Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar matahari dapat tembus sampai ke dasar laut, sehingga organisme dilaut tumbuh dengan subur (Ratna Evy dkk, 1997). Habitat perairan laut dapat dibagi ke dalam tiga kelompok wilayah perikanan, yaitu: 1. Daerah pantai (paparan) 2. Daerah upwelling yaitu perbatasan antara daerah pantai dan laut terbuka dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas 3. Laut terbuka (lepas pantai). Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya ikan, kebanyakan perikanan diklasifikasikan menurut produk yang ditangkap, yakni spesies yang menjadi target bagi keperluan manusia. Oleh sebab itu dikenal perikanan tuna dan cakalang, perikanan udang, perikanan paus, dan lain-lain. Juga dikenal pengelompokan perikanan lain seperti perikanan pelagis kecil (layang, kembung, selar, dan lain-lain), perikanan demersal (kakap, bawal, layar, kerapu), perikanan karang, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan penangkapannya biasa dilakukan oleh berbagai jenis usaha perikanan, baik perikanan skala kecil yang biasanya terbatas dekat tempat pendaratan atau pelabuhan basis mereka, sampai perikanan skala besar seperti perikanan trawl (pukat harimau) yang menangkap ikan laut (Widodo, 2006). Agar persediaan ikan dalam laut tetap banyak, maka ikan-ikan kecil hendaknya jangan ditangkap. Begitu pula rumah-rumah atau tempat kediaman ikan seperti karang

Universitas Sumatera Utara

hendaknya jangan dirusak. Pemakaian dinamit dan racun (tuba) harus dilarang sebab dapat memusnahkan seluruh ikan, baik yang besar maupun yang kecil, serta menghancurkan tempat kediamannya. Demikian juga penggunaan trawl (pukat harimau) merugikan nelayan tradisional (Ratna Evy dkk, 1997).

Kegiatan penangkapan ikan dilaut dapat diklasifikasikan menurut besarnya usaha, yaitu: a). Klasifikasi perahu tanpa motor 1. Jukung ; sampan atau perahu dengan bentuk yang sederhana 2. Perahu papan Kecil (panjangnya lebih kecil dari 7m) Sedang (panjangnya 7-10 m) Besar (panjangnya lebih besar dari 10 m)

b). Perahu motor tempel c). Klasifikasi kapal motor 1. < 5 GT 2. 5-10 GT 3. 10-20 GT 4. 20-30 GT 5. 20-50 GT 6. 50 100 GT 7. 100-200 GT 8. 200 GT ke atas (Badan Pusat Statistik Sumut, 2007). Pembagian alat tangkap ikan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Pukat kantong (seine net)

Universitas Sumatera Utara

Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan, dan kantong jaring, bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat kantong terdiri dari pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai. 2. Pukat Cincin (purse seine) Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung gerombolan ikan. 3. Jaring insang (gill net) Merupakan alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, dan rali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan, dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap, jaring udang, dan lain-lain. 4. Jaring angkat Adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang dibentangkan dengan menggunakaan kerangka dari batang kayu atau bambu sehingga jaring angkat membentuk kantong. 5. Pancing (long line)

Universitas Sumatera Utara

Adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk ke dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (longline), dan pancing. Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri. 6. Perangkap Adalah alat penangakapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu, atau besi yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindah tempatkan) selama jangka waktu tertentu. (Hartono, 2008). Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009, disebutkan bahwa masalah yang dihadapi dalam revitalisasi pertanian, khususnya perikanan di antaranya adalah: (1) Rendahnya kesejahteraan nelayan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan, (2) Akses ke sumber daya produktif termasuk sumber daya permodalan yang terbatas, dan (3) Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya perikanan yang ada. Permasalahan tersebut menjadi kendala serius yang perlu diupayakan penanggulangannya. Keberpihakan pemerintah, terutama lembaga keuangan relatif masih sedikit terhadap pengembangan bidang usaha perikanan.

Universitas Sumatera Utara

Secara nasional, potensi lestari sumber daya perikanan laut Indonesia sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 48%. Selain untuk konsumsi dalam negeri, hasil perikanan juga dipasarkan kenegara lain (ekspor) yang jumlahnya terus meningkat (Mulyadi, 2005). Sedangkan potensi lesatri sumber daya perikanan pantai Timur Sumatera sebesar 263.300 ton/tahun. Dengan potensi yang sebesar ini, maka perikanan laut merupakan salah satu sumber pendapatan bagi penduduk yang tinggal di sekitar pesisir Pantai Timur Sumatera (Harian Waspada, 2009). Daerah operasi penangkapan (fishing ground) di laut berkembang dari perairan dekat pantai hingga laut lepas. Terdapat zona penangkapan sesuai dengan kondisi armada penangkapan. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Tahun 1999, yakni jalur I hingga jalur III (Effendi dan Oktariza, 2006). Tabel 5. Daerah Operasi Penangkapan Menurut Kondisi Armada Penangkapan Jalur Penangkapan Jalur I Jarak dari Pantai 0 3 mil Peruntukan Kapal nelayan trsdisional dan kapal tanpa motor 3 6 mil Jalur II Jalur III 6 12 mil 12 200 mil Kapal motor tempel < 12 meter atau < 5 GT Kapal motor < 60 GT Kapal motor < 200 GT

Sumber: SK Menteri Pertanian No. 392, 1999

Dari Tabel 5 di atas, diketahui bahwa semakin besar ukuran GT (Gross Tonase) dari sebuah armada penangkapan maka jarak ataupun daerah operasi penangkapannya akan semakin jauh dari pantai.

Penelitian Terdahulu

Universitas Sumatera Utara

Adapun penelitian terdahulu dilakukan oleh Waridin (2007) yang telah menganalisis tentang analisis efisiensi alat tangkap cantrang serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tangkapan nelayan cantrang. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa secara serempak faktor bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, dan pengalaman berpengaruh secara nyata terhadap produksi tangkapan dengan alat tangkap cantrang. Sedangkan secara parsial, tenaga kerja, bahan bakar, perbekalan, dan ukuran mesin berpengaruh nyata terhadap produksi tangkapan, hanya pengalaman yang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tangkapan. Pemakaian input produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan dengan alat tangkap cantrang belum efisien.

Landasan Teori Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masih rendahnya tingkat pendapatan nelayan, antara lain alat tangkap yang tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya, dan lain-lain. Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara tidak langsung dengan produktivitas yang rendah, maka keuntungan yang didapatkan nelayan pun berkurang (Waridin, 2007). Untuk memperoleh keuntungan yang besar sebenarnya dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual. Namun yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara menekan biaya produksi. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan sampai ikan tersebut siap untuk dijual. Biaya produksi ini dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya

Universitas Sumatera Utara

yang penggunaannya tidak habis dalam suatu masa produksi, antara lain biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan (seperti kapal, mesin, fiber, alat tangkap, jangkar, dan lain-lain), serta biaya pemeliharaan. Sementara biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali masa produksi antara lain biaya operasional (seperti BBM, es, konsumsi), serta upah tenaga kerja (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2008). Ada beberapa permasalahan perikanan yang kompleks yang diakibatkan oleh penggunaan peralatan yang bermacam-macam (purseine, payang, gillnet, cantrang, tramel net, arad, pancing, dan lain-lain). Hasil tangkapan rendah karena pada umumnya mereka merupakan nelayan tradisional atau berskala kecil sehingga daerah tangkapannya (fishing ground) terbatas tidak jauh dari pantai. Pendapatan mereka juga rendah karena biaya operasional yang tinggi dan harga jual ikan di TPI yang berfluktuasi. Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input produksi pada berbagai jenis perahu atau kapal motor dan alat tangkap perikanan. Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi hasil tangkapan nelayan antara lain adalah: 1. Tenaga kerja, 2. Bahan bakar, 3. Jenis alat tangkap yang digunakan, 4. Jenis kapal 5. Perbekalan, dan 6. Pengalaman. (Waridin, 2007). Hasil tangkapan per upaya penangkapan atau produktivitas tangkapan adalah pembagian antara produksi hasil tangkapan dengan upaya penangkapan yang

Universitas Sumatera Utara

beroperasi dari suatu perairan. Hasil tangkapan berupa jumlah ikan hasil tangkapan dari salah satu kelompok sumber daya ikan (pelagis, demersal, dan lain sebagainya) dengan satuan berat (Ton atau Kg). Sedangkan upaya penangkapan berupa jumlah unit atau trip hari operasi penangkapan. Fungsi produksi perikanan jangka pendek adalah hubungan antara tangkapan (catch) dan upaya (effort). Sementara itu dalam jangka panjang hal tersebut merupakan hubungan antara penangkapan dan rata-rata penangkapan yang dapat diperoleh pada waktu tertentu tanpa mempengaruhi stok ikan (Anderson dalam Waridin, 2007). Dalam fungsi produksi perikanan jangka panjang, tangkapan maksimum atau Maximum Sustainable Yield (MSY) adalah tangkapan ikan sama dengan pertumbuhan alami dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap. Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap sehingga fungsi produksi perikanan jangka pendek dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = f (E) Keterangan: Y = Hasil tangkapan E = Upaya penangkapan ikan (effort) Sehingga fungsi produksi perikanan juga dapat dituliskan sebagai berikut: Y = f (E1, E2, ., E6) (Panayotou dalam Waridin, 2007) Catch Per Unit Effort (CPUE) adalah laju tangkap perikanan per tahun yang diperoleh dengan menggunakan data time series, minimal selama lima (5) tahun. Semakin panjang series waktu yang digunakan semakin tajam prediksi yang diperoleh. Cara perhitungannya adalah dengan cara membagi total hasil tangkapan dengan total effort standard (Hartono, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Prinsip efisiensi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana pengalokasian faktor produksi tersebut agar digunakan secara seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi , maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: a. Efisiensi teknis b. Efisiensi alokatif (efisiensi harga) c. Efisiensi ekonomi Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan (NPMx = Px) dan dikatakan efisiensi

