Anda di halaman 1dari 3

Born Gay??

Aku duduk gelisah di atas bangku taman kota, sesekali aku mengeluarkan handphone untuk melihat jam. Aku tak pernah memiliki jam tangan karena aku memang benci benda itu. Tidak tahu kenapa, tapi yang aku ingat adalah kilasan mimpi sebuah jam analog silver di tangan berkuteks merah menyala. Entah sejak kapan aku rutin bermimpi tentang jam itu, aku juga ingat makian dan kata- kata kotor serta rasa sakit yang kurasa saat aku didorong oleh pemilik jam silver tersebut. Sudah satu jam aku menunggu pria ini. Aku tak bisa menghubunginya karena memang aku yang selalu dihubungi. Aku tak boleh menghubunginya karena pria ini takut pada istrinya. Aku tak menganggap aku orang kedua, karena Joe (begitu pria ini biasa dipanggil) hanya menumpang hidup pada istrinya. Aku merasakan sentuhan hangat di pundakku. Sebelum aku menoleh, aku sudah tahu bahwa itu dia. Aku tak bisa tak tersenyum melihatnya, Hai, lama menunggu? Ya, sudah biasa Maaf, dia tiba- tiba minta antar

Kami berjalan mengelilingi taman berdampingan. Tak banyak kata, tapi kami memahami apa yang kami rasakan. Rasa ingin menjadi orang normal tapi tak bisa. Kenapa hidup begitu rumit, aku tak mengerti. Kadang aku muak dengan semua, beberapa kali aku muntah tanpa alasan. *** Aku tidak pernah minta born gay Siapa bilang kamu terlahir seperti itu Teori yang bilang. Orientasi seksual itu dipengaruhi genetik Iya, teori yang masih kontroversial. Kalaupun memang benar dan kamu jadikan alasan, kamu harusnya tidak tinggal di negara republik. Kamu harusnya hidup di negara Monarki yang mana penguasa itu ditentukan gen. Ini negara bebas. Semua orang berhak merubah hidup!. Nah, aku juga berhak memilih mau punya kekasih pria atau wanita. Nah, kamu akhirnya mengakui kalau ini pilihan kamu, bukan karena alasan lain ...

Iya, ini hidup kamu, kamu bebas memilih, tapi cinta, kepuasan, yang kamu anggap kenikmatan menjadi dosa mematikan untukmu menurut M. Gandhi karena tidak disertai moral. Kamu paham agama Jangan bawa- bawa agama Kamu mau hidup tanpa agama? ... Alquran, surat At- tin ayat 4: Sungguh, Kami telah

menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Allah


menyempurnakan raga dan jiwamu. Jangan rusak jiwamu

Iya, tapi kamu pikir aku mau seperti ini?Kamu pikir aku mau abnormal diantara kenormalan?Aku sendiri sangat ingin normal. Kamu hanya tidak merasakan. Tidak merasakan?Hai tolol, aku ini kamu, kamu itu aku. Aku dalam pikiranmu. Lupa. Aku hanya bingung, aku tak pernah tahu alasan aku seperti ini Oleh karena itu aku ada dalam pikiranmu. Kita berpikir dan mencari alasan. Bila kita tidak kunjung menemukan alasan, berarti tidak ada alasan untukmu tetap mencintai laki- laki. Kamu harus memilih wanita dengan banyak alasan. Tanpa alasanpun kau bisa

mencinta, apalagi dengan banyak alasan. *** Tuan Egi Seorang perawat memanggil namaku. Egi, begitu aku biasa dipanggil. Aku tidak ingat siapa yang memberiku nama itu, yang jelas semua orang memanggilku begitu sejak di panti asuhan. Memori sebelum aku masuk panti tidak bisa ku ingat, hanya kilasan- kilasan mimpi yang menghubungkanku dengan dunia kanak- kanakku. Oleh karena itu aku berkesimpulan alam bawah sadarku masih memiliki ingatan sebelum usiaku 8 tahun. Aku dan psikiaterku yakin aku memiliki trauma masa lalu yang membuatku seperti ini. Ya, membuatku memilih lelaki lain sebagai seorang lelaki. Salahkah? Aku tak meminta seperti ini, aku tak pernah berharap untuk bermimpi dengan laki- laki lain. Satu pertanyaanku sejak dulu, Kenapa Tuhan memberiku mimpi tidak normal seperti itu? Dokter di klinik ini mampu membuka jalan pikirku dengan berkata: Apa anda yakin mimpi anda murni dari Allah, tanpa terkontaminasi hal- hal lain, emosi- emosi anda,

lingkungan anda? Anda bertanya apakah anda salah memilih sesama lelaki? Saya sebagai perempuan menjawab salah, anda sangat tidak adil, populasi anda lebih sedikit dari kami perempuan. Anda berkata anda tidak memilih seperti ini, apakah anda pikir saya ini memilih sebagai perempuan. Kita tidak bisa

yang pernah ada dihidupku. Adegan beralih cepat. Namun dalam setiap adegan aku melihat tatapan dingin, mencemooh dan tidak senonoh dari orangorang yang tidak kukenal. Dimana saja aku, aku terkucil dari dunia kecuali di tengah komunitasku. Tolonglah, aku tahu aku tidak normal tapi bagaimana

memilih sebagai siapa saat lahir, tapi kita bisa memilih mau jadi apa untuk meninggal nanti. Intinya
anda mau berubah atau tidak, yang merubah diri anda adalah anda. Anda adalah apa yang anda pikirkan. Saya hanya bisa membantu memberi jalan, anda mau melangkah atau tidak, itu terserah anda Aku melangkah masuk kedalam ruangan.

aku bisa normal bila tidak bisa hidup dengan orangorang normal.
Sampai pada satu adegan di sebuah rumah:

Kamu sudah siap, Gi?, dokter Rini menghampiriku. Ya, dok Aku berada di ruangan yang menghidupkan musik klasik serta tercium aroma lemon menyegarkan. Ruangan ini dikhususkan untuk pasien dengan masalah psikologis yang ingin menjalani hipnoterapi sepertiku. *** Aku melihat aku ditaman bersama Joe, kemudian aku melihat aku bersama lelaki- lelaki lain

Seorang anak kecil yang kuyakini itu aku berdiri dengan kaki telanjang dan badan menggigil di tengah hujan di halaman. Teriakan serta ucapan kasar terdengar dari dalam rumah. Bunyi barang- barang pecah menyelingi pertengkaran itu. Sesaat suasananya sunyi. Anak kecil itu perlahan berjalan ke arah rumah. Mama, Papa, Egi takut Mendengar suara anak kecil itu, seorang wanita cantik namun menyiratkan kekejaman yang tidak dapat dijelaskan keluar dari rumah tersebut. Egi, sudah mama bilang tunggu di luar dulu.

Wanita itu menahan Egi, namun Egi terlanjur melihat situasi dalam rumah. Mama, Papa kenapa? Sepasang mata hitam menatap kosong, darah menggenangi kepalanya, sedangkan badannya terpisah. Egi!!! Wanita tersebut mendorong Egi. Ia memakai jam tangan silver yang kentara di tangannya yang berlumuran darah. Egi terjerembab dan jatuh menimpa pot bunga. *** Aku membuka mata, memandang kosong pada langit- langit kamar. Perlahan- lahan ingatan masa laluku merajamku. Kepalaku terasa sangat sakit. Aku menggigit bibirku mencoba melawan rasa sakit di kepalaku. You look so bad, Gi. Any Xanax? Takut dok Ya, saya bersama kamu dari tadi. Saya tidak tahu apa yang kamu lihat, tapi saya bisa bayangkan dari ekspresi serta rintihan kamu Bukan takut itu dok Lalu?

Xanax, saya takut berakhir seperti Whitney Houston Dokter Rini tertawa renyah serta menggelengkan kepala mendengar ucapanku. Melihat dia tertawa, satu lagi kilasan memoriku menyerangku. Wajah wanita kecil yang tertawa bahagia bermain denganku, adikku Sonya. Aku ingat tanpa sengaja aku mendorongya, kakinya membentur meja kaca, berdarah. Ia menangis. Tangisannya kembali membawaku kembali pada malam naas dan basah itu. Aku tak berdiri sendiri, tapi gadis itu bersamaku. Saat aku jatuh, aku melihat Sonya berlari menujuku dan berteriak. Ada apa, Gi Aku melihat papan nama dokter ini yang selama ini luput dari perhatianku, Sonya Derini. Dok, anda punya bekas jahitan di lutut kiri Ha? Saya pernah cerita? Sepertinya anda perlu di hipnoterapi sesekali -TamatPekanbaru, 15 Maret 2012, 14:56. Dedicated to: Semua orang yang merasa kurang

beruntung. Hidup itu pilihan. Semua orang bisa menertawai kita semaunya, tapi terserah kita untuk mendengarnya sumbang atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai