Anda di halaman 1dari 2

BAB 1 PENDAHULAUAN 1.

1 Latar Belakang `Kepulauan Indonesia terletak pada tenggara Lempeng Eurasia dan dibatasi disebelah selatan dan barat dengan Lempeng Indo-Australia (Samudera Indonesia) dan disebelah timur dengan Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Pasifik. Batas lempeng-lempeng ini merupakan sebuah zona subduksi sehingga terbentuk busur pegunungan dan struktur-struktur kompresi. Zona subduksi adalah zona aktif gempabumi sehingga lajur gempabumi di Indonesia membentang sepanjang tidak kurang dari 5.600 km mulai dari Andaman sampai ke Busur Banda Timur. Lajur kemudian menerus ke wilayah Maluku hingga Sulawesi Utara.Daerah-daerah sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, NTB dan NTT serta Maluku merupakan wilayah rawan gempabumi dan tsunami. Data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika menunjukkan dalam satu bulan rata-rata terjadi tidak kurang dari 20 gempa. Dampak kondisi geografis diatas mengakibatkan Indonesia menjadi daerah sangat rawan bencana alam kebumian khususnya gempabumi. Untuk meminimalisasi dampak bencana tentunya upaya mitigasi perlu dilakukan secara dini dan optimal. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan penelitian ilmu kebumian yang makin intens, pemasangan jaringan pemantau yang representatif dan mutakhir serta diseminasi informasi. Salah satu penelitian ilmu kebumian yang perlu dilakukan adalah merelokasi hipoenter gempabumi. Penentuan

hiposenter yang salah akan berpengaruh pada perhitungan waktu tempuh, jarak episenter, azimuth episenter, dan lain-lain. Penentuan posisi hiposenter yang tepat akan menentukan kualitas hasil berbagai studi lanjut, khususnya dalam bidang seismologi maupun seismologi rekayasa. Salah satu yang menyebabkan sulitnya penentuan hiposenter adalah dimensi dari sesar gempa yang sangat terbatas khususnya untuk gempa-gempa besar dimana dimensi sesar gempa lebih besar daripada panjang gelombang dari fasa gelombang P dan S yang terekam. Sebagai contoh, penentuan hiposenter berdasarkan short period seismogram, biasanya berkorespondensi dengan initial phase (fasa awal) dari rupture gempa tersebut, dimana salah satu dari waveform panjang gelombang tersebut berkaitan dengan lokasi terlepasnya momen seismik. Untuk gempa-gempa kecil dan moderat, dimensi dari rupture gempa sangatlah terbatas dengan orde kilometer atau kurang dari itu. Sedangkan pada gempa-gempa besar, rupture dapat mencapai puluhan kilometer. _____________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari studi ini adalah untuk : 1. Mendapatkan posisi hiposenter gempa Palu yang lebih akurat dengan menggunakan metode Grid Search. 1.3 Lingkup Penelitian Studi penelitian yang dilakukan mencakup lingkup penelitisn sebagai berikut : 1. Penentuan lokasi studi yaitu Palu yang terletak antara 00LS 10LS dan 1190BT 1210BT. 2. Pengumpulan da pengolahan data gempa berupa data data kejadian gempa historis yang pernah terjadi di Palu. 3. Review kondisi geologi, geofisika dan seismologi wilayah Indonesia. 4. Perhitungan parameter meliputi _________________________________ 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan uraikan sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan. 2. Bab II Profil Instansi, berisi uraian mengenai profil instansi yang mendukung pengolahan data. 3. Bab III Studi Literatur, berisi uraian mengenai teori yang mendukung analisis. 4. Bab IV Metodologi Penelitian, berisi uraian mengenai tahapan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. 5. Bab V Analisis dan Pembahasan, berisi uraian mengenai hasil proses penelitian dan analisis metode grid search. 6. Bab VI Kesimpulan dan Saran, Berisi kesimpulan dan pembahsan bab bab sebelumnya serta saran saran untuk penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai