Anda di halaman 1dari 6

TUGAS METODE PENELITIAN BAHASA Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1.

Apa saja teknik analisis data yang diterapkan dalam teks tentang frase? 2. Teknik-teknik yang dimaksud pada nomor 1 digunakan untuk menjelaskan atau membuktikan apa? 3. Berikan contoh penerapan setiap teknik tersebut. Ketiga pertanyaan tersebut dapat dijawab per pertanyaan dan dapat dijawab secara terintegrasi. Teknik Analisis Data dalam Frase 1. Teknik Bagi Unsur Langsung Teknik bagi unsur langsung merupakan teknik dasar dalam analisis data bahasa. Teknik ini digunakan untuk menjelaskan frase identitas frase sebagai unsur kalimat. Contohnya adalah kalimat Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan dapat dibagi menjadi Dua orang mahasiswa sebagai subjek (S), sedang membaca sebagai predikat (P), buku baru sebagai objek (O), dan di perpustakaan sebagai keterangan (K). Hal tersebut untuk membuaktikan bahwa frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi atau tidak melampaui batas fungsi. Selain itu, teknik bagi unsur langsung juga digunakan untuk menjelaskan unsur-unsur frase. Sebagai contoh frase baju baru anak itu terdiri dua

unsure langsung, yaitu baju baru dan anak itu. Baju baru terdiri dari baju dan baru serta anak itu terdiri dari anak dan itu. 2. Teknik Lesap Teknik lesap digunakan untuk menjelaskan perbedaan frase endosentrik dan frase eksosentrik. Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsur maupun salah satu dari unsurnya. Hal ini dapat terbukti apabila salah satu unsurnya dilesapkan, bagian kalimat sisanya masih tetap gramatikal, sebagaimana tampak pada kalimat (2a) dan (2b) berikut. (2) Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan. (2a) Dua orang - sedang membaca buku baru di perpustakaan. (2b) - Mahasiswa sedang membaca buku baru diperpustakaan. Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya. Hal ini terbukti apabila salah satu unsurnya dilesapkan, bagian kalimat siasanya menjadi tidak gramatikal, sebagaimana tampak pada (3a) dan (3b) berikut. (3) Dua orang mahasiswa membaca buku di perpustakaan. (3a) *Dua orang mahasiswa membaca buku di (3b) *Dua orang mahasiswa membaca buku perpustakaan.

3. Teknik Sisip Teknik sisip digunakan untuk membuktikan hubungan setara unsur-unsur dalam frase endosentrik koordinatif. Kesetaraan hubungan unsur-unsur dalam frase endosentrik koordinatif dapat dibuktikan dengan menyisipkan kata dan atau atau. Misalnya suami istri dapat disisipi dan menjadi suami dan istri.

Metode Kontekstual
Pada dasa warsa menjelang berakhirnya abad ke20, pengaruh Linguistik Struktural memang tampak surut karena pada masa itu mulai berkembang teoriteori baru dalam linguistik. Teori-teori baru itu antara lain Fungsionalisme, Semiotika, Pragmatik, dan Linguistik Kritis. Karena muncul sesudah Linguistik Struktural bekembang cukup lama, teori-teori baru tersebut demi mudahnya dapat disebut sebagai teori Linguistik Pascastruktural. Teori-teori Linguistik Pascastruktural tersebut memiliki paradigma yang

berbeda dengan Linguistik Struktural. Linguistik Struktural meneliti bahasa dari aspek internalnya (intrisiknya), sedangkan Linguistik Pascastruktural tersebut mengkaji bahasa dari aspek eksternalnya (ekstrinsiknya). Dasar pandangan teori-teori Linguistik Pascastruktural adalah penggunaan bahasa manusia itu tidak semata berhubungan dengan faktor-faktor internal (di dalam) bahasa itu sendiri, tetapi juga sangat berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (di luar) bahasa. Istilah yang umum dikenal untuk menyebut faktor eksternal bahasa adalah konteks (context) atau komponen tutur (component of speech). Mazab-mazab dalam Linguistik Pascastruktural memiliki asumsi dasar bahwa dalam penggunaannya sebagai sarana komunikasi di masyarakat, bahasa itu tidak terisolasi dari lingkungannya. Bahasa berada dalam konteks penggunaannya. Pemahaman tentang konteks bahasa ini amat penting baik bagi pengirim pesan maupun bagi penerima pesan. Bagi pengirim pesan, konteks menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih bentuk-makna bahasa yang akan digunakan untuk mengungkapkan pesan. Bagi penerima pesan, konteks juga menjadi faktor perlu diperhitungkan dalam menangkap dan memahami pesan. Oleh karena itu, peneliti bahasa dalam menganalisis penggunaan bahasa perlu memperhitungkan konteks atau bahkan dapat menganalisis berdasarkan konteksnya. Analisis data bahasa dengan menguraikan konteks yang

mempengaruhi penggunaan bahasa disebut metode kontekstual atau dapat dipadankan dengan metode padan pragmatis dari Sudaryanto (1993). Ada beberapa istilah untuk menyebut konteks bahasa, antara lain componen of speech (Hymes 1972), komponen tutur (Poedjosoedarmo 1985), unsur berbahasa (Nababan 1987), pilar pembentuk bahasa (Sudaryanto 1995: 38). Hymes (1972), seorang pakar sosiolinguistik yang pendapatnya banyak dikutip dalam buku-buku sosiolinguistik di Indonesia, merinci lebih lanjut unsur-unsur konteks itu dengan akronim SPEAKING, yaitu S(etting and scene), P(articipants), E(nd, purpose, and goal), A(ct sequences), K(ey or spirit of act), I (nstrumentalities), N(orms of interaction and interpretation), G(enres). Poedjosoedarmo (1985) mengemukakan bahwa konteks itu meliputi (i) pribadi si penutur atau orang pertama, (ii) warna emosi si penutur, (iii) maksud atau kehendak si penutur, (iv) asal si penutur, (v) anggapan penutur terhadap kedudukan sosial dan relasinya dengan O2 (orang yang diajak berbicara), (vi) pertimbangan kepada orang ketiga (O3), (vii) adegan tutur, (viii) pokok pembicaraan, (ix) sarana tutur, (x) urutan bicara, (xi) lingkungan percakapan, dan (xii) norma kebahasaan lainnya. Nababan (1984: 7) merumuskan rincian konteks sebagai siapa berbicara dengan siapa, tentang apa (topik), dalam situasi (setting) yang bagaimana, dengan tutjuan apa, dengan jalur apa (tulisan, lisan , telegram, dan sebagainya), dan ragam bahasa yang mana.

Sudaryanto (1995: 38) memaparkan tiga pilar pembentuk bahasa, yaitu pembicara, isi bicara, dan mitra bicara. Dari berbagai unsur konteks itu, unsur yang sangat mempengaruhi corak penggunaan bahasa dalam komunikasi adalah pengirim pesan, pesan, dan penerima pesan. Dari tiga unsur itu, unsur konteks yang paling mempengaruhi corak penggunaan bahasa adalah pengirim pesan. Dalam komunikasi verbal, pengirim pesan memiliki kekuasaan yang besar dalam memperhitungkan konteks untuk memilih unsur-unsur bahasa yang akan digunakan untuk melambangkan dan mengungkapkan pesan. Bahkan pengirim pesan dapat menciptakan konteks melalui penggunaan bahasanya.

Anda mungkin juga menyukai