ekonomi kalau usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga efisiensi harga. Model pengukuran efisiensi juga berbeda tergantung dari model yang dipakai. Umumnya ada dua model yang umum dipakai, yaitu: a) Model fungsi produksi b) Model linear programming Bila model fungsi produksi yang dipakai maka kondisi efisiensi harga (alokatif) yang dipakai sebagai patokan (Soekartawi, 1993).

Kerangka Pemikiran Operasi penangkapan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat tangkap. Upaya pemanfaatan alat tangkap ini diharapkan dapat memberikan hasil yang efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan pemenuhan konsumsi masyarakat lokal serta mendukung ekspor. Peningkatan

Universitas Sumatera Utara

produktivitas dapat dipengaruhi oleh kemampuan armada, jenis alat tangkap yang digunakan, daerah penangkapan dan lain-lain. Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh kemampuan armada penangkapan dan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Pengetahuan tentang faktor-faktor produksi atau variabel variabel yang mempengaruhi dalam kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor dapat menghasilkan efisiensi pada komponen-komponen tertentu. Faktor-faktor produksi terpilih tersebut dapat mengoptimalkan hasil tangkapan (output). Peningkatan yang optimal ini memiliki asumsi bahwa ikan yang menjadi target penangkapan tidak mendapatkan tekanan eksploitasi yang berlebih sehingga kelestarian sumberdaya tetap terjaga. Walaupun stok ikan atau sumberdaya melimpah, variasi lokasi dan waktu penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap. Jumlah tangkapan ikan diasumsikan sama dengan pertumbuhan alami dari stok ikan yang tetap atau tidak berubah selama upaya (effort) juga tetap. Untuk memperbaiki kesejahteraan nelayan maka perlu adanya peningkatan pendapatan nelayan melalui peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan input produksi pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor. Faktor-faktor produksi (input) yang ada pada tahun terakhir mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil tangkapan yang cenderung tidak pasti, menyebabkan pendapatan para nelayan di Kabupaten Deli Serdang juga menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kegiatan penangkapan ikan antara lain adalah jumlah bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur nelayan, serta pengalaman nelayan. Sedangkan input produksi yang paling berperan adalah bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan. Pada umumya nelayan belum menggunakan kombinasi input yang sesuai sehingga operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap tidak efisien yang mengakibatkan pendapatan nelayan kurang maksimal.

Universitas Sumatera Utara

Alokasi kombinasi faktor-faktor produksi dengan tepat dapat meningkatkan produktivitas. Penggunaan faktor produksi yang produktif dan efisien diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perikanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Adanya efisiensi kegiatan penangkapan ikan dapat meningkatkan hasil tangkapan yang pada gilirannya pendapatan nelayan juga akan meningkat. Selain itu juga diperlukan adanya analisis penerimaan dan pengeluaran yang ada pada usaha penangkapan ikan dengan menggunakan kapal motor di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara

Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kegiatan Variabel: - Bahan Bakar - Tenaga Kerja - Perbekalan - Ukuran Mesin Output: jumlah ikan yang

Produktivitas

Efisiensi

alokasi

input

produksi: bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan

Penerimaan

Universitas Sumatera Utara

Efisien

Tidak efisien

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : Menyatakan hubungan Menyatakan pengaruh

Hipotesis Penelitian Berdasarkan dengan landasan teori, maka adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) a. Variabel bahan bakar memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi


tangkapan nelayan di daerah penelitian. b. Variabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian. c. Variabel perbekalan memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian. d. Vaeiabel ukuran mesin kapal memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian. e. Variabel umur nelayan memiliki pengaruh yang negatif terhadap produksi tangkapan nelayan di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

f. Variabel pengalaman nelayan berpengaruh positif terhadap produksi tangkapan nelayan.

2)

Pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor belum efisien.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai