Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Konsep Diri Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang

terhadap dirinya. Menurut Rogers konsep diri merupakan konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari diri subjek atau diri objek dan persepsi-persepsi tentang hubungan-hubungan antar diri subjek diri objek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-perseepsi ini (Lindzey & Hall, 1993;201). Jika manusia mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberi arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada dirinya sendiri, hal ini menunjukan suatu kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya untuk melihat dirinya sebaimana ia lakukan terhadap objek-objek lain. Diri yang dilihat, dihayati, dialami ini disebut sebagai konsep diri (Fitts, dalam Agustiani, 2006:139). Menurut Hurlock (1978:237), pemahaman atau gambaran seseorang mengenai dirinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Gambaran fisik diri menurut Hurlock, terjadi dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Sedangkan gambaran psikis diri atau psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain. Menurut Hurlock (1978:238), konsep diri yang positif akan berkembang jika seseorang mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan good self esteem, good self confidence, dan kemampuan melihat diri secara realistik. Sifat-sifat ini memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain secara akurat dan mengarah pada penyesuaian diri yang baik. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positip terhadap segala sesuatu. Sebaliknya konsep diri yang negatif menurut Hurlock (1978:238) akan muncul jika seseorang mengembangkan perasaan rendah diri, merasa ragu, kurang pasti serta kurang percaya diri. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan tidak memiliki daya tarik terhadap hidup. Jadi konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya secara menyeluruh.

Konsep diri penting dalam mengarahkan interaksi seseorang dengan lingkungannya mempengaruhi pembentukan konsep diri orang tersebut.

Pembentukan Konsep Diri Konsep diri tidak dibawa sejak lahir tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit timbul sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Konsep diri manusia terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari kecil hingga dewasa. Bayi yang baru lahir tidak memiliki konsep diri karena mereka tidak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Menurut Allport (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21) bayi yang baru lahir tidak mengetahuui tentang dirinya. Rahmat (2000: 100), menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tapi juga penilaian diri anda tentang diri anda. Jadi konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Adanya proses perkembangan konsep diri menunjukan bahwa konsep diri seseorang tidak langsung dan menetap, tetapi merupakan suatu keadaan yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat berubah.

Faktor-faktor Pembentukan Konsep Diri Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri, antara lain: a. Usia Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia, dimana perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang dipujanya. Sedangkan remaja yang kematangannya terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa tidak dipahami sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri. Sedangkan masa dewasa konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan, dan pada usia tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental maupun sosial (Syaiful, 2008). b. Inteligensi Inteligensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian dirinya dan lebih

mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain dengan cara yang dapat diterima. Hal ini jelas akan meningkatkan konsep dirinya, demikian pula sebaliknya (Syaiful, 2008). c. Pendidikan Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya. Jika prestisenya meningkat maka konsep dirinya akan berubah (Syaiful, 2008). d. Status Sosial Ekonomi Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan hanya 38 % anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat konsep diri yang tinggi (dalam Skripsi Darmayekti, 2006:21). e. HubunganKeluarga Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, maka akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya. f. Orang Lain Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Bagaimana anda mengenal diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Sullivan (dalam Rakhmat, 2005:101) menjelaskan bahwa individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan dirinya, menyalahkan dan menolaknya, ia akan cenderung tidak akan menyenangi dirinya. Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101) mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan skala lima angka dari yang palin jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan

kesukaan orang lain terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain. Ternyata, orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya, harga diri sesuai dengan penilaian orang lain terhadap dirinya. g. Kelompok Rujukan (Reference Group) Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105), ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sebaliknya, orang yang memilikii konsep diri positif ditandai dengan lima hal: 1) Kemampuan mengatasi masalah. 2) Merasa setara dengan orang lain. 3) Menerima pujian tanpa rasa malu. 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. 5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Hamachek (dalam Rahmat, 2000: 106) menyebutkan 11 karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif: 1. Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-psinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tapi ia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah. 2. Mampu bertindak berdasarkan penelitian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-

lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya. 3. Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi

besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang. 4. Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia

menghadapi kagagalan atau kemunduran. 5. Merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun

terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain

terhadapnya. 6. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling

tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya. 7. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa

merasa bersalah. 8. 9. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan

keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula. 10. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan,

permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu. 11. Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama

sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.

