merupakan fungsi tegangan atau arus yang berada di bagian lain rangkaian. Komponen-komponen yang menjadi beban adalah again. Rangkaian listrik yang menerima tenaga dari sumber yang disebut unsure atau parameter rangkaian. Hubungan antara tegangan dan arus dalam unsure rangkaian itu telah ditetapkan berdasarkan percobaan. Pada tahun 1927, Georg Simon Ohm, ahli fisika berkebangsaan Jerman melakukan suatu percobaan untuk menyelidiki hubungan antara kuat arus yang melalui penghantar dengan tegangan pada ujung-ujung penghantar yang ada ditunjukkan dengan cara membuat gambar seperti di bawah ini:

Setiap perubahan nilai hambatan geser (dengna menggeser kontak geser kekiri atau ke kanan) diikuti dengna perubahan kuat arus (1) dan beda potensial (V). perubahan kuat arus dan beda potensial dilukiskan seperti grafik di bawah ini:

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa grafik berbentuk garis lurus condong keatas dan melalui titik asal 0(0,0). Grafik ini menunjukkan bahwa
I ), selanjutnya oleh Simon Ohm tegangan V sebanding dengan kuat arus I ( V

menyatakan bahwa tegangan V pada ujung-ujung sebuah komponen ohmik (komponen yang memenuhi hukum ohm) adalah sebanding dengan kuat arus listrik I yang melalui komponen itu, asalkan suhu komponen dijaga tetap. Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Ohm Dari grafik diatas dapat juga dilihat bahwa : V : I. R dimana R = tan

Satuan SI untuk tegangan V adalah volt dan untuk kuas arus I adalah ampere. Untuk memperoleh satuan SI untuk nambatan R, maka dapat ditulis dalam bentuk :
R= V I
volt

Satuan hambatan : ampere Satuan SI untuk hambatan listirk diberi nama ohm (disingkat yang berarti omega dalam huruf Yunani) 1 ohm = 1 volt/ampere

Komponen Ohm dan Non-Ohm Secara tegas, hukum ohm hanya berlaku untuk resistor karena pada resistor I adalah sebanding dengan V untuk seluruh nilai I dan V. Komponen yang memenuhi hukum kesebandingan I dan V disebut komponen ohmic, yang dicirikan oleh grafik I V berbentuk garis lurus condong ke atas melalui titik asal seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Dalam banyak komponen, hambatan yang didefinisikan oleh V = I.R tidaklah konstan tetapi bergantung pada nilai-nilai V dan I. komponen-komponen seperti ini sebut komponen non-ohmic grafik I terdapat V untuk komponenkomponen seperti ini tidak linier. Besarnya hambatan suatu penghantar ditentukan oleh panjang (I), penampang (A) dan hambatan jenis (P) penghantar secara matematis hubngan tesebut ditulis sebagai berikut :
R= L A

Penampang kawat umumnya berbentuk lingkaran, sehingga luas penampang.


A = r 2 =

D 2 4

Dengan r adalah jari-jari kawat dan D adalah diameter kawat keterangan : R : hambatan penghantar (ohm)

: Hambatan jenis penghantar (ohm mm2/m atau ohm m)


P : panjang penghantar (m)

A : luas panjang (m2) Hambatan jenis suatu bahan adalah hambatan suatu bahan yang panjang 1 m dan luas penampangnya 1 m2. misalnya hambatan jenis baja adalah 1,5 x 10-7 ohm m. Artinya kawat baja dengan panjang 1 m dan luas penampang 1 m 2 mempunyai hambatan 0,15 ohm. Nilai hambatan jenis suatu penghantar bergantung pada jenis penghanta dan suh. Penghantar logam hambatan jenisnya akan jika suhunya bertambah maka disesuaikan dengan perbesaran berikut :
t = (1 + T )

Keterangan : Pt : Hamabtan jenis akhir P : Hambatan jenis awal

: koefisien suhu hambatan jenis


T : perubahan suhu
Pada umumnya hambatan kawat juga akan naik jika suhunya bertambah dalam suatu batas perubahah suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan ( / ) dibandingkan dengan perubaha suhu ( T ) sehingga :

= T

Oleh karena hambatan penghantar sebanding dengan hambatan jenis, maka didapat persamaan berikut :
R = T atau R = R R

Hambatan listrik suatu penghantar dapat disusun secara seri atau paralel. Dan dapat pula disusun dengan cara gabungan antara susunan seri dan paralel.

A. Susunan Seri

Hambatan pengganti dari n hambatan listrik yang disusun secara seri dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : R5 = R1 + R2 + R3 + .. Rn Pada hambatan susunan seri berikut empat prinsip yaitu : 1. 2. 3. . 4. Susunan seri berfungsi sebagia pembagi tegangan dimana tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sebanding dengan hambatannya. V1 : V2 : V3 :.= R1 : R2 : R3 B. Susunan Paralel Susunan seri bertujuanuntuk memperbesar hambatan suatu rangkain Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama yaitu sama dengan kuat arus yang melalui hambatan pengganti serinya I1 = I2 = I3 =.. = Iseri. Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap komponen Vseri = V1 + V2 + V3 +

Hambatan pengati dua komponen R1 dan R2 yang disusun secara paralel dapat dihitung lebih cepat dengan persamaan khusus.
Rp = hasil kali R1 xR2 = jumlah R1 xR2

Secara umum untuk komponen-komponen yang disusun paralel, kebalikan atau pengganti paralel sama dengan jumlah dari kebaikan tiap-tiap hambtan.

n I I 1 1 1 = = + + + ...... R i =1 Rp R1 R2 R3

Pada hambatan susunan paralel berikut empat prinsip yaitu. Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambtansuatu rangkaian. Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan tegangan pada ujung-ujung hambtan pengganti paralelnya. V1 = V2 = V3 =. V= paralel. Kuat arus yang melakui hambtan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen. Iparalel = I1 + I2 + I3 + Susunan paralel berfungsi sebagai pengganti arus dimana kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambtannya.
I1 : I 2 : I 3 = 1 1 1 + + R1 R2 R3

III. Alat Satu set peralatanuntuk percobaan rangkaian listrik sederhana IV. Cara Kerja Rangkain seri a. Rangkaian peraltan sebagaimana gambar 1 catatan hambatan atau resistansi yang digunakan. b. Hubungan rangkaian dengan sumber arus c. Atur alat pengukur arus pada skala current DC d. Atur alat pengukur tegangan pada skala voltage DC e. Hidupkan sumber arus, atur sedemikian rupa arus I = 0,25 A f. Catata dengan yang dihasilkan g. Lakukan langkah 5 dan 6 untuk arus I dan lain.

Rangkain paralel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Rangkaian peralatan sebagimana gambar 2 catat hambtan atau resistansi yang digunakan Hubungan rangkaian dengan sumber arus Atus alat pengukur arus pada skala current DC Atur alat pengukur tegangan pada skala voltage DC Hidupkan sumber arus, atau sedemikian rupa arus A = 0,2GA Catat tegangan yang dihasilkan Lakukan langkah 3 dan 6 untuk arus I yang lain.

V.

Perhitungan
R= R= V I 9 = 2500 3,6.10 3

Dengan cara sama maka akan diperoleh : No Arus (ampere) 1 3,6 x 10-3 Seri Tegangan (volt) 9 9 9 9 9 12 12 12 12 12 15 15 15 15 15 18 18 18 18 18 Hambatan () 2500 2500 2500 2500 2500 2352,9 2352,9 2352,9 2352,9 2352,9 2380,95 2380,95 2380,95 2380,95 2380,95 2400 2400 2400 2600 2600 Arus (ampere) 6,9 x 10-2 Paralel Tegangan Hambatan (volt) 9 13,5 13,5 15 15 16,5 18 18 19,5 18 24 24 24 24 24 28,5 30 30 30 30 () 130,43 195,65 195,65 217,39 217,39 203,7 222,2 222,2 240,7 222,2 222,2 222,2 222,2 222,2 222,2 220,9 232,5 232,5 232,5 232,5

5,1 x 10-3

8,1 x 10-2

6,3 x 10-3

10,8 x 10-2

7,5 x 10-3

12,9 x 10-2

GRAFIK RANGKAIAN SERI


TEGANGAN (VOLT) 20 15 10 5 0 0 3,6.10 5,1.10 6,3.10 7,5.10

KUAT ARUS (AMPERE)

GRAFIK RANGKAIAN PARALEL


TEGANGAN (VOLT) 35 30 25 20 15 10 5 0 0 6,9.10 8,1.10 10,8.10 12,9.10

KUAT ARUS (AMPERE)

2. Regresi Linear Rangkaian Seri


Sxx = ( Xi X )
i= 1 n 2

n Xi 2 = Xi 2 i =1 n i= 1
n

= 3,6 x10 3

+ 5,1x10 3

+ 6,3 x10 3

+ 7,5 x10 3

=12,96 x10 6 + 26,01x10 6 + 39,69 x10 6 + 56,25 x10 6 =134,91x10 6 101,25 x10 6 = 33,66 x10 6

22,5 x10 3 5 6 101,25 x10

n n Xi Yi n n 2 i =1 i =1 Sxx = ( Xi X ) Yi = XiYi n i =1 i =1
= 3,6 x10 3 x9 + 5,1x10 3 x12 + 6,3 x10 3 x15 + 7,5 x10 3 x18,6 22,5 x10 x54,6 5 = 32,4.10 3 + 61,2.10 3 + 94,5.10 3 +139,5.10 3 245,7.10 3
3

{( (

) (

) (

) (

)} )

) (

= 327,6.10 = 81,9.10

245,7.10

Sehingga diperoleh
Bi = SXY Bo = Y BiX =10,92 2437,5(4,5.10 3 ) =10,92 10,97 = 0,05 Y = 0,05 + 2437,5 X X = 3,6.10 3 , makaY = 8,725 X = 5,1.10 3 , makaY =12,38 X = 6,3.10 3 , makaY =15,3 X = 7,5.10 3 , makaY =18,23 SXX = 81,9.10
3

33,66.10 6

= 2437,5

Rangkaian Paralel

Sxx = ( Xi X )
i= 1

n Xi 2 2 = Xi i =1 n i= 1
n

= 6,9.10 2

( (

+ 8,1.10 2

+ 10,8.10 2

+ 12,9.10 2

= 47,61.10 4 + 65,61.10 4 +116,64.10 4 +166,41.10 4 = 396,24.10 = 96,732.10


4 6

38,7.10 2 5 299,538.10 4

299,538.10

n n Xi Yi n n 2 i =1 i =1 Sxx = ( Xi X ) Yi = XiYi n i =1 i =1
= 6,9.10 2 x13,2 + 8,1.10 2 x18 + 10,8.10 2 x 24 + 12,9.10 2 x18,6
2

{(
(

) (

) (

) (

}
)

38,7.10 2 x84,6 5 2 = 91,08.10 +145,8.10 2 + 259,2.10 2 + 379,26.10 2 654,804.10 2

) (

=875,34.10

654,804.10

= 220,536.10

Sehingga diperoleh
= 227,986 96,732.10 4 Bo = Y BiX =16,92 227,986( 0,0774 ) =16,92 17,65 = 0,73 Y = 0,07 + 227,986 X SXX X = 6,9.10 2 , makaY =15,73 X = 8,1.10 2 , makaY =17,74 X =10,8.10 2 , makaY = 23,89 X =12,9.10 2 , makaY = 28,68 Bi = SXY = 220,536.10
2

3. Hambatan R dari gradien Y Rangkaian seri

M = Y

18,23 8,725 9,505 = = 2437,17 3 3 7,5.10 3,6.10 3,9.10 3

Rangkaian paralel

M = Y
=

28,68 15,73 12,505 = = 215,83 2 2 12,9.10 6,9.10 6.10 2

4. Rangkaian ekuivalen Rangkaian seri Rs = Ri = R1 + R2 + R3 + R4 = 2500 + 2352,9 + 2380,95 + 2400 = 9633,85 Rangkaian paralel
I I I I I = + + + R R1 R2 R 3 R 4

Dari poin ke 3 didapatkan bahwa hambtan pada rangkaian seri dari hasil gradien grafik adalah 243,17 , namun berdasarkan poin ke 4 yakni dengan menghitung hambatan ekuivalen diperoleh nilai hambatan sebesar 9633,85 . Hasil ini sangat berbeda jauh yakni mempunyai selisih sebesar 7196,68 . Begitu pula untuk rangkaian paralel, dimana dari hasil gradien diperoleh nilai hambatan sebesar 215,83 sedangkan dari hasil hambtan ekuivalen diperoleh nilai hambatan sebesar . Perbedaan kedua hasil ini mungkin disebabkan karena

resistor yang digunakan pada saat percobaan agar sedikit rusak, sehingga nilai hambatan yang tertera pada resistor tersebut tidka sesuai dengan nilai hambatan yang diperoleh melalui percobaan.

VII. Ralat Keraguan Ralat keraguan percobaan rangkaian seri Untuk kuat arus (I) I 3,6.10-3 3,6.10-3 3,6.10-3 3,6.10-3
I =
=

(I I )
0 0 0 0

(I I )
0 0 0 0

3,6.10-3 3,6.10-3 3,6.10-3 3,6.10-3


2

( I I ) n( n 1)

( I I ) = 0
2

0 = 5(5 1)

0 =0 20

Ralat nisbi =

I 0 x100% = x100% = 0 I 3,6.10 3

Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100% Dengan cara yang sama maka akan diperoleh : Perc 1 2 3 4 I 3,6.10-3 5,1.10-3 6,3.10-3 7,5.10-3
I

(I I )
-3

3,6.10 5,1.10-3 6,3.10-3 7,5.10-3

0 0 0 0

I 0 0 0 0

Kebenaran prak 100% 100% 100% 100%

Untuk tegangan (V) V 9 9 9 9 9


I =
=
V

(V V )
0 0 0 0 0

(V V )
0 0 0 0 0

9 9 9 9 9
(V V ) n( n 1)
2

(V V

=0

0 = 5(5 1)

0 =0 20

Ralat nisbi =

V 0 x100% = x100% = 0% V 9

Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100%

Dengan cara yang sama maka akan diperoleh : Perc 1 2 3 4 V 9 12 15 1 8 1 8 1 8


V V I I
V

(V V )
0 0 0 0,3 6

Kebenaran praktikum 100% 100% 100% 98,01%

19, 5

19, 5

9 12 15 18, 6

0,3 6

0,3 6

0,8 1

0,8 1

0 0 0 0,3 7

R R =

Untuk percobaan I
R R = V V I I

= =

9 1,5 3,6.10 3 3.10 4 9 9 3 3,6.10 3,6.10 3 0 0 9 + 3,6.10 3

= 2500 2500(0) = 2500 0

Ralat nisbi =
=

R x100% R 0 x100% = 0% 2500

Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100% Dengan cara yang sama maka akan diperoleh: Perc 1 2 3 4
V I

I I

9+0 12 + 0 15 + 0 18,6 + 0,37

3,6.10 + 0 4,1.10-3 + 0 6,3.10-3 + 0 7,5.10-3 + 0

-3

R R

2500 + 0 2352,9 + 0 2380,95 + 0 2480 + 49,35

Kebenaran praktikum 100% 100% 100% 98,01%

Ralat keraguan percobaan rangkaian paralel Untuk kuat arus (I) I


I

(I I )

(I I )

6,9.10-2 6,9.10-2 6,9.10-2 6,9.10-2


I =
= =0

6,9.10-2 6,9.10-2 6,9.10-2 6,9.10-2


2

0 0 0 0

( I I ) n( n 1)

( I I ) = 0
2

0 0 0 0

0 5(5 1)

Ralat nisbi =

I 0 x100% = x100% = 0 I 6,9.10 2

Kebenaran praktikum = 100% - 0% = 100% Dengan cara yang sama maka akan diperoleh : Perc 1 2 3 4 I 6,9.10-2 8,1.10-2 10,8.10-2 12,9.10-2 Untuk tegangan (V) V 9 13,5 13,5 15 15
I =
=

(I I )
0 0 0 0

I
0 0 0 0

6,9.10-2 8,1.10-2 10,8.10-2 12,9.10-2

Kebenaran praktiktikum 100% 100% 100% 100%

(V V )
-4,2 0,3 0,3 1,8 1,8

(V V )
17,64 0,09 0,09 3,24 3,24

13,2 13,2 13,2 13,2 13,2


2

(V V ) n( n 1)

(V V

= 24,3

24,3 = 5(5 1)

24,3 20

= 1,215 =1,1

Ralat nisbi = V x100% = 13,2 x100% = 8,3% Kebenaran praktikum = 100% - 8,3% = 91,7% Dengan cara yang sama maka akan diperoleh :

1,1

Perc 1 2 3 4 9 16, 5 24 28, 5


R R =

V 13, 5 18 24 30 13, 5 19, 5 24 30 1 5 1 8 2 4 3 0


V V I I

(V V )
17, 6 2,2 5 0 0,8 1 0,0 9 0 0 0,3 6 0,0 9 0 0 0,3 6

15 18 24 28, 5

13, 2 18 24 29, 4

3,2 4 2,2 5 0 0,3 6

3,2 4 0 0 0,8 1

1,1 0,3 5 0 0,3 7

Kebenaran praktiktikum 91,7% 98,1% 100% 98,75%

Untuk percobaan I
R R =
= =

V V I I
13,2 1,1 6,9.10 2 0 13,2 13,2 2 6,9.10 6,9.10 2 1,1 0 13,2 + 6,9.10 2

= 191,3 191,3(0,083) = 191,3 15,87

Ralat nisbi =
=

R x100% R
15,87 x100% = 8,29% 191,3

Kebenaran praktikum = 100% - 8,29% = 91,71% Dengan cara yang sama maka akan diperoleh: Perc 1 2 3 4
V I

13,2 + 1,1 18 + 0,35 24 + 0 29,4 + 0,37

6,9.10-2 + 0 8,1.10-2 + 0 10,8.10-2 + 0 12,9.10-2 + 0

I I

R R

191,3 + 15,87 222,22 + 4,2 222,22 + 0 222,9 + 2,87

Kebenaran praktikum 91,71% 98,11% 100% 98,74%

Pembahasan Percobaan hambatan rangkaian seri dan pararel masing-masing dilakukan sebanyak empat kali dengan menggunakan kuat arus yang berbeda-beda. Selanjutnya dengan arus yang sama percobaan diulang lagi sebanyak lima kali untuk memperoleh data yang akurat. Hal yang diamati dalam praktikum kali ini adalah besarnya tegangan yang dihasilkan dengan menggunakan voltameter. Dari data yang diperoleh selanjutnya kita dapat menentukan besarnya hambatan. Dari data yang didapat selanjutnya kita dapat menggunakannya untuk membuat grafik hubungan antara tegangan dan kuat arus. Grafiknya adalah sebagai berikut:

Berdasarkan grafik di atas dapat ditunjukkan bahwa kuat arus (I) berbanding dengan tegangan (V) dimana terlihat bahwa makin besar kuat arus (I) maka makin besar pula tegangan (V) yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan oleh kurva yang menanjak kekanan dengan melewati titik asal (0,00). Dari grafik regresi linier rangkaian seri dan pararel juga diperoleh bahwa tegangan V sebanding dengan kuat arus I (V ~ I) dimana grafiknya berbentuk garis lurus condong ke atas dan melalui titik asal 0 (0,0). Besarnya nilai hambatan dicari dengan cara menghitung besarnya hambatan ekuivalen yang tertera pada resistor dan dapat dilakukan lagi dengan cara melakukan percobaan seperti di atas. Besarnya hambatan ekuivalen pada rangkaian seri adalah sebesar 9633,85 ohm, sedangkan berdasarkan percobaan diperoleh nilai hambatan sebesar 2437,17 ohm. Hasil ini sangat berbeda jauh dimana didapatkan selisihnya sebesar 7196,68 ohm. Begitu juga pada hambatan rangkaian pararel, besarnya hambatan ekuivalen yang tertera pada resistor adalah ohm, sedangkan dari hasil percobaan diperoleh nilai hambatannya sebesar 215,83 ohm. Seharusnya besarnya hambatan yang tertera pada resistor sama dengan besarnya hambatan yang dihasilkan pada saat percobaan. Perbedaan besarnya hambatan ini mungkin dikarenakan oleh: a. Resistor yang kita gunakan agak rusak sehingga tidak bekerja baik pada saat percobaan yang menyebabkan nilai hambatan yang tertera pada resistor tidak sama dengan hambata yang dihasilkan pada saat percobaan. b. Kekurang telitian dan ketidak cermatan dalam membaca angkay yang tertera pada voltameter, sehingga nilai hambatannya bergeser.

IX. Kesimpulan 1. Suatu rangkaian listrik umumnya dicirikan oleh adanya satu atau lebih sumber yang dihubungkan dengan satu atau lebih beban sebagai penerima tegangan listrik. 2. hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan V pada ujung-ujung sebuah komponen ohmik (komponen yang memenuhi hukum Ohm) adalah sebanding dengan kuat arus listrik I yang melalui komponen itu asalkan suhu komponen dijaga tetap. V+IxR 3. Besarnya hambatan suatu penghantar dipengaruhi oleh panjang (L) luas penampang (A), dan hambatan jenis ( ) penghantar
R= L A

4. Nilai hambatan jenis suatu penghantar bergantung pada jenis penghantar dan suhu. Penghantar logam, hambatan jenisnya akan naik jika suhunya bertambah.
t = (1 + T )

5. Pada hambatan susunan seri berlaku empat prinsip yaitu : Susunan seri bertujuan untuk memperoleh hambatan suatu rangkaian. Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama yaitu sama dengan kuat arus yang melalui hambatan pengahantar serinya. I1 = I2 = I3 = ..= Iseri Tegagan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap komponen Vseri = V1 + V2 + V3 + .. Susunan seri berfungsi sebagai pengganti tegangan dimana tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sebanding dengan hambatannya. V1 : V2 : V3 : ..= R1 : R2 : R3 : .. 6. Hambatan untuk pengganti seri adalah Rseri = R1 + R2 + R3 + .+ Rn

7. Hambatan pengganti yang disusun secara pararel dapat dihubungkan dengan persamaan:
Rp =
n 1 1 1 1 R1 xR2 = + + + .... atau Rp R2 R3 R1 xR2 i =i R1

8. Pada hambatan susuna pararel berlaku empat prinsip yaitu: Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian. Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti pararelnya. V1 = V2 = V3 .. = Vpararel Kuat arus yang melalui hambatan pengganti pararel sama dengan jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen Ipararel = I1 + I2 + I3 + Susunan pararel berfungsi sebagai pengganti arus diamana kuat arus yang melalui tiap-tiap kompnen sebanding dengan kebalikan hambatannya. I1 : I 2 : I3 =
1 1 1 : : R1 R2 R3

9. Berdasarkan grafik rangkaian seri dan pararel diperoleh bahwa kuat arus (I) sebanding tegangan (V) dimana grafiknya garis lurus condong ke atas dan melalui titik asal 0 (0,0).

X. Daftar Pustaka 1. Foster, Bob. 2003. Fisika SMU Kelas 2. Bandung: Erlangga. 2. Kanginan, Marthen. 2003. Fisika 2000 Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. 3. Paramita, Ida Bagus Alit. 2004. Diktat Kuliah Fisika Dasar II. Bali: Universitas Udayana. 4. Wibawa Satriya, M.Si, Drs. I Made. 2006. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Bali: Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai