Anda di halaman 1dari 4

BAB V Elite Nelayan Dan Institusinasionalisasi Sektor Penangkapan Ikan, 1905-1925 Pertumbuhan usaha penangkapan dijawa dan madura

dalam abad ke 20 ditandai dengan meluasnya perdagangan ikan. Transportrasi makin lancar dan mucul juga organisasi sosial sebagai akibat dari dominasi kelompok kelompok tertentu pada sektor penangkapan ikan. Sejak tahun 1990 pemerintah Hindia Belanda juga memberi perhatian yang cukup besar pada sektor ini dengan dibentuknya Dinas Perikanan sebagai promosi sektor perikanan, menangani masalah pengkreditan, penyuluhan maslah perikanan,penyuluhan garam,pendirian pusat pusat pengasinan ikan, pembangunan dan perbaikan pasar ikan, pembangunan pelabuhan pendaratan ikan. Sebagaimana telah disinggung modal usaha untuk sektor penangkapan ikan sejak seperempat terakhir abad ke 19 didominasi oleh modal dari pelepas uang. Pada masa itu , modal dari pachter tersalur kepada juragan dan nelayan pandega, sedangkan modal dari para pelepas tersalur terutama kepada kelompok juragan. Mereka saling menjalin hubungan kerja, menyalurkan modal modal kepada mereka dan berusaha menciptakan hubungan utang piutang diantara mereka. Modal usaha dengan demikian tersalur pada kelompok juragan saja.dengan penanaman modal tersebut maka berkembanglah semacam monopoli kelompok kelompok tertentu terutama pada sektor penangkapan ikan. Suatu kenyataan bahwa sebagian besar nelayan waktu itu terkait kepada pada pelepas uang, khususnya nelayan lepas pantai. Meskipun terjadi perdagangan ikan secara bebas, namun sebagian besar nelayan tidak mempunyai kebebasan lagi menjual ikan yang mereka hasilkan, kecuali kepada para pemberi modal yang umumnya telah cukup mapan menguasai jaringan perdagangan ikan segar. Nelayan nelayan yang bekerja dengan modal pinjaman pada umumnya membayar hutang dalam bentu ikan, dalam jumblah tertentu dari ikan yang dihasilkannya. Selebihnya yang merupakan bagian mereka umunya dijual pula pada penyedia modal.nelayan yang tidak terikat utang sering sulit memasarkan ikan mereka bila hasil tangkapan melimpah. Pada Tahun 1907 Sekretariat Negara pemerintah menyalurkan kredit usaha perikanan. Tahun 1910 1913 1920 1925 1930 Indonesia 8.849.192 18.843.172 30.939.189 46.870.000 72.398.500 perikanan 97.220 115.182 354.348 693200 603.300 % Pertanian %

Meningkatnya perdagangan ikan ke daerah pedalaman. Pada periode ini pendapatan nasional meningkat anggaran belanja pemerintah belanda meningkat 2% setiap tahunya, volume ekspor mengalami pertumbuhan pesat, penerimaan dari pajak terus meningkat dengan cepat, bahkan sejak dasawarsa terakhir meningkat sebanyak 24.60% sebaagaimana taksiran anggaran belanja tahun 1871, menjadi 28.20% pada tahun 1881dan menjadi 42.20% pada tahun 1895 peningkatan ini terus menerus sampai tahun 1939. Dalam konteks ini perubahan yang mempunyai pengaruh penting adalah meningkatnya anggaran belanja pemerintah untuk daerah jajahan pemerintah. Antara lain faktor meningkatnya pengeluaran pemerintah adalah dilaksanakanya politik etika pengeluaran ditujukan untuk perbaikan kehidupan masyarakat indonesia. Perubahan baru sehubungan dengan pertumbuhan ini adalah meningkatnya perdagangan ikan segar. Pada periode tahun sebelum 1900 perdagnan ikan segar ke daerah pedalaman tidak lebih dari 20 km jauhnya dari dserah pantai.pada masa ini perdagangan ikan segar dapat menjangkau jauh ke daerah pedalaman. Dengan demikian maka semakin lancarlah transportrasi antar daerah daerah di jawa dan semakin membaiknya keadaan ekonomi pasar semakin membaik keadaan ekonomi masyarakat menyebabkan aktivitas pasar menjadi ramai Pengolahan dan pengawetan ikan indutri rumah tangga. Untuk mencegah dan mengawasi penyelewengan subsidi garam untuk pengawetan ikan, maka pemerintah menerapkan sistem pemusatan pengelolaan ikan sejak awal tahun 1907 pemerintan membangun tempat tempat pengasinan ikan disejumlah tempat pendaratan ikan disepanjang pantai utara jawa dan madura dan beberapa daerah diluar jawa. Tidak diketahui berapa jumlah industri rumah tangga pengolahan ikan seperti ini dan juga berapa banyak ikan yang diserapnya. Namun diduga keras selain dijual sebagai ikan segar , sebagian besar ikan produksi pantai utara jawa dan madura diolah dalam indutri rumah tangga seperti ini. Perubahan paling penting sektor penangkapan ikan mulai tampak pada tahun 1920an yakni berdirinya organisasi sosial ekonomi bermunculan di kalangan nelayan. Tidak saja menyebabkan bergesernya pola investasi ke penangkapan ikan tapi tumbuhnya perdagangan bebas ikan. Perkoperasian sebagai organisasi pertama muncul, namun tidak saja bergerak dalam usaha simpan pinjam, namun ada sektor pertanian,industri, dan koperasi pertanian. Yang muncul di banyak kota seperti tegal sepanjang utara pantai jawa madura dan demak. Masalah yang dihadapi adalah pengkreditan dan masalah penjualan ikan di pusat pusat pendaratan ikan. Investasi pembaharuan teknologi dan produksi Ikan. Nelayan umumya masih belum mempunyai modal yang cukup untuk membeli peralatan yang lebih maju. Investasi yang mereka lakukan hanya sebatas pada menjaga kelangsungan usaha. Modernisasi teknologi belum nampak, nelayan masi menggunakan sarana dan prasarana yang telah ada pada msa masa sebelumnya., sehingga kemampuan eksploitasi mereka tidak mengalami peningkatan. Perahu nelayan yang ada, alat tangkap ikan yang digunakan, dan kelengkapan ikan lainya juga tidak banyak menglami perubahan. Kebiasaan yang boros, pendapatan yang tidak menentu.

BAB VI Diversitas usaha : Sektor Penangkapan Ikan Dalam Persaingan 1925-1940 Di pantai utara jawa dan madura , usaha penangkapan ikan dekat pantai terjadi hampir disepanjang pantai. Penangkapan ikan dekat pantai yang ada masih didominasi oleh penangkapan ikan dengan sero sedangkan di jawa timur didominasi penangkapan ikan dengan jaring jabur, sedangkan penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dengan jaring payah lebih menonjol di pantai utara jawa timur dan madura dibandingkan dengan yang ada di pantai utara jawa bagian barat. Dikarenakan usaha penangkapan ikan jepang berkembang secara cepat, sejak pemerintah jepang menetapkan undang undang subsidi sektor peikanan tahun 1897 maka pemerintah jepang memtasi penangkapan ikan di sejumlah wilayah. Akibatnya muncul persaingan persaingan di antara nelayan jepang sendiri lebih setelah soviet dan cina membatasi dan melarang nelayan jepang di daerahnya. Ini yang menyebabkan Nelayan Jepang berekspansi keluar negeri khususnya di kawasan asia tenggara. Pada waktu yang bersamaan Nelayan Nelayan belanda yang mengembangkan Usahanya di Indonesia mengalami kelesuan. Campur tangan pemerintah Hindia Belanda dalam kegiatan ekonomi meningkat. Pada tahun 1930 perusahaan penangkapan ikan semi resmi berhasil dibentuk dengan cabang Cirebon, Tegal, Semarang, Tuban , Surabaya. Pemerintah juga mendirikan Pabrik pengolahan ikan di Bawean dan Banyuwangi untuk memproduksi Ikan Kaleng. Disini kemudian muncul persaingan penangkapan Belanda yang terkonsentrasi di pantai utara jawa dan madura dengan Nelayan Jepang yang melakukan penangkapan ikan jepang yang merambah hampir di seluruh perairan kepulauan sejak tahun 1925. Pergeseran harga Ikan Produktivitas dan pendapatan ikan. Pergeseran pendaratan atau pasar ikan dari siang hari ke pagi hari berakibat langsung pada harga ikan. Selain nelayan asing mampu menjual ikan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan nelayan setempat, pendaratan ikan yang mereka lakukan pada pagi hari dapat mengakibatkan lesunya pasar ikan pada siang harinya, yang pada akhirnya menyebabkan merosotnya harga ikan. Walaupun begitu krisis pada akhir tahun 1920an dan awal 1930 tidak banyak mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar tahun 1930. Pendapatan rata rata keluarga petani misalnya mencapai surplus sebesar 0,11 perbulan. VII Tinjauan Mundurnya Akhir Sektor Penangkapan Ikan Usaha penangkapan ikan di jawa dan madura dalam kurun waktu sejak perempat terakhir abad 19 sampai tahun 1940 mengalami semacam proses de indrusstrialisasi secara perlahan lahan, usaha penangkapan ikan yang ada di daerah ini terus mengalami penciutan, tidak saja skalanya, akan tetapi juga produktivitasnya. Kecenderungan yang meambaik dari sektor penangkapan ikan di jawa dan madura paling tidak tercermin pada gejala seperti makin dominannya penangkapan ikan dekat pantai, tida terjadinya penumpukan pendapatan nelayan dan kecenderungan ke arah bentuk usaha yang berskala semakin kecil. Sampai tahun

Anda mungkin juga menyukai