Anda di halaman 1dari 59

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1998:4). Kematangan dalam hal ini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi kematangan sosial-psikososial. Sedangkan menurut WHO mengungkapkan bahwa remaja itu didefinisikan dengan tiga kriteria, yaitu: biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Selanjutnya, WHO membagi kurun waktu tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terkait remaja dikenal sebagai tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna. Secara faal, alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Misalnya seorang wanita berpayudara dan berpinggul besar dan setiap bulannya menghasilkan sel telur. Sedangkan Petros Blos (1962) mencoba menerangkan tahap-tahap perkembangan yaitu, remaja awal (erly adolescence), remaja madya (middle adolescence) dan remaja akhir (late adolescence). Pada tahap remaja akhir, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu: minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain, terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentris (terlalu

mementingkan diri sendiri) dan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain, tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umumnya (the public). (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006) Remaja tidak terlepas dari masalah-masalah kesehatan yang ada di sekitarnya. Salah satunya masalah kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup. Dikarenakan banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar proses kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap bukan masalah kaum remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka yang belum menikah. Definisi Kairo 1994 sudah secara tegas menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut masalah kehamilan dan persalinan, tetapi juga kesehatan dari organorgan tubuh yang lain yang akan menjamin bahwa seseorang akan dapat melakukan fungsi reproduksinya secara sehat. Misalnya masalah pertumbuhan tulang, khususnya tulang pinggul pada kaum perempuan, masalah anemia, masalah pertumbuhan endokrin, dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kelainan-kelainan pada payudara remaja puteri. (http://kapanlagi.com) Kelainan payudara biasanya ditemukan berupa masa atau benjolan di sekitar ketiak sampai payudara. Benjolan atau masa yang didapatkan bisa berupa penyakit payudara jinak dapat berupa neoplasma jinak atau fibroadenoma mamae hingga kanker payudara yang merupakan penyakit ganas pada wanita dan merupakan salah satu penyebab kematian wanita. (Sabiston, 1995) Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, kanker ini bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. Gejala awal berupa sebuah

benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak atau menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. (Alamsyah, 2009) Benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit jika didorong oleh jari tangan pada stadium awal, dan pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit di sekitarnya, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. (Rumah Kanker, 2007) Di Indonesia, Satu dari 15-16 wanita berkemungkinan menderita karsinoma payudara dan 30%darinya meninggal akibatnya. pada tahun 2003 kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah penderita meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan penyebab kematian kelima dari seluruh kanker. Data menunjukkan bahwa 18,7% dari semua kanker yang menyerang wanita adalah kanker payudara, menempati urutan ke-2 setelah kanker leher rahim. (Elizabert Tara, 2001) SMA Negeri 1 Solok merupakan SMA Negeri dengan remaja puteri terbanyak di Kota Solok yaitu sebanyak 430 orang dan memiliki suatu organisasi yang bergerak khusus di bidang kesehatan pada remaja puteri sehingga ditemukan adanya masalah yang didapatkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28 Desember 2010 dengan cara wawancara pada 30 orang siswa remaja puteri di SMA Negeri 1 Solok didapatkan 20 (66%) siswa pernah mengalami nyeri pada bagian ketiak hingga mamae, 1 (3.33%) siswa post operasi FAM, 2 (6.66%) diduga terdiagnosa FAM.

Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatannya. Maka tidak aneh jika dikatakan bahwa kitalah orang pertama yang paling mungkin menemukan benjolan pada payudara kita, bagaimanapun juga, kitalah satu-satunya yang paling mengenal tubuh kita. Dengan seluruh aktivitas di dalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinannya adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara kira secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk pengobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996:41).

Menurut badan kesehatan dunia WHO satu-satunya cara yang efektif sampai saat ini hanya dengan melakukan deteksi sedini mungkin pada kemungkinan timbulnya penyakit ini, yaitu dengan melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Mendeteksi payudara sendiri, sebaiknya dilakukan sebulan sekali secara teratur. Waktu yang paling tepat adalah setelah menstruasi, karena payudara saat itu sedang lunak. Sebaiknya setiap perempuan melakukan pemeriksaan sendiri terhadap payudara, untuk mengetahui adanya benjolan atau perubahan di payudara. Tidak perlu menunggu hingga timbul gejala untuk mulai melakukan deteksi dini. Deteksi dini dilakukan terutama pada usia remaja dengan peningkatan kewaspadaan disertai pengobatan yang sesuai dipercaya dapat menurunkan jumlah kematian karena kanker payudara (http://blogsome.org.situs/deteksi-dini-kanker-payudara). Dorothea Orem (1914-2007) dengan selfcare theory memiliki asumsi utama adalah seseorang harus mandiri dan bertanggung jawab atas perawatan diri mereka sendiri. Menurutnya perawatan diri adalah praktek kegiatan yang dimulai oleh individu dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Salah satu faktor yang termasuk dalam perawatan diri adalah monitoring atau pengawasan dan pencegahan secara teratur. (http://currentnursing.com) Untuk melakukan pencegahan atau memonitor suatu penyakit secara teratur dan mengambil suatu tindakan menurut konsep teori health belief model (HMB) yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh Hochbaum, Rosenstock dan Kegels adalah jika orang tersebut merasa kondisi kesehatan negatif, memiliki ekspektasi yang positif bahwa dengan mengambil tindakan yang dianjurkan, ia akan menghindari kondisi kesehatan yang negatif dan percaya

bahwa dia akan berhasil dan mengambil tindakan yang direkomendasikan. Konsep HMB juga menegaskan pendidikan kesehatan dan media informasi juga menjadi salah satu faktor seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan dengan pencegahan kesehatan. (http://currentnursing.com) Pendidikan kesehatan merupakan salah satu usaha preventif yang hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu sehingga memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku. (Notoatmodjo, 2003) Menurut Benjamin Bloom (1908) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003:126) membagi prilaku itu ke dalam tiga domain (ranah/kawasan), yaitu: ranah kognitif (cognitif domain), ranah efektif (effectif domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli ketiga domain itu diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek/tindakan (practice). Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan selanjutnya menimbulkan respon, akhirnya rangsangan tersebut dapat akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan/praktek. (Notoatmodjo, 2003:126)

1.2 Perumusan Masalah Dorothea Orem (1914-2007) dengan selfcare theory memiliki asumsi utama adalah seseorang harus mandiri dan bertanggung jawab atas perawatan diri mereka sendiri. Salah satu faktor yang termasuk dalam perawatan diri adalah

Monitoring. Hochbaum, resenstoc, dan kegel di dalam teori health belief model (HMB) dibutuhkan pendidikan kesehatan dan media informasi yang berhubungan dengan pencegahan kesehatan. Informasi tersebut diharapkan adanya penambahan ilmu pengetahuan dan praktek/tindakan. (http://currentnursing.com) SADARI merupakan suatu usaha monitoring yang dapat dilakukan oleh remaja puteri untuk mendeteksi kelainan payudara, sehingga dapat diketahui dengan cepat dan dapat memberikan pengobatan yang tepat. Pada umumnya remaja puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok tidak melakukan SADARI, sehingga peneliti melihat dibutuhkannya intervensi berupa pendidikan kesehatan tentang kelainan pada payudara dan demonstrasi cara melakukan SADARI.

