Anda di halaman 1dari 3

AGAMA

Semua agama itu pada hakikatnya sama, dan hanya penampilannya saja yang berbeda-beda. Tapi secara keseluruhan, bangunan agama itu nampak sama atau serupa, atau dapat diabsraksikan menjadi sesuatu yang sama. Tapi baik pluralisme yang bertitiktolak dari segi perbedaan agama-agama maupun semua agama itu baik dan benar, keduanya tetap saja ditolak. Alasannnya, paham pluralisme agama bisa menyebabkan pelemahan akidah. Jika semua agama itu dianggap benar dan sama, maka orang akan mudah berganti agama. Tapi yang lebih penting adalah pernyataan bahwa pandangan semua agama itu baik dan benar, bertentangan dengan akidah Islam atas dasar dalil Sesungguhnya agama yang diterima oleh Allah itu (hahya) Islam (Q.S. Ali Imran: 18). Karena itu, pandangan yang dianggap benar adalah: Semua agama itu salah, kecuali Islam, atau hanya Islam sajalah agama yang benar.semua agama itu baik dan benar perlu dijelaskan dengan keterangan bagi para pemeluknya. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap pemeluk agama akan berkeyakinan bahwa agama merekalah yang paling baik dan benar. Karena itu, pernyataan bahwa Sesungguhnya agama yang diterima oleh Allah itu (hanya) Islam, hanya benar bagi orang Islam. Sedang umat Kristen, tentu akan berpendapat bahwa keselamatan hanya ada dalam (iman kepada) Kristus, sebagaimana dinyatakan oleh Vatikan sebelum tahun 1965. Setelah itu, Konsili Vatikan mengakui bahwa keselamatan itu juga terdapat (bisa melalui) agama-agama lain, sebagai pandangan baru atau qaul jadid. Bahkan secara khusus, Vatikan sangat menghargai iman Islam. Namun tetap boleh saja dilakukan klaim bahwa agama tertentulah yang benar, tetapi bagi pemeluknya masing-masing. Allah SWT tidak menjadikan perbedaan agama sebagai masalah. Maka bila ada manusia yang mempermasalahkan adanya perbedaan agama,apalagi bila sampai menghancurkan sarana ibadah agama lain, maka mereka telah amat jauh disesatkan syaithon. Sebab bila memang demikian halnya, maka Allah SWT sendiri yang telah menghancurkan.

RAFKI HIDAYAT 06_100 B

Dari surat Al Hajj ayat 40 ========================== ..... Dan sekiranya Allah tiada menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Ada diantara manusia, mereka yang mengaku berjuang di jalan Allah, tetapi sesungguhnya mereka inilah orang-orang yang bermaksud (atau terhasut) menghancurkan keimanan : Dari Surat At Taubah - ayat 107 ========================== Dan ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan, untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Mungkin ada yang bertanya mengenai kata-kata pada surat Al Hajj ayat 40 diatas : "Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya". Allah SWT tidak memerlukan pertolongan siapa-pun, bila Allah menghendaki maka terjadilah. Menolong disini adalah "menolong" dalam arti : "Turut serta dalam proses pembuktian kebenaran Ilahi, tujuan diciptakan-Nya manusia". Perbedaan agama diperlukan dalam proses ini. Untuk memahami hal ini, kita harus mengerti "Tujuan diciptakan-Nya manusia. Tujuan hidup manusia"

RAFKI HIDAYAT 06_100 B

Kebangkitan agama dalam arti formal, yaitu ada peningkatan secara kuantitatif jumlah penganut semua agama baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, maupun Buddha. Akan tetapi mereka belum sepenuhnya menjalankan ajaran agama secara substantif, dimana mereka cenderung mengamalkan simbolsimbol ritual agama yang tidak dibarengi dengan kesadaran spiritual, yang menjadi kunci untuk mengatasi krisis peradaban modern sekarang ini. Model pengenalan agama yang menekankan simbol-simbol ritual ini menampilkan wajah kehidupan beragama di Indonesia yang kurang anggun dan kadang menyeramkan. Karena gelora semangat penuh fanatik dari masingmasing pengikut agama kadang bertabrakan dan mengakibatkan pecahnya konflik antara agama. Memang konflik ini seringkali disebabkan oleh kegagalan masing-masing umat beragama untuk keluar dari jebakan mereka yang melakukan politisasi agama untuk kepentingan sesaat. Masing-masing umat beragama ditantang untuk merumuskan model pendidikan agama yang sesuai dengan tuntutan modern, disamping kemampuan untuk merumuskan musuh bersama.

Kebangkitan agama secara kuantitatif belum berimplikasi positif bagi pemenuhan misi salvation (keselamatan) agama di bumi ini. Hal tersebut menjadi sangat ironis bila dibandingkan dengan sebagian negara Barat yang mayoritas penduduknya atheis namun dapat mewujudkan aspek material dari salvation (keselamatan) agama di dunia dalam bentuk kesejahteraan, keamanan dan keadilan. Barat terus melaju dalam arus kehidupan modern yang atheistik. Tidak ada indikasi kebangkitan agama, sekalipun secara formal. Ini dapat dipahami mengingat pengalaman traumatik dengan peranan agama sepanjang sejarah peradaban Barat. Untuk mengobati goncangan jiwa ini dibutuhkan suatu terapi jiwa, melalui observasi kehidupan beragama yang anggun dan cantik di belahan bumi yang masih percaya kepada peranan agama, seperti di Indonesia ini.

RAFKI HIDAYAT 06_100 B

Anda mungkin juga menyukai