Anda di halaman 1dari 9

Kaskus.

com: Pemanfaatan Media Baru Sebagai Public Sphere yang Demokratis

Diajukan Sebagai Paper Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengantar Sosiologi Media
Oleh: M. Ghurron Muhajjalin (1006711031)

Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

1. Latar Belakang 1.1. Perkembangan Internet di Indonesia Indonesia kini tengah menjajaki tahap awal dalam perkembangan teknologi internet. Perkembangan internet di Indonesia memang masih tertinggal jauh dibanding negara asia lainnya seperti Singapura, Vietnam, dan Taiwan. Namun, pertumbuhan internet di Indonesia dapat dikatakan cukup baik. Hingga Maret 2011, angka penetrasi internet di Indonesia mencapai 12,5% atau sekitar 30 juta penduduk (sumber: salingsilang.com). Dihitung sejak tahun 2000, perkembangan jumlah pengguna internet hingga sekarang mencapai 1400% (sumber: internetwworldstats.com). Data di atas menunjukkan bagaimana internet sebagai media baru telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tujuan masyarakat Indonesia dalam menggunakan internetpun bermacam-macam. Mulai dari mencari berita, hiburan, akses pada social media (dimana Indonesia menempati posisi kedua untuk negara dengan pengguna facebook terbanyak yaitu sekitar 35.482.400 pengguna), hingga melakukan transaksi jual beli. Namun, perkembangan jumlah pengguna internet di Indonesia ini tidak didukung oleh perkembangan konten dan situs lokal. Situs yang mendominasi pengguna internet di Indonesia mayoritas adalah situs yang berasal dari luar negeri (facebook, twitter, youtube, yahoo dll,). Hanya situs berita lokal seperti kompas.com dan detik.com yang mampu menarik pengunjung dalam jumlah yang cukup signifikan. Di tengah maraknya dominasi situs asing di Indonesia, kaskus menjadi satu-satunya situs forum komunitas yang mampu meraih perhatian masyarakat Indonesia. Bahkan kaskus menjadi situs komunitas terbaik di Indonesia versi alexa.com dan wikipedia. 1.2. Sejarah Kaskus

Kaskus diciptakan pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga mahasiswa asal Indonesia yaitu Andrew Darwis, Ronald Stephanus, dan Budi Dharmawan, di Seattle, Amerika Serikat. Kaskus yang merupakan singkatan dari Kasak-Kusuk (yang berarti gosip) ini awalnya dibuat sebagai sarana forum informal mahasiswa Indonesia di luar negeri. Dari tahun ke tahun, website ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat. Terbukti pada bulan Agustus 2005, PC Magazine Indonesia memberikan penghargaan kepada situs Kaskus sebagai situs terbaik dan komunitas terbesar, kemudian Kaskus terpilih kembali sebagai website terbaik pilihan pembaca PC Magazine pada 2006. Bahkan akibat pengunjung

yang terlalu padat, manajemen kaskus akhirnya menambah dua server baru untuk meningkatkan performa situs. Pada Juli 2008, Pengelola Kaskus akhirnya memutuskan untuk mengoperasikan server Kaskus di Indonesia. Untuk keperluan tersebut Kaskus membeli 8 server Dell PowerEdge 2950 dan dioperasikan melalui jaringan open IXP. Setelah pindah ke Indonesia, akses Kaskus berlipat ganda dan akhirnya membuat pengelola berencana menambahkan 8 server lagi sehingga total yang akan beroperasi di bulan September adalah 16 server. Awal tahun 2011, Kaskus mengumumkan ekspansi bisnisnya dengan menjalin hubungan kerjasama bersama Global Digital Prima yang merupakan anak perusahaan dari PT Djarum. Selain itu, Kaskus juga akan menambah jumlah servernya hingga 250 buah serta melakukan rekrutmen pegawai baru hingga 80 orang. Sekarang Kaskus telah menjadi situs lokal terpopuler menurut Google AdPlanner dengan 900.000 pengunjung per hari dan membukukan 24-25 page view per hari. Selain mencatat 250 juta posting di forumnya, Kaskus mempunyai 400 ribu pengguna aktif (active user) dari total 4.366.134 member (update pertanggal 20 Mei 2012 pada pukul 13.21)1. 2. Public Sphere Gagasan ruang publik atau public sphere merupakan gagasan Jurgen Habermas melalui buku The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquiry into a Category of Bourgeois Society (1989). Jurgen Habermas lahir pada 18 Juni 1929 di Dusseldorf, North Rhine-Westphalia, Jerman. Ia adalah filsuf dan sosiolog Jerman dalam tradisi teori kritis dan pragmatisme Amerika. Karya Habermas berfokus pada landasan-landasan teori sosial dan epistemologi, analisis masyarakat kapitalistik maju dan demokrasi, penegakan hukum (rule of law) dalam konteks sosial-evolusioner kritis, dan politik kontemporer khususnya politik Jerman. Habermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan media untuk mengomunikasikan informasi dan juga pandangan. Dalam keadaan masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat madani. Secara sederhana masyarakat madani bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa paksaanyang dalam teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat memaksa.

http://teknologi.vivanews.com/news/read/187470-11-tahun--popularitas-kaskus-takterbendung

Pada perkembangan selanjutnya ruang publik juga menyangkut ruang yang tidak saja bersifat fisik, tetapi juga ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari ruang publik yang tidak bersifat fisik ini adalah media massa. Di media massa, masyarakat membicarakan kasus-kasus yang terjadi di lingkungannya. Ranah publik/ ruang publik di sini terdiri dari organ-organ informasi dan perdebatan politik, seperti suratkabar dan jurnal. Serta institusi diskusi politik, seperti parlemen, klub politik, salon, majelis publik, tempat minum dan kedai kopi, balai pertemuan, dan ruangruang publik lain, di mana diskusi sosio-politik berlangsung. Konsep ranah publik yang diangkat Habermas ini adalah ruang bagi diskusi kritis, terbuka bagi semua orang. Pada ranah publik ini, warga privat (private people) berkumpul untuk membentuk sebuah publik, di mana nalar publik tersebut akan bekerja sebagai pengawas terhadap kekuasaan negara. Individu dan kelompok dapat membentuk opini publik, memberikan ekspresi langsung terhadap kebutuhan dan kepentingan mereka, seraya mempengaruhi praktik politik. Ranah publik borjuis memungkinkan terbentuknya area aktivitas opini publik, yang menentang kekuasaan negara yang opresif, serta kepentingan-kepentingan kuat yang membentuk masyarakat borjuis. Prinsip-prinsip ranah publik melibatkan suatu diskusi terbuka tentang semua isu yang menjadi keprihatinan umum, di mana argumentasi-argumentasi diskursif (bersifat informal, dan tidak ketat diarahkan ke topik tertentu) digunakan untuk menentukan kepentingan umum bersama. Ranah publik dengan demikian mengandaikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak untuk secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan. Sesudah terjadinya revolusi-revolusi demokratis, Habermas menyarankan, agar ranah publik borjuis ini dilembagakan dalam aturan konstitusional, yang menjamin hak-hak politik secara meluas. Serta, mendirikan sistem yudisial untuk menengahi klaim-klaim antara berbagai individu atau berbagai kelompok, atau antara individu dan kelompok dan negara. Dalam konsep Habermas, media dan ranah publik berfungsi di luar sistem politiskelembagaan yang aktual. Fungsi media dan ranah publik ini sebagai tempat diskusi, dan bukan sebagai lokasi bagi organisasi, perjuangan, dan transformasi politik. Dalam bukunya itu, Habermas juga mengkontraskan berbagai bentuk ranah publik borjuis. Mulai dari ranah publik yang bersifat partisipatoris dan aktif di era heroik demokrasi liberal, sampai dengan bentuk-bentuk ranah publik yang lebih privat dari pengamat politik dalam masyarakat industri birokratis. Pada masyarakat semacam itu, kalangan media dan elite mengontrol ranah publik.

2.1.

Internet Sebagai Public Sphere

Ide tentang internet yang mendefinisikan ulang konsep public sphere bukanlah tidak mungkin akan tetapi belum sepenuhnya berhasil. Teknologi media baru secara potensial menciptakan forum publik baru untuk debat politik dan sosial. Hubungan dari debat tersebut dengan proses politik itu sendiri masih dalam pembentukannya. Akan tetapi tak dapat sepenuhnya disebut sebagai public sphere jika masih ada bagian-bagian dari masyarakat yang belum memiliki akses terhadap teknologi tersebut. Biarpun internet menciptakan dunia global akan tetapi aksesnya masih parsial. Dan di negara tertentu seperti Cina misalnya, pemerintah menggunakan strategi-strategi untuk mengontrol akses terhadap internet. Secara global, ada pembagian antara negara maju dan negara berkembang. Data menunjukan bahwa masih ada ketimpangan antara penggunaan internet dari masyarakat negara maju dan negara berkembang yang mana negara berkembang memiliki angka pengguna internet yang lebih rendah. Menurut Castells, internet menjadi sangat diperlukan oleh karena: 1) Internet memberi ruang bagi terjadinya mobilisasi nilai bersama secara elektronik. 2) Internet menggantikan fungsi organisasi-organisasi yang terintegrasi secara vertikal seperti partai politik yang telah menjadi lembaga penyebaran informasi, tetapi sekarang hanya berupa perdebatan yang mengandung nilai. 3) Internet memiliki jangkauan global yang sejalan dengan struktur kekuasaan lain (yang multinasional) dan menghilangkan batasan-batasan dari negara. Poin-poin ini bisa saja benar, akan tetapi bisa dilihat bahwa internet memberi keuntungan hanya kepada mereka yang secara teknologi berkecukupan, tidak bagi mereka yang secara sosial dan finansial tak berkecukupan. Hal yang tidak dikaji di sini adalah faktanya, semua media penggunaannya terfragmentasi. Maka internet bukanlah merupakan satu forum besar untuk debat politik sebagaimana internet adalah koleksi dari ruang diskusi. Public sphere ini tidak harus berarti secara terang-terangan merupakan ruang yang dipolitisasi. Ruang yang saling berdampingan ini ditempati juga oleh para pedofil, reuni teman-teman lama, kencan, situs-situs memorial, kelompok etnis, agama, dan sebagainya. Faktanya, teknologi telah memungkinkan internet menjadi sebuah masyarakat dunia maya yang terfragamentasi layaknya masyarakat dunia nyata di mana mereka berasal. Ada sebuah isu tentang sebagaimana jauh seseorang memiliki aliran bebas dan pertukaran dari informasi serta debat publik rasional yang tulen. Media secara umum dapat dikatakan telah gagal menjadi forum dan diskusi terbuka yang dapat diakses publik secara luas. Beberapa penggunaan media (terutama lobi-lobi politik selama pemilu)

mengindikasikan adanya korupsi dari apa yang ideal. Internet dapat secara khusus memberikan kebebasan yang sejati, tapi tak menutup kemungkinan juga terpolusi dari kepentingan kekuasaan dan tertatih-tatih karena kurangnya akses kepada seluruh publik hal ini masih akan terus diperdebatkan. 3. Kaskus Sebagai Ruang Publik Dalam situs Kaskus terdapat sebuah forum bernama cas-cis-cus. Forum ini merupakan tempat bagi para pengguna untuk berbicara mengenai berbagai topik bebas seperti masalah politik dan berita umum. Forum ini merupakan sebuah public sphere yang akan dikaji lebih mendalam dalam paper ini. Cas-cis-cus memiliki beberapa sub-forum sebagai berikut: Welcome to Kaskus The Lounge Surat Pembaca Berita & Politik Militer dan Kepolisian Bussiness Board Can You Solve this Game? Debate Club Disturbing Picture Education English Girls & Boys Corner Heart to heart Jokes & Cartoon Event from Kaskuser Seputar Pemilu 2009 Young on top Kaskus Community Nokia Messanging Arena Melek Hukum Perencanaan Keuangan Buku

Seperti dijelaskan sebelumnya, Kaskus merupakan situs forum komunitas. Maka dari itu, kaskus berbeda dengan situs berita komersil. Perbedaan yang utama dan mendasar antara Kaskus dan situs berita adalah seluruh konten dalam Kaskus (termasuk berita) berasal dari anggota forum (yang telah terdaftar). Walaupun begitu, anggota forum juga dapat memberikan berita yang berasal dari situs berita lain dengan mencantumkan sumbernya. Berdasarkan perbedaan ini, Kaskus tentunya memiliki sisi positif dan sisi negatif tersendiri. Berikut akan dipaparkan sisi positif dari Kaskus:

a. Tidak ada Ideologi Media Media selalu membawa nilai-nilai tertentu dalam beritanya. Nilai-nilai ini akan terefleksi melaui proses seleksi dan konstruksi berita. Nilai dapat juga merupakan bagian dari nilai-nilai sosial umum dan posisi ideologi yang dibagi bersama antar institusi atau masyarakat yang lebih luas. Pembuat berita seperti dalam media secara umum, adalah bagian dari masyarakat dan dalam beberapa hal tertentu berbeda.nilai yang diusung, proses penyebarannya dan asal nilai tersebut akan menjadi kesatuan yang disebut dengan framework. Melihat framework mendenaturalisasi kebenaran dalam berita akan membawa pada pemahaman bahwa kebenaran berita tersebut merupakan sesuatu yang dikonstruksi. Namun dalam Kaskus, setiap konten berita disampaikan oleh individu yang berbedabeda dengan pemikiran yang berbeda-beda. Mereka melakukan posting bukan untuk mempertahankan ideologi tertentu. Umumnya para anggota Kaskus (atau biasa disebut dengan kaskuser) mem-posting berita untuk berbagi informasi, pendapat, dan juga untuk mendapat rating yang baik (rating ini diukur dalam satuan GRP/ Good Reputation Point) dalam situs tersebut. b. Tidak ada Agenda Setting Agenda setting adalah bentuk konkrit dari pengaruh ideologi media. Agenda setting merupakan gabungan antara proses seleksi dan konstruksi berita. Sebuah ideologi dipertahankan dan disebarluaskan dengan cara seleksi dan konstruksi berita yang sesuai. Dalam situs Kaskus tentunya tidak ada agenda setting karena tidak adanya ideologi media seperti telah dijelaskan sebelumnya. Dalam kaskus, terdapat beragam berita. Beritaberita ini akan terseleksi secara sendirinya oleh para pengunjung situs. Berita yang dianggap menarik akan unggul dan mendapat rating tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa mekanisme seleksi dalam Kaskus diserahkan seluruhnya pada pembaca/ pengunjung situs. c. Pengaruh dan Intervensi kelompok kepentingan sangat minim Pemilik Kaskus tidak bisa melakukan konstruksi terhadap konten yang dibuat oleh anggota forum. Pemilik atau moderator forum hanya dapat menyingkirkan konten yang dianggap menyalahi aturan (misal: konten berbau SARA). Karena itu, kelompok kepentingan sangat sukar atau hampir tidak mungkin untuk melakukan intervensi terhadap konten berita. Dari sisi ini, Kaskus kemudian dianggap lebih kredibel dan berimbang dalam menyampaikan berita.

d. Berita yang disajikan tidak homogen Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kaskus memiliki lebih dari empat juta member dengan beragam minat dan karakteristik. Mereka tentunya akan mampu menyajikan berbagai berita yang disajikan dalam berbagai perspektif. Dengan begitu, akses akan informasi akan dipermudah sehingga masyarakat menjadi semakin kritis terhadap lingkungan sosial mereka. Sedangkan sisi negatif dari Kaskus sebagai Public Sphere adalah: a. Konten, komentar dan opini dalam Kaskus sukar untuk dipertanggungjawabkan Identitas yang digunakan dalam Kaskus bukanlah identitas asli. Oleh karena itu, anggota forum dapat leluasa berbicara dan berkomentar tanpa harus mempertanggungjawabkannya. Namun, administrator situs tentunya berhak memblokir pengguna yang dianggap merugikan anggota lain. Selain itu, kredibilitas seseorang dalam Kaskus juga dapat dinilai dari Good Rating Point seperti dijelaskan sebelumnya. b. Tidak ada profesionalisme media Anggota Kaskus/ Kaskuser umumnya adalah masyarakat awam. Oleh karena itu, profesionalisme tidak menjadi dasar atau nilai utama dalam menyediakan konten berit. Hal ini tentunya cukup merugikan pengunjung situs yang menuntut ketepatan berita. c. Jangkauan terbatas karena penyampaian pendapat hanya bisa dilakukan oleh anggota yang terdaftar Dalam Kaskus, yang berhak melakukan posting, memberi komentar, dan opini hanyalah anggota yang terdaftar. Sedangkan penetrasi internet di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini tentunya membatasi jangkauan Kaskus terhadap khalayak. 4. Kesimpulan Dari pemaparan di atas, Kaskus mampu menciptakan public sphere yang lebih baik dibanding situs berita komersil. Selain didukung oleh keunggulan yang telah dipaparkan di atas, Kaskus juga didukung oleh loyalitas anggotanya dan juga teknologi yang memadai. Dalam Kaskus, isu-isu yang menyangkut untuk kebaikan bersama dan partisipasi demokratis akan dijunjung tinggi karena tidak ada intervensi dari pemilik.

Dari adanya Kaskus ini, diharapkan muncul opini publik yang didasari oleh konsensus dan perdebatan sehat sehingga secara tidak langsung menjadi sarana pencerdasan bagi masyarakat.

Daftar Pustaka
Burton, Graeme (2005). Media and Society: Critical Perspective. Open University Press Habermas, Jurgen (1991). The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquiry into a Category of Bourgeois Society. MIT Press

Anda mungkin juga menyukai