1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana gambaran tentang tingkat pengetahuan remaja puteri sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI? 1.3.2 Bagaimana gambaran tentang praktek/tindakan remaja puteri sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI? 1.3.3 Bagaimana gambaran tentang tingkat pengetahuan remaja puteri sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI? 1.3.4 Bagaimana gambaran tentang praktek/tindakan remaja puteri sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI? 1.3.5 Apakah terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan remaja puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok setelah diberikan penyuluhan mengenai SADARI?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan remaja puteri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok.

1.4.2

Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diperoleh gambaran tentang pengetahuan remaja sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok. 1.4.2.2 Diperoleh gambaran praktek/tindakan remaja puteri sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok. 1.4.2.3 Diperoleh gambaran pengetahuan remaja puteri sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok. 1.4.2.4 Diperoleh gambaran praktek/tindakan remaja puteri sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok. 1.4.2.5 Diperoleh perbedaan tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan remaja puteri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok.

1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

1.5.1

Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah dan ilmu

pengetahuan bagi pembawa di bidang kesehatan khususnya pada masalah atau kelainan pada payudara dan pencegahannya dengan deteksi dini dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

1.5.2

Metodologi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi institusi

khususnya dan bagi mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan serta sebagai data pendukung dan dasar untuk penelitian berikutnya dalam bidang yang sama.

1.5.3

Institusi Pelayanan Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi tenaga kesehatan dan TIM

pengajar di SMA Negeri 1 Kota Solok dalam memberikan materi pembelajaran kepada siswa dan siswi tentang masalah dan kelainan pada payudara dan pendeteksian dini dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Solok pada tanggal 23 Mei-21 Juni 2011, tentang perbedaan tingkat pengetahuan dan praktek/ tindakan remaja puteri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI dengan populasi seluruh remaja puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok. Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali, sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan cara penyebaran angket dan observasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sadari (Periksa Payudara Sendiri) 2.1.1 Definisi Sadari Sadari adalah suatu perilaku sehat dengan cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk mengetahui kelainan-kelainan pada payudara. (Perry & Potter, 2005) Sadari adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri secara teratur, untuk mendeteksi penyakit payudara secara dini. (Elizabert Tara, 2001) Deteksi dini payudara adalah suatu cara untuk mendeteksi dan menemukan benjolan pada payudara sedini mungkin. (Elizabert Tara, 2001) American Cancer Society (ACS) menyatakan BSE (breastself-

examination) pemeriksaan payudara sendiri untuk mengetahui atau menemukan neoplasma bila tumor lebih kecil. (Sabiston, 1995) Sebagian besar benjolan di payudara bukan kanker. Mayo klinik berpendapat Sadari adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan sehabis haid untuk mengetahui benjolan-benjolan yang terdapat pada payudara. (pedoman perawatan sendiri)

2.1.2

Manfaat Sadari Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun

perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung

10

jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatannya. Maka tidak aneh jika dikatakan bahwa kitalah orang pertama yang paling mungkin menemukan benjolan pada payudara kita, bagaimanapun juga, kitalah satu-satunya yang paling mengenal tubuh kita. Dengan seluruh aktivitas di dalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinannya adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara kira secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk pengobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996: 41).

11

Kanker payudara biasanya dikenali dengan adanya benjolan di payudara. Benjolan ini sering bisa disembuhkan kalau ditemukan secara dini dan diobati secara tepat sebelum sel-sel kankernya menyebar. Melalui pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri (SADARI) secara teratur, setiap wanita dapat mendeteksi kanker payudara pada waktu penyakit ini masih awal. Tidak heran, dengan pemeriksaan payudara sendiri ini lebih banyak benjolan ditemukan oleh wanita dari pada dokter. Selain itu menurut statistik, umumnya wanita tidak memperhatikan payudaranya sehingga kemudian baru sadar setelah merasakan benjolan cukup besar. Salah satu tujuan SADARI adalah meraba dan menemukan awal tumbuhnya masa di dalam payudara. Upaya ini justru akan berhasil maksimal kalau dikerjakan sendiri dengan cara meraba. Pemeriksaan ini di samping praktis juga ekonomis dan bias di programkan secara massal. Pemaparan media dan pers awam tentang frekuensi epidemiologi dan distribusi kanker payudara telah meningkatkan tingkat kewaspadaan masyarakat. Keperluan sering memeriksa untuk mendiagnosis kanker payudara pada stadium dini yang lebih menguntungkan telah di tekankan. Usaha aktif American Cancer Socety (ASC) untuk menyokong informasi masyarakat dan program pendidikan telah di fokuskan pada pemeriksaan payudara sendiri (breastslf-examination) survei oleh ACS dalam tahun 1976 menunjukkan bahwa persentase wanita dewasa yang secara teratur memeriksakan payudaranya telah meningkat dari 6 sampai 24 persen sejak tahun 1973. Pemaparan ke program pendidikan juga mengurangi kecemasan pasien tentang proses penyakit.

12

2.1.2.1 Wanita dengan riwayat kanker payudara harus melakukan pemeriksaan dokter setiap tahun. 2.1.2.2 Wanita asimtomatik harus melakukan mammogram skrining dari usia 40 tahun: wanita yang berusia 40 sampai 49 tahun harus melakukan mammogram setiap 1 sampai 2 tahun: wanita yang berusia 50 tahun atau lebih harus melakukan mammogram setiap tahun. 2.1.2.3 Untuk wanita yang berusia 40 tahun atau lebih dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga dan wanita yang berusia 35 tahun atau lebih dengan riwayat kanker payudara, harus melakukan pemeriksaan setiap tahun. Atau menurut Elizabert Tara pencegahan lebih baik dari pada mengobati. Berkaitan dengan kanker payudara, anda perlu melakukan deteksi sejak dini. Jika berusia 50 tahun ke atas lakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulan, pemeriksaan ke dokter setiap tahun, dan lakukan mammogram setiap tahun. Jika berusia 40hingga 49 tahun tahu lakukan SADARI setiap bulan, periksa ke dokter setiap tahun dan jalani pemeriksaan mammogram setiap 1 hingga 2 tahun. Dan jika berusia di bawah atau 20 tahun hingga 39 tahun lakukan sadari setiap bulan, periksa ke dokter paling tidak setiap 3 tahun dan jalani pemeriksaan mammogram bila usia di antara 35-39 tahun.

2.1.3

Cara Sadari Sadari dapat dilakukan dengan berbagi posisi. Di depan cermin, duduk,

dan berbaring. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

13

2.1.3.1 Berdiri di depan cermin, lihat pada kedua payudara adanya sesuatu yang tidak wajar, seperti rabas dari puting, kerutan, lesung, atau sisik pada kulit.

Gambar 2.1 2.1.3.2 Untuk mencatat adanya perubahan bentuk pada payudara, lakukan tindakan berikut: 2.1.3.3 Lihat ke cermin sambil mengangkat lengan di atas kepala.

Gambar 2.2

14

2.1.3.4 Bertolak pinggang dengan sedikit menunduk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke depan. 2.1.3.5 Di kamar mandi atau di depan cermin, palpasi setiap payudara. Angkat lengan kanan dan gunakan tiga atau empat jari tangan kiri untuk mengeksplorasi payudara dengan cermat. Kemudian mulai pada tepi luar, tekankan bagian jari yang datar dengan gerakan memutar, lakukan gerakan tersebut dengan perlahan mengelilingi payudara, lakukan secara bertahap sampai ke puting. Beri perhatian khusus pada area di antara payudara ketiak dan rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak wajar. Ulangi proses tersebut pada payudara kiri.

Gambar 2.3 2.1.3.6 Palpasi puting secara perlahan, cari adanya rabas. jangan mencubit puting. 2.1.3.7 Ulangi langkah ketiga dan keempat sambil berbaring. Berbaring telentang dengan lengan kanan di atas kepala dan bantal kecil di bawah bahu kanan. Palpasi payudara kanan. ulangi proses tersebut pada payudara kiri.

15

Gambar 2.4 2.1.3.8 Hubungi dokter bila anda menemukan adanya benjolan.

2.2 Kelainan Pada Payudara Salah satu tujuan Sadari adalah meraba dan menemukan awal tumbuhnya masa di dalam payudara. Adapun masa yang didapatkan ada berupa penyakit payudara jinak atau kanker payudara.

2.2.1

Penyakit Payudara Jinak

2.2.1.1 Definisi Uraian pertama penyakit kistik jinak payudara di hargai bagi Sir Astley Cooper, yang kemudian mengklasifikasikan berbagai bentuknya sebagai bentuk penyakit kistik, mastodinia, dan adenosis. Bentuk ini saling berhubungan dan secara bersama-sama membentuk kelainan terlazim pada wanita yang matang seksual.

16

Uraian berikutnya dari schimmelbusch)1890) dari gambaran mikroskopik penyakit kistik yang mengkonfirmasi proses ini merupakan ploriferasi unsur epitel dengan pembentukan kista serta kehilangan jaringan ikat intrasinus yang normal. 2.2.1.2 Etiologi Penyakit proliferasi (PD) dan penyakit non proliferasi (non PD) payudara merupakan lesi payudara yang sering di diagnosis dan merupakan proses patologi yang timbul sebagai rangsangan ovarium siklikatas komponen epitel dan lobulusmamma. Perkembangan PD dan non PD setelah menarke dan regresi klinik setelah menopause sangat melibatkan esterogen dan progesteron dalam etiologi, tambahan lagi prolaktin atau lebih dikenal belakangan ini metilxantin (kafein) telah di usulkan sebagai agen penyebab. Sehingga etiologi dalam masalah ini multi faktor, tetapi faktor yang penting hiperestinisme memulai hyperplasia epitel. Juga faktor genetika, hormon mammogtropikhypophysis (misalnya: tiroksin, hormon pertumbuhan dan insulin) bekerja. Esterogen meningkatkan substansi dasar stroma, yang mempunyai kecenderungan ke reorganisasi fibrosa. Waktu rangsangan aktif komponen payudara yang sensitif hormon berhubungan dengan insiden puncak penyakit, yaitu selama tahun reproduksi serta regresi gejala mengikuti penghilangan esterogen dan progesteron pada waktu menopause dan kastrasi. 2.2.1.3 Perubahan Kistik Perubahan kistik bias mikroskopis atau makrokistik. Pemeriksaan pasien khas memperlihatkan fibronodularitas dan kepenuhan payudara difus. Kista penyakit non proliferatif bias tunggal atau majemuk serta biasanya berbatas tegas,

17

mobil, halus dan tidak nyeri tekan. Kista kecil ataupun besar bias mempunyai penampilan khas. Cairan yang ditemukan biasanya jernih atau berwarna jerami, tetapi bila kista telah lama ada, maka warnanya menjadi abu-abu hijau dan keruh. Cairan kista berdarah membenarkan evaluasi sitologi dan biopsi jika masa sisa teraba setelah aspirasi. Lesi padat ini bias menggambarkan karsimonakistik atau adanya kanker primer bersamaan dengan mastitiskistik. Istilah penyakit fibrokistik yang sering digunakan tidak

menggambarkannya, agaknya ia menunjukkan variasi kejadian hispatologi yang luas, tempat adenosissleretikans (proliferasi epitel), dysplasiafibrosa (proliferasi stroma), adenosis duktus buntu (prolifersiduktus tanpa asinus) atau metaplasia apokrin epitel duktus bisa ada bersamaan. Tak ada istilah ini yang menunjukkan proses peradangan, walaupun jarang mastokoista bisa menjadi meradang spontan atau iatrogenic. Walaupun ada banyak masalah patologik jinak ini, namun manifestasi klinik hampir berhubungan dengan rangsangan hormon ovarium. 2.2.1.4 Presentasi Klinik Pasien PD dan non PD biasanya mengeluh nyeri dan rasa penuh pada satu atau kedua payudara tepat sebelum melalui aliran haid. Dalam 10 sampai 14 hari berikutnya, gejala mereda bertahap. Nyeri bisa menjalar menuruni lengan dengan distribusi serabut sensorik nervus intercostobrachialis dan di alihkan ke area ini dari kuadran atas luar payudara. Kista kecil atau besar bisa muncul selama waktu ini dan beragresi spontan. Lesi simtomatik bisa timbul pada waktu kapan pun, tetapi terlazim segera setelah menarche dan masa premonopause. Selama masa terakhir ini, pembedahan dari lesi ganas paling sulit.

18

2.2.1.5 Terapi Terapi bagi nodularis fisiologi selain biopsi untuk menyingkirkan kanker, diarahkan pengendalian nyeri. Biasanya hanya di perlukan penenteraman dan analgetik ringan. Steroid androgenic bisa mengecilkan ukuran payudara dan mengurangi nyeri, tetapi tidak di benarkan karena efek samping maskulinisasinya. Pembuatan daur haid estrogen dengan kontrasepsi oral noretinodel dan mastranol (enovid) telah memberikan respon baik sampai memuaskan pada setengah pasien yang di evaluasi secara objektif. Tambahan progesteron dosis tinggi bisa mempertahankan respon. Belakangan ini androgen sintetik, danazol, mempunyai manfaat terapi. Ia mengurangi sekresi FSH dan LH serta mulai memulai pengurangan estrogen ovarium.

2.2.2

Neoplasma Jinak

2.2.2.1 Fibroadenoma Fibroadenoma suatu neo plasma berbatas tegas, padat, berkapsul, dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia di bawah 25 tahun. Sebagian besar (80%) tunggal, biasanya neoplasma tampil sebagai masa payudara mibil, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet, berukuran 1 sampai 4 cm. ia tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm di bawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan cepat bisa jelas selama kehamilan atau laktasi. Terapi dengan biopsi eksisi dan harus dinasehatkan karena jarang regresi involusional. Penampilan makroskopik berbeda dari yang karena tumor mamma apapun. Tepinya tajam dan permukaan

19

potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan homogeny secara makroskopik. Secara histology, ada susunan lobulesperikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif. Varian bisa memperlihatkan proliferasi epitel yang jelas dari kelenjer matang tak teratur yang dikemas padat dengan epitel sekresi. 2.2.2.2 Fibroadenoma Raksasa Fibroadenoma raksasa atau mikromaintrakanalikular raksasa berdiameter 10 cm atau lebih. Dalam varian ini, jaringan ikat lebih aktif dan proliferatif di bandingkan yang dalam fibroadenoma lebih kecil. Masa polipoid besar terlihat menonjol ke dalam saluran parenkim serta di tutupi oleh epitel yang menghasilkan mosaicvariasi terdistorsi. Lesi besar ini sering menyebabkan perubahan bentuk payudara dan eksisi tampak menyebabkan deformitas yang bahkan lebih buruk. Tetapi lesi ini suatu neoplasma sejati dan menekan jaringan payudara nomal sekelilingnya. Beberapa bulan setelah eksisi sederhana, jaringan tertekan ini berekspansi untuk mengembalikan payudara ke bentuk aslinya. 2.2.2.2.1 Papiloma Intraduktus secretputing susu berdarah atau serosa dalam wanita

Adanya

pramenopause tanpa massa payudara parenkim penyerta menggambarkan suatu papilomaintraduktus. Lesi ini khas muncul dalam saluran papilomaintraduktus. Lesi ini khas muncul dalam saluran lactifer besar dari kompleks subareola-puting susu. Biasanya ia dalam diameter 1 samapi2 mm serta lunak dan sering tidak dapat dipalpasi. Ia tampil sebagai tonjolan seperti raspberry dari dinding samping duktus dan bisa mencapai ukuran lebih dari 1 cm.

20

Lesi ini di terapi dengan reseksi baji mekanisme duktus. Bila tidak ditemukan papiloma dalam duktus yang dicurigai, maka reaksi segmental payudara subareola harus di lengkapi. Tindakan lebih radikal tidak dibenarkan, kecuali dikonfirmasikan dokumentasi jelas lesi invasive. 2.2.2.2.2 Mioblastoma Sel Granular

Mioblastoma sel granular suatu neoplasma berasal dari mesodermis yang jarang ditemukan. Lesi khas berdiameter kecil dari 2 cm dan bisa di kelirukan secara klinik dan radiografi dengan adenokarsinoma dini. eksisi lokal bersifat keratif.

2.2.3

Kanker Payudara

2.2.3.1 Definisi Kanker payudara adalah salah satu keganasan pada manusia yang paling sering ditemukan sekaligus paling dapat diobati. Kanker payudara adalah salah satu dari beberapa tumor yang memiliki bukti konklusif bahwa pemeriksaan penipisan akan menurunkan mortalitas. Kanker payudara adalah kanker yang paling sering ditemukan pada wanita. Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membetasi duktus atau lobus payudara. 2.2.3.2 Etiologi dan faktor risiko 2.2.3.2.1 Keluarga

Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita kanker payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara

21

kandungnya menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar bila ibu atau saudara kandungnya menderita kanker payudara bilateral atau kanker pada pramonopause. 2.2.3.2.2 Usia

Seperti pada banyak jenis kanker, insiden menurut usia naik sejalan dengan bertambahnya usia. 2.2.3.2.3 Hormon

Fakunditas dan fertilitas. Wanita nulipara dan infertile mempunyai probabilitas lebih tinggi (30 sampai 70 persen) timbulnya kanker payudara dibandingkan wanita para. Tambahan lagi dengan peningkatan usia pada waktu kehamilan pertamanya, risiko akan menurun sebanding. Wanita yang hamil cukup bulan pertamanya pada usia 18 tahun atau lebih muda akan mempunyai resiko kanker payudara yang sekitar sepertiga dari wanita hamil 35 tahun atau kurang. Peningkatan resiko ini bisa berhubungan dengan siklus menstruasi anovulasi dan bisa berhubungan dengan menetapkan pemaparan ke estrogen endrogen tanpa konsentrasi progesteron serum yang adekuat. Lebih lanjut wanita yang hamil cukup bulan pertamanya setelah usia 30 tahun bahkan mempunyai resiko lebih tinggi untuk kanker payudara di bandingkan nulipara. Penyusuan jangka lama (> 36 bulan dalam masa hidup) pernah dianggap menurunkan risiko kanker payudara. Observasi ini tidak lagi di anggap rabas. Tetapi wanita yang menopausenya timbul setelah usia 55 tahun mempunyai dua kali lipat risiko timbulnya kanker payudara dibanding wanita yang menopausenya mulai sebelum usia 45 tahun. Menopause yang di induksi secara buatan tampak

22

melindungi terhadap kanker payudara. Perlindungan ini seumur hidup dan tak di ragukan akibat pembuangan efek estrogen endrogen. Lebih dini usia ooferektomi lebih rendah risiko ini. Peranan hormon. Walaupun ada data laboratorium dan epidemiologi yang melibatkan mekanisme hormon sebagai etiologi dalam penyebab kanker payudara, namun ada ketidakpastian besar tentang hormon mana yang mungkin bekerja dan hubungannya. Jelas peranan sentral bagi estrogen, prolaktin, progesteron, androgen dan hormon lain merupakan hipotesis menarik, namun evaluasi hormon endrogen ini sulit, karena variasi alami dalam lingkungan hormon bekerja dalam seorang individu. Kontrasepsi oral dan penggantian estrogen. Sampai hari ini, penelitian epidemiologi kontrasepsi oral dan terapi pergantian estrogen belum menunjukkan hubungan dengan perubahan dalam risiko untuk kanker payudara. Pada pasien penyakit kistik dan fibroadenoma, mungkin penyakit yang berhubungan secara hormon, penggunaan kontrasepsi oral selama 2 tahun sampai 4 tahun telah dihubungkan dengan penurunan insiden kanker payudara. Efek perlindungan ini telah berhubungan secara spesifik dengan isi progesteron pil KB. Penggunaan jangka lama kontra sepsi oral pada pasien tanpa kelainan payudara tampak menurunkan risiko penyakit payudara jinak, tetapi tidak mempunyai efek atas risiko absolute kanker payudara. Kontra sepsi oral (paling mungkin) melindungi terhadap bentuk penyakit nonproliferatif yang tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara, yaitu yang penyakitnya tak terbukti hyperplasia atopik pada epitel.

23

2.2.3.2.4

Pengaruh Diet

Populasi manusia dalam Negara yang peningkatan insiden kanker payudara cenderung mempunyai masukan lemak diet yang tinggi. Bukti tak langsung tambahan untuk lemak sebagai agen penyebab berasal dari observasi yang dibuat dalam wanita Jepang. Karena masukan lemak dietnya meningkat, maka insiden kanker payudara meningkat. Wanita Jepang yang berimigrasi ke Amerika mempunyai insiden kanker payudara yang rendah, serupa dengan wanita di Jepang. Tetapi untuk keturunan generasi kedua dan ke tiga imigran ini, angka insiden wanita kaukasus yang lahir di Amerika Serikat. Penelitian ini sangat melibatkan faktor lingkungan ketimbang genetika dan perbedaan perubahan masukan lemak diet antara wanita Jepang asli dengan Jepang-Amerika bersifat dramatik. Penyelidikan hubungan antara kanker payudara dan lemak baru dimulai dan tidak di ragukan akan ditemukan variabel tambahan. 2.2.3.2.5 Sinar Ionisasi

Pada hewan coba terbukti adanya peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah pajanan sinar rontgen. Peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas. 2.2.3.3 Patofisiologi Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.

24

Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organorgan yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase: 2.2.3.3.1 Fase induksi: 15-30 tahun

Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu. 2.2.3.3.2 Fase in situ: 1-5 tahun

Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara. 2.2.3.3.3 Fase invasi

Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.

25

2.2.3.3.4

Fase diseminasi: 1-5 tahun

Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempattempat lain bertambah. 2.2.3.4 Tanda dan Gejala Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. 2.2.3.4.1 Terdapat massa utuh (kenyal), Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan) 2.2.3.4.2 2.2.3.4.3 Nyeri pada daerah massa Adanya lekukan ke dalam/di samping, tarikan dan retraksi pada area mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling. 1. Edema dengan Peautdoramgeskin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk) 2. Pengelupasan papilla mammae 3. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting susu serta keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah. 4. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

26

2.2.3.5 Penatalaksanaan Ca Mammae/Kanker Payudara 2.2.3.5.1 Pembedahan

Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif Jenis terapi: lokal/lokoregional. Jenis terapi: terapi utama/terapi tambahan Prinsif terapi kuratif bedah. Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara: 1. Modified radikal mastektomi 2. Breastconversingtreatment (BCT) rekontruksi payudara 3. Tumorrektomi/lumpektomi/kuadran diseksiaxsila Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan pengobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV dan juga untuk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus. Tife-tife pembedahan untuk membuang Ca Mammae 1. Lympectomi: Pembuangan sederhana benjolan tumor. 2. Mastektomi parsial: Pembuangan tumor dan 2,5-7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitarnya ubcutaneoous. 3. Mastektomy: Pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara, tektomi/parsial mastektomi

meninggalkan/membiarkan kulit, areola dan memasukkan puting intact).

27

4. Mastectomy sederhana: Menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary. 5. Modifikasi mastektomy radikal: 6. menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor) menghilangkan beberapa axillalympanodes. 7. Mastectoy radikal: Menghilangkan seluruh payudara, acillarylympanodes, pectolarismuscle (besar atau kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan. 2.2.3.5.2 Radioterapi

Pengobatan radioterapi adalah untuk pengobatan lokal/lokoregional yang sifatnya bisa kuratif atau paliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama, misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA. Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding pemberian pengobatan monofaramasi/monoterapi. 2.2.3.5.3 Hormon Terapi

Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti esterogen, pemberian hormon

aromataseinhibitor, anti GnRH, ovorektomi. Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada pasien yang reseptor hormon positif, hormon terapi dapat juga digunakan sebagai terapi pravelensi kanker payudara.

28

2.2.3.5.4

Terapi Paliatif dan Pain

Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif). 2.2.3.5.5 Immunoterapi dan Bioterapi

Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon, modified molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya. Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika untuk mengoreksi mutasi genetik untuk mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian. 2.2.3.5.6 Rehabilitasi fisik dan psikis

Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akibat treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk mendorong semangat hidup yang lebih baik. 2.2.3.5.7 Kemoterapi

Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sistemik yang menggunakan obat-obat sitostatika melalui aliran sistemik, sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambahan Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan

pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangkatan tergantung sejauh mana pertumbuhan dan penyebarannya dipilih berdasar stadiumnya dan chemotherapy.

29

2.3 Domain Perilaku Kesehatan 2.3.1 Benjamin Bloom Prilaku manusia itu sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia dalam tiga domain (ranah/kawasan). Dalam perkembangan selanjutnya para ahli pendidikan ketiga domain ini diukur dari: 2.3.1.1 Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). 2.3.1.2 Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). 2.3.1.3 Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice). Terbentuknya perilaku baru biasanya dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada objek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang baru diketahui itu. Akhirnya rangsangan yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau hubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima dapat langsung menimbulkan tindakan.

30

2.3.2

Health Belief Model Model kepercayaan kesehatan (HMB) adalah model psikologis yang

mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini berfokus pada sikap dan kepercayaan individu. health belief model (HMB) yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh Hochbaum, Rosenstock dan Kegels memiliki pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (misalnya, menggunakan kondom) jika orang tersebut: 1. Merasa bahwa kondisi kesehatan negatif dapat dihindari. 2. Memiliki ekspektasi yang positif bahwa dengan mengambil tindakan yang dianjurkan, ia akan menghindari kondisi kesehatan negatif. 3. Percaya bahwa dia berhasil dapat mengambil tindakan kesehatan yang direkomendasikan. The HBM memiliki empat konstruksi mewakili ancaman dan manfaat dirasakan, tingkat keparahan, dirasakan manfaatnya, dan dirasakan hambatan kerentanan dianggap. Konsep-konsep ini diusulkan sebagai akuntansi untuk kesiapan untuk bertindak. Konsep menambahkan, isyarat untuk bertindak, akan mengaktifkan bahwa kesiapan dan merangsang perilaku terbuka.

2.4 Pengetahuan Menurut Green perilaku merupakan salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yang dituangkan dalam determinan perilaku.

31

2.4.1

Definisi Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior). Sedangkan tim kerja dari WHO menganalisis bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

2.4.2

Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkap bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 2.4.2.1 Awareness (kesadaran) Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2.4.2.2 Interest Yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 2.4.2.3 Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

32

2.4.2.4 Trial Orang telah mulai mencoba perilaku baru. 2.4.2.5 Adoption Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya, terhadap stimulus.

2.4.3

Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan. 2.4.3.1 Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2.4.3.2 Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari.

33

2.4.3.3 Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 2.4.3.4 Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan meteri atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebaginya. 2.4.3.5 Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi beru dari informasi-informasi yang ada. 2.4.3.6 Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.

34

2.5 Praktek atau Tindakan (Practice) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut dengan praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behavior). Sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas yakni: 2.5.1 Tindakan (Praktek) Sehubungan dengan Penyakit Tindakan perilaku ini mencakup pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit.

2.5.2

Tindakan (Praktek) Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makanan

dengan gizi seimbang, melakukan olah raga, tidak merokok, dan sebagainya.

2.5.3

Tindakan (Praktek) Kesehatan Lingkungan Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban,

membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya. Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yakni melalui proses perubahan: pengetahuan, sikap, dan praktek (practice).

35

2.6 Metode dan Alat Bantu (Media) Pendidikan Kesehatan 2.6.1 Metode Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran. Pendidikan kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input), dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, di pengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut di samping faktor masukan juga faktor metode, faktor meteri atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat bantu/ peraga pendidik yang dipakai. Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok, dan massa (public). 2.6.1.1 Metode Pendidikan Individual Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain.

36

2.6.1.1.1

Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadap oleh klien dapat di teliti dan di bantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). 2.6.1.1.2 Interview (Wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2.6.1.2 Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus di ingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Keefektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. 2.6.1.2.1 Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar. 2.6.1.2.2 Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan ini kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:

37

Diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, memainkan peranan, permainan stimulasi.

2.6.2

Alat Bantu/Peraga/Media Pendidikan Kesehatan Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh

pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu atau memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/ pengajaran. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian yang diperoleh. Dengan perkataan lain alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek, sehingga mempermudah pemahaman. 2.6.2.1 Kerucut Edgar Dale Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut.

38

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar 2.5 1. Kata-kata 2. Tulisan 3. Rekaman, radio 4. Film 5. Televisi 6. Pameran 7. Field trip 8. Demonstrasi 9. Sandiwara 10. Benda tiruan 11. Benda asli

39

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga merupakan pengamalan salah satu prinsip proses pendidikan.

2.7 Remaja dan Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Remaja 2.7.1 Definisi Remaja Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuk yang sempurna. Secara faali, alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Misalnya seorang wanita berpayudara, seorang wanita berpinggul besar dan setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya. Pada tahun 1974, WHO mendefinisikan remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka secara lengkap definisi tersebut berbunyi: 2.7.1.1 Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2.7.1.2 Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

40

2.7.1.3 Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya untuk mendefinisikan remaja secara umum. Masalahnya adalah Indonesia terdiri dari bermacam suku, adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan.

2.7.2

Remaja dalam Perkembangan Jiwa Manusia

2.7.2.1 Menurut Aristoteles Aristoteles adalah seorang filsuf yang membedakan matter (wujud lahiriah) dan form (isi kejiwaan). Manusia berbeda dari makhluk lainnya karena mempunyai form yang khusus. Ia mempunyai fungsi mengingat (fungsi mnemic), dan mempunyai fungsi realisasi diri (dinamakan entelechy). Fungsi-fungsi itu menyebabkan manusia dapat berkembang ke arah yang dikehendakinya sendiri. (Sarwono, 1986: 8&23 yang dikutip dari Sarwono, 2006:21) Tahap-tahap perkembangan jiwa menurut Aristoteles adalah sebagai berikut: 2.7.2.1.1 2.7.2.1.2 2.7.2.1.3 (0-7 tahun): masa kanak-kanak (infansi) (7-14 tahun): masa anak-anak (boyhood) (14-21 tahun): masa dewasa muda (youngmanhood) (Muss, 1968:15 yang dikutip dari Sarwono 2006) 2.7.2.2 Menurut J.J Rousseau Pendapat Aristoteles tidak di dukung oleh J.J Rousseau. Rousseau yang disebut juga penganut paham romantic-naturalism, menyatakan bahwa yang terpenting dalam perkembangan jiwa manusia adalah perkembangan perasaannya.

41

Rousseau menganalogikan perkembangan individu dengan evolusi makhluk (spesies) manusia. Ia menyatakan bahwa perkembangan individu (ontogeny) merupakan ringkasan (recapitulates) perkembangan makhluk

(phylogeny). Empat perkembangan yang dimaksud oleh Rousseau adalah sebagai berikut: 2.7.2.2.1 Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak-kanak (infancy)

Tahap ini didominasi oleh perasaan senang dan tidak senang, menggambarkan tahap evolusi yang masih sama dengan binatang. 2.7.2.2.2 Umur 5-12 tahun: masa bandel (savagestage)

Tahap ini mencerminkan era manusia liar, manusia pengembara dalam evolusi manusia. Perasaan-perasaan yang dominan dalam periode ini adalah masih main-main, lari-lari dan loncat-loncat. 2.7.2.2.3 Umur 12-15 tahun: bangkitnya akal (ratio), nalar (reason) dan kesadaran diri (selfconsciousness). Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keingintahuan dan keinginan coba-coba. 2.7.2.2.4 Umur 15-20 tahun masa kesempurnaan remaja (adolescenceproper) dan

Dinamakan

merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan mementingkan kepentingan orang lain dan kecenderungan mementingkan harga diri. (Muss, 1968:27-30 yang dikutip dari Sarwono 2006)

42

2.7.2.3 Petro Blos Petro Blos yang menganut aliran psikoanalisis berpendapat bahwa perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Dalam proses penyesuaian diri dalam mencapai kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja: 2.7.2.3.1 Remaja awal (earlyadolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat, dan tertarik dengan lawan jenis. 2.7.2.3.2 Remaja madya (middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sana dengan dirinya. 2.7.2.3.3 Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsilidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini: 2.7.2.3.3.1 Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek 2.7.2.3.3.2 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain 2.7.2.3.3.3 Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 2.7.2.3.3.4 Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

43

2.7.2.3.3.5 Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (privateself) dan masyarakat umum (the public) (Sarwono, 2006)

2.7.3

Perubahan Fisik pada Remaja Puteri Di antara perubahan yang terjadi, yang paling tampak nyata semasa

pubertas adalah meningkatnya berat badan, tinggi serta kematangan seksual. 2.7.3.1 Tinggi dan Berat Badan Lonjakan pertumbuhan terjadi 2 tahun lebih awal pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada anak perempuan hal ini dimulai sekitar usia 10 tahun dan berlangsung selama 2 1/2 tahun. Di awal masa remaja, remaja puteri cenderung lebih tinggi daripada remaja putera yang seusianya. Sejumlah 30 % tinggi badan di akhir usia remaja tidak dapat dijelaskan dengan melihat tinggi badan dai masa SD. Kecepatan pertumbuhan berat badan remaja kira-kira mengikuti jadwal perkembangan yang sama seperti pertumbuhan tinggi badan mereka. Sepanjang masa remaja awal, remaja putri cenderung lebih berat dari pada remaja putra. 2.7.3.2 Kematangan Seksual Urutan perkembangan perubahan fisik pada remaja putri diawali dengan membesarnya payudara atau rambut kemaluan mulai tumbuh. Kemudian tumbuh rambut ketiak, sejalan dengan perubahan tersebut, tinggi badan bertambah dan pinggul menjadi lebih besar daripada bahu. Menstruasi pertama datang agal lambat di akhir masa pubertas. Perubahan suara tidak terjadi pada remaja puteri di masa pubertas. Di akhir pubertas, payudara puteri menjadi lebih penuh dan membulat.

44

Tahap perkembangan payudara wanita: 2.7.3.2.1 2.7.3.2.2 Puting susu agak menonjol, sedang bagian lain dari dada masih rata. Tahap tunas payudara. Puting susu lebih menonjol dari pada tahap 1. Dada agak membusung dan ariola menjadi lebih besar dari pada tahap 1. 2.7.3.2.3 Ariola dan payudara menjadi lebih besar dari pada tahap 2.Ariolamasih tetap rata dengan payudara, belum tumbuh menonjol dari payudara. 2.7.3.2.4 Ariola dan puting susu membentuk tonjolan kecil mencuat di atas tonjolan payudara. 2.7.3.2.5 Tahap dewasa, payudara berkembang penuh, hanya puting susu yang mencuat ariola sudah mengikuti bentuk rata payudara.

45

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konseptual Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan suatu perilaku pencegahan kesehatan terhadap kelainan-kelainan yang terdapat pada payudara. Dorothea Orem (1914-2007) dengan selfcare theory memiliki asumsi utama adalah seseorang harus mandiri dan bertanggung jawab atas perawatan diri mereka sendiri. Salah satu faktor yang termasuk dalam perawatan diri adalah monitoring atau pengawasan dan pencegahan secara teratur. Untuk melakukan pencegahan atau memonitor suatu penyakit secara teratur dan mengambil suatu tindakan menurut konsep teori health belief model (HMB) diperlukannya pendidikan kesehatan dan media informasi.

(http://currentnursing.com) Menurut Benjamin Bloom (1908) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003:126) membagi prilaku itu ke dalam tiga domain (ranah/kawasan), yaitu: pengetahuan (knowledge), dan praktek/tindakan (practice). (Notoatmodjo, 2003:126) Jadi Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan sistem yang terdiri dari input, proses, dan output. Menurut L. James Havery sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

46

Mengacu kepada kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: input (remaja puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok), proses (pengukuran pengetahuan dan praktek/tindakan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI pada remaja puteri, intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI dan pengukuran pengetahuan dan praktek/ tindakan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI pada remaja puteri), output (Remaja mempunyai pengetahuan dan praktek/tindakan mengenai SADARI ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

Input

Proses pengukuran pengetahuan dan praktek/tindakan sebelum di berikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI pada remaja puteri.

Output

Remaja mempunyai Remaja Puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok intervensi dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. pengetahuan dan praktek/tindakan mengenai SADARI pengukuran pengetahuan dan praktek/tindakan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI pada remaja puteri.

47

3.2 Definisi Operasional No 1 Definisi Operasional Pengetahuan Hasil dari tahu sebelum yang dimiliki diberikan responden sebelum pendidikan dilakukan kesehatan intervensi oleh mengenai peneliti SADARI Variabel Cara Ukur Angket Alat Ukur Kuesioner Skala Ukur Ratio Hasil Ukur Indeks nilai pengetahuan

Ordinal Tinggi bila didapatkan nilai > median Rendah bila didapatkan nilai < median

Praktek/tind akan sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI

Keterampilan yang Observas Pedoman Ratio Indeks nilai dimiliki responden i observasi praktek/tindaka sebelum dilakukan n. demonstrasi Ordinal mengenai cara mampu apabila SADARI oleh diperoleh nilai > peneliti median Kurang mampu apabila diperoleh nilai < median

Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI

Hasil dari tahu yang dimiliki responden setelah responden mendapatkan intervensi berupa pendidikan kesehatan dari peneliti

Angket

Kuesioner

Ratio

Indeks nilai pengetahuan

Ordinal Tinggi bila didapatkan nilai > median Rendah bila didapatkan nilai < median

48

No 4

Definisi Cara Alat Skala Hasil Ukur Operasional Ukur Ukur Ukur Praktek/tind hasil dari stimulus Observasi Pedoman Ratio Indeks nilai akan dan penilaian observasi praktek/tindaka sesudah responden setelah n. diberikan dilakukan Ordinal pendidikan demonstrasi mampu apabila kesehatan mengenai SADARI diperoleh nilai > mengenai oleh peneliti median SADARI Kurang mampu apabila diperoleh nilai < median Variabel

3.3 Hipotesa 3.3.1 Ada perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI pada remaja puteri. 3.3.2 Ada perbedaan cara praktek/pelaksanaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI

49

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimental dengan rancangan yang digunakan adalah one group pretest-postest design. Di dalam desain ini pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen (O1), kemudian di berikan stimulus, dan pengukuran yang dilakukan setelah eksperimen (O2). Tanpa adanya kelompok pembanding, dengan derajat kepercayaan 95% (<0, 05). (Notoatmodjo, 2005) Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O1X O2 Keterangan: X = Intervensi O1 = Pengamatan sebelum intervensi O2 = Pengamatan setelah intervensi

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tentang perbedaan tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan remaja puteri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI di SMA Negeri 1 Kota Solok akan dilaksanakan pada tanggal 23 Mei-21 Juni tahun 2011.

50

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh remaja puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok dalam tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 430 responden.

4.3.2

Sampel Teknik penarikan sampel berjenis probabilita yaitu suatu teknik penarikan

sampel yang mendasarkan diri bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama dipilih sebagai sampel. Dengan teknik acak sistematis (Systematic Sampling) dengan membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang dibutuhkan. Sampel di ambil dengan kriteria: 4.3.2.1 Responden merupakan siswa puteri kelas 1 dan kelas 2 di SMA Negeri 1 Kota Solok tahun ajaran 2010/2011. 4.3.2.2 Diizinkan oleh pihak sekolah untuk menjadi responden dalam penelitian ini 4.3.2.3 Bersedia menjadi responden Kemudian besar sampel dihitung dengan menggunakan formula sederhana sebagai berikut:

51

Keterangan: d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat kepercayaan yang diinginkan (0,05) Z = Standar deviasi normal (1,95) p = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populasi q = 1,0-P N = Besarnya populasi n = Besarnya sampel Jadi: = 10,725n 10,725n 10,725n + 0,950625n n n = (10,75-0,25n)-3,8025 = 408,76875-0,950625n = 408,76875 = = 35,01

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang dengan sampel cadangan 10% (4 orang).

4.4 Pengumpulan Data Data dikumpulkan dan diukur sebanyak dua kali. Sebelum diberikan intervensi dan setelah diberikan intervensi. Sebelum diberikan intervensi pengukuran dilakukan pada tanggal 23 Mei 2011 dengan teknik angket menggunakan kuesioner dan teknik observasi menggunakan pedoman observasi

52

mengenai tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan remaja puteri sebelum diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. Dan setelah diberikan intervensi pada tanggal 24-25 Mei tahun 2011 berupa pendidikan kesehatan mengenai SADARI dan demonstrasi tentang cara SADARI dilakukan pengukuran yang kedua. pengukuran dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner dan teknik observasi menggunakan pedoman observasi mengenai tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI pada tanggal 1-20 Juni tahun 2011, untuk observasi praktek/tindakan dilakukan selama 3 minggu, dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan tenaga dengan membagi 3 kelompok yaitu pada minggu 1 dilakukan observasi sebanyak 10 orang, pada minggu ke-2 dilakukan observasi sebanyak 10 orang dan pada minggu ke-3 dilakukan observasi sebanyak 15 orang, dari hasil tersebut kemudian dijadikan kelompok eksperimen.

4.5 Prosedur Intervensi Pada penelitian ini ada beberapa prosedur intervensi yang dilaksanakan. Adapun prosedur-prosedur tersebut adalah: 4.5.1 Meminta izin kepada pihak sekolah yakni SMA N 1 Kota Solok untuk melakukan penelitian dan intervensi berupa pendidikan kesehatan. 4.5.2 Membuat kesepakatan dengan pihak sekolah berkenaan dengan tanggal, waktu, dan tempat dilaksanakannya intervensi berupa pendidikan kesehatan. Dan diperoleh kesepakatan yaitu penelitian dilakukan pada tanggal 23 Mei-21 Juni 2011 dengan memanfaatkan gedung aula dan ruangan PMI SMA negeri 1 Kota Solok.

53

4.5.3

Mengumpulkan siswa sesuai dengan jumlah 35 orang dan sampel yang terdiri dari 18 kelas yang telah ditetapkan.

4.5.4

Memberikan pendidikan kesehatan tentang kelainan pada payudara dan pendeteksiannya melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

4.5.5

Melakukan demonstrasi tentang cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh peneliti. Adapun langkah-langkah cara melakukan SADARI sebagai berikut: Sadari dapat dilakukan dengan berbagi posisi. Di depan cermin, duduk,

dan berbaring. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 4.5.5.1 Berdiri di depan cermin, lihat pada kedua payudara adanya sesuatu yang tidak wajar, seperti rabas dari puting, kerutan, lesung, atau sisik pada kulit. 4.5.5.2 Untuk mencatat adanya perubahan bentuk pada payudara, lakukan tindakan berikut: 4.5.5.3 Lihat ke cermin sambil mengangkat lengan di atas kepala. 4.5.5.4 Bertolak pinggang dengan sedikit menunduk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke depan. 4.5.5.5 Di kamar mandi atau di depan cermin, palpasi setiap payudara. Angkat lengan kanan dan gunakan tiga atau empat jari tangan kiri untuk mengeksplorasi payudara dengan cermat. Kemudian mulai pada tepi luar, tekankan bagian jari yang datar dengan gerakan memutar, lakukan gerakan tersebut dengan perlahan mengelilingi payudara, lakukan secara bertahap sampai ke puting. Beri perhatian khusus pada area di antara payudara ketiak dan rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak wajar. Ulangi proses tersebut pada payudara kiri.

54

4.5.5.6 Palpasi puting secara perlahan, cari adanya rabas. Jangan mencubit puting. 4.5.5.7 Ulangi langkah ketiga dan keempat sambil berbaring. Berbaring telentang dengan lengan kanan di atas kepala dan bantal kecil di bawah bahu kanan. Palpasi payudara kanan. ulangi proses tersebut pada payudara kiri. (Perry & Potter, 2005:1-5)

4.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 4.6.1 Teknik Pengolahan Data Data yang sudah diolah dikumpulkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 4.6.1.1 Editing Kegiatan ini untuk melihat setiap hasil pengukuran yang di isi oleh peneliti mengenai kelengkapan pengisian, sehingga data yang terkumpul dapat lengkap dan konsisten sesuai dengan nilai pengukuran tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. 4.6.1.2 Coding Pada tahap ini dilakukan pemberian angka pada hasil pengukuran terhadap tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI serta mengklasifikasikan jawaban dari responden dalam kategori-kategori. 4.6.1.3 Entry Dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan master tabel yang telah dibuat yang terdiri dari baris dan kolom.

55

4.6.1.4 Tabulasi Setelah melakukan editing dan coding maka dilakukan tabulasi data dan data dimasukkan ke dalam master tabel distribusi frekuensi.

4.6.2

Analisa Data

4.6.2.1 Univariat Analisa univariat dimaksud untuk menggambarkan kondisi variabel yang dibahas, setelah data yang terkumpul, kemudian diolah dengan proses komputerisasi menggunakan SPSS.15 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan analisa dengan cara data dikelompokkan sesuai dengan variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen. Analisa data dilakukan dengan teknik analisa data univariat di mana data variabel di sajikan dalam bentuk pengelompokan di mana tinggi apabila didapatkan nilai pengetahuan besar dari median dan rendah apabila didapatkan nilai pengetahuan kecil dari median. Median adalah datum yang membagi data menjadi dua kelompok, 50 persen data kurang dari nilai median dan 50 persen data lebih besar dari median. Pada data tunggal, pencarian nilai median dilakukan dengan cara mengurutkan data dari nilai terkecil ke nilai terbesar. Kemudian nilai tengah data yang telah diurutkan itu merupakan nilai median Di mana nilai median dapat di cari dengan rumus:

56

Keterangan: Lo = Tepi bawah dari kelas limit yang mengandung median, Me = Nilai median, n = Banyaknya data,

Fk = Frekuensi kumulatif sebelum kelas yang memuat median, f0 = Frekuensi kelas yang memuat median, c = Panjang intreval kelas.

4.6.2.2 Bivariat Pengujian hipotesa untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan menggunakan uji statistict-test. Sebelum didapatkan nilai t maka di cari terlebih dahulu nilai d yaitu nilai rata-rata deviasi selisih sampel 1 dan 2. Kemudian dengan formula yang telah di tentukan di cari nilai SD, setelah didapatkan nilai d dan SD maka kedua nilai tersebut dimasukkan ke dalam formula untuk mencari nilai t. Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik dengan membedakan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, artinya ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan praktek/tindakan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai SADARI. t= SD =

57

Keterangan: Xi n t d. : Nilai rata-rata : Jumlah alternatif : Nilai yang diobservasi : Jumlah populasi : Uji t : Rata-rata deviasi selisih sampel 1 dan 2

sd-d : Standar deviasi dari deviasi selisih sampel 1 dan 2

4.7 Pertimbangan Etik Sebagai pertimbangan etik, maka peneliti perlu meminta persetujuan seluruh responden di mana dalam penelitian ini adalah seluruh siswa puteri di SMA Negeri 1 Kota Solok yang diizinkan oleh pihak sekolah untuk terlibat dalam penelitian ini dengan menggunakan informed consent pada responden dan peneliti juga wajib merahasiakan nama responden dan data-data yang diberikan oleh responden kepada orang lain.

4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Tahap Pra Penelitian

4.8.1.1 Menentukan lokasi penelitian 4.8.1.2 Mengurus surat izin penelitian 4.8.1.3 Melakukan studi pendahuluan untuk merumuskan masalah 4.8.1.4 Menyusun proposal dan instrumen dengan bimbingan dosen pembimbing 4.8.1.5 Seminar proposal

58

4.8.2

Tahap Penelitian

4.8.2.1 Penyampaian informed consent 4.8.2.2 Pengisian kuesioner 4.8.2.3 Pengolahan data dan melakukan analisa data 4.8.2.4 Menyusun laporan penelitian 4.8.2.5 Sidang hasil penelitian

59

Anda mungkin juga menyukai