Nu Ka 2..

Rabu, 18 Juni 2008

GANGGUAN KONSEP DIRI


A. PENGERTIAN Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dala??m berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual. Potter & Perry (1993), konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Beck William Rowles (1993), mendefinisikan konsep diri sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial & spiritual. Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai cara kita memandang diri kita secara utuh, meliputi: fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual,

dan pendirian B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri). 1. Teori perkembangan. Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. 2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat ) Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi. 3. Self Perception ( persepsi diri sendiri ) Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu: Respon Adaptif Respon Maladaptif Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kekacauan Depersonalisasi diri positif rendah identitas C. PEMBAGIAN KONSEP DIRI Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ), yang terdiri dari : 1. Gambaran diri ( Body Image ) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari

lingkungan ( Keliat ,1992 ). Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresorstresor tersebut dapat berupa : Operasi. Seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain lain. Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. Tergantung pada mesin. Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan. Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri. Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder. Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti : 1. Syok Psikologis. Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. 2. Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya. 3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap. Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu : 1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah. 2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. 3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri. 4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh. 5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang. 6. Mengungkapkan keputusasaan. 7. Mengungkapkan ketakutan ditolak. 8. Depersonalisasi. 9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh. 2. Ideal Diri. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan citacita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanakkanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu : 1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya. 2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri. 3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri. 4. Kebutuhan yang realistis. 5. Keinginan untuk menghindari kegagalan . 6. Perasaan cemas dan rendah diri. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ). 3. Harga diri . Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri

yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti : Perkembangan individu. Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna. Ideal Diri tidak realistis. Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapatdicapai, seperti cita cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang. Gangguan fisik dan mental Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri. Sistim keluarga yang tidak berfungsi. Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual. Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma,mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma. 4. Peran. Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran

dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah : 1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran. 2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan . 3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban. 4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. 5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran. Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu : 1. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan . Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya. 3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya. 4. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti : Transisi Perkembangan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri. Transisi Situasi. Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan. Transisi sehat sakit. Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman. Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh : 1. Konflik peran interpersonal

Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras. 2. Contoh peran yang tidak adekuat. 3. Kehilangan hubungan yang penting 4. Perubahan peran seksual 5. Keragu-raguan peran 6. Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan proses menua 7. Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran 8. Ketergantungan obat 9. Kurangnya keterampilan sosial 10. Perbedaan budaya 11. Harga diri rendah 12. Konflik antar peran yang sekaligus di perankan Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda dan gejala, seperti : 1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran 2. Mengingkari atau menghindari peran 3. Kegagalan trnsisi peran 4. Ketegangan peran 5. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran 6. Proses berkabung yang tidak berfungsi 7. Kejenuhan pekerjaan 5. Identitas Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut. Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai dengan: a. Memandang dirinya secara unik b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima dirib dan dapat mengontrol diri. d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan seseorang, seperti : 1. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain 2. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya

3. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis 4. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya 5. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang 6. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991) D. KEPRIBADIAN YANG SEHAT Bagaiman individu berhubungan dengan orang lain merupakan inti dari kepribadian Kepribadian tidak cukup di uarikan melalui teori perkembangan dan dinamika diri sendiri. Berikut ini adalah pengalaman yang akan dialmi oleh individu yang mempunyai kepribadian yang sehat (stuart dan Sudden, 1991 ) Gambaran diri yang positif dan akurat Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai dengan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri sendiri, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Ideal diri realistis Individu yang mempunyai ideal diri yang realitas akan mempuynai tujuan hidup yang dapat dicapai. Konsep diri positif Konsep diri positif menunjukkan bahwa individu akan sukses dalam hidupnya. Harga diri tinggi. Seorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seorang yangberarti dan bermanfaat. Ia memanding dirinya sangat sama dengan apa yang ia inginkan. Kepuasan penampilan peran Indiviu yang mempunyai kepribadian sehat akan mendapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen. Identitas jelas. Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dan mecapai keadaan E. GANGGUAN KONSEP DIRI a. Pengertian Gangguan konsep diri adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan dirinya sendiri yang negatif1.Gangguan citra tubuh Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Sitesor pada tiap perubahan adalah Perubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat penyakit Perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi, suntikan daerah pemasangan infus.Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam tubuh.perubahan fungsi berbagaipenyakit yang dapat merubah sistem tubuh Keterbatasan gerak, makan,

kegiatan. Makna dan objek yang sering kotak, penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain) Tanda dan gejala gangguan citra tubuh : 1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 2.Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi 3.Menolak penjelasan perubahan tubuh 4.Persepsi negatif pada tubuh 5.Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang 6.Mengungkapkan keputusasaan 7.Mengungkapkan ketakutan 2. Gangguan Ideal Diri Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut. Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai. Tanda dan gejala yang dapat dikaji 1. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisaa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola. 2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa sembuh pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelahsehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah. 3.Gangguan Harga Diri Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara : 1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang tidak sopan (pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan perincal) b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit. c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. 2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Tanda dan gejala yang dapat dikaji 1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker. 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit, menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.

3. Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa. 4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. 5. Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. 6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan. 4. Gangguan Peran Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosialo klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah : Peran dalam keluarga Peran dalam pekerjaan/sekolah Peran dalam berbagai kelompok Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di rumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa. Tanda dan gejala yang dapat di kaji 1.Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran 2.Ketidakpuasan peran 3.Kegagalan menjalankan peran yang baru 4.Ketegangan menjalankan peran yang baru 5.Kurang tanggung jawab 6.Apatis/bosan/jenuh dan putus asa 5. Gangguan Identitas Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas dapat terganggu, karena. Tubuh klien di kontrol oleh orang lain. Misalnya : Pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.Ketergantungan pada orang lain. Misalnya : untuk self-care perlu dibantu orang lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu. Perubahan peran dan fungsi. klien menjalankan peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat di jalankan. Tanda dan gejala yang dapat di kaji 1.Tidak ada percaya diri 2.Sukar mengambil keputusan 3.Ketergantungan 4.Masalah dalam hubungan interpersonal 5.Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan 6.Projeksi (menyalahkan orang lain). b). Faktor resiko penyimpangan konsep diri 1.Personal Identity Disturbance

o Perubahan perkembangan o Trauma o Ketidaksesuaian Gender o Ketidaksesuaian kebudayaan 2.Body Image Disturbance o Kehilangan salah satu fungsi tubuh o Kecacatan o Perubahan perkembangan 3.Self Esteem Dusturbance o Hubungan interpersonal yang tidak sehat o Gagal mencapai perkembangan yang penting o Gagal mencpaai tujuan hidup o Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu o Perasaan tidak berdaya o Gagal dalam kehidupan dengan moral tertentu o Perasaan tidak berdaya 4.Altered Role Peformance o Kehilangan nilai peran o Dua harapan peran o Konflik peran o Ketidakmampuan menemukan peran yang diinginkan F. Pengkajian Konsep Diri a.Faktor predisposisi 1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi. 2. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural. 3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial. b. Stresor Pencetus a). Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian mengancam kehidupan b). Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran : 1). Transisi peran perkembangan 2). Transisi peran situasi 3) Transisi peran sehat /sakit c. Sumber-sumber koping o Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi : o Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah o Hobby dan kerajinan tangan o Seni yang ekspresif o Kesehatan dan perawan diri o Pekerjaan atau posisi o Bakat Tertentu

o Kecerdasan o Imajinasi dan kreativitas o Hubungan interpersonal d. Mekanisme Koping o Pertahanan koping dalam jangka pendek o Pertahanan koping jangka panjang o Mekanisme pertahanan ego Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang tersebut harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1.Persepsi psikologis : Bagaimana watak saya sebenarnya ? Apa yang membuat saya bahagia atau sedih ? Apakah yang sangat mencemaskan saya ? 2.Persepsi Sosial Bagaimana orang lain memandang saya ? Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih? Apakah mereka membenci atau menyukai saya ? 3.Persepsi Fisis Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya ? Apakah saya orang yang cantik atau jelek ? Apakah Tubuh saya kuat atau lemah ? Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang dikaji : 1). Identitas Dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain : Karakteristik dan kekuatan 2). Body Image Dapatkah anda mejnelaskan keadaan tubuh anda kepada saya Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda Apakah ada bagian dari tubuh anda, yang ingin anda rubah 3). Self esteem Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas Ingin jadi siapakh anda Siapa dan apa yang menjadi harapan anda Apakah harapan itu realistis ? Siginifikan : Apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai dan tidak dihargai ? Siapakah yang paling penting bagi anda Competence : Apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam mengerjakan sesuatu untuk kepentingan hidup anda ? Virtue : Pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan hidup bila dihubungkan dengan standar moral yang dianut. Power : Pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang terjadi dalam hidup anda. Apa yang kamu rasakan 4). Role Performance Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan segala sesutu sesuai peran anda ? Apakah peran saat ini membuat anda puas ? Gangguan Konsep Diri

Mekanisme koping jangka pendek (krisi indentitas), yaitu aktivitas yang memberi: Kesempatan lari sementara dari krisis Kesempatan mengganti identitas Kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri (identitas yang kabur) Arti dari kehidupan Gangguan Koping Jangka Panjang Bila koping jangka pendek tidak terselesaikan Penyelesaian positif menghasilkan integritas ego, identitas dan keunikan individu Konsep diri yang sehat PROSES KEPERAWATAN PENGKAJIAN Factor prdisposisi factor mempengaruhi harga diri pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan dan ketidakpsatian diri. Anak yang tidak menerima kasih saying maka anak tersebut akan gagal mencinati dirinya dan orang lain. Individu yag kurang mengertia akan arti dan tujan kehidupan akan gagal menerima tagungjawab untuk diri sendiri. Ia akan tegantung pada lain gagal mengembangkan kemamapuan sendiri. Ia mengingkari kebebasan menekspresi sesuatu termasuk ekmungkanan berbuat salah dab menjadi kasar dan banyak menuntut diri sendiri. Ideal diri yang di tetapkan tidak dapa dicapai. factor yang mepengaruhi penampilan peran peran yang sesua dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurangbhangat, kurang ekpresif disbanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak siperti lazimnya maka akan men9imbulkan konflik didalam diri mapun hubungan social. Misalnya wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari factor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yanbg berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran. factor yang mempengaruhi identitas diri. Orang tua yang selalu curiga pada anakmakan menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Control orang tua yang tepat pada anak-anak remaja akan menimbulkan perasaan benci anak pada orang tua. Teman sebayanya merupkan factor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibtuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya. Factor Presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindkan

oiperasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berate; pola asuh anak yang tidak tepat, misalanya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal betangguang jawab terhadap diri sendiri. Sepanjang kehidupan individu yang serinng menghadapi transisi peran,. Meleis (Stuart dan sudden 1991) mengidentifikasi 3 kategori transisi peran, perkembangan, situasi dan sehat sakit, v Transisi perkembangan setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilalkui inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapt merupakan stressor bagi konsep diri. v Transisi situasi transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah dan berkurang orang yang berarti malalui kelahiran atau kematian , misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. v Transisi sehat sakit. stressor pada tubh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan brakibat perubbahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri. Perubahan tubuhf dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh factor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman. Perilaku Data yang di kumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data-data perilaku yang objektif dapat di amati. Periloaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan Sundeent, 19991) yaitu yang identitas kacau dan defersonalisasi dapat di lihat pada table berikut: Perilaku dengan Harga Diri yang Rendah kritik diri sendiri atau orang lain. Produktifitas menurun Destruktif pada orang lain Gangguan berhubungan Perasaan yang berlebihan tentang pentingnya dirinya Perasaan tidak layak Perasaan bersalah Mudah marah dan tersinggung Rasa negative terhadap diri sendiri Pandangan hiduip yang pesimis Keluhan fisik Pandangan hidup terpolarisasi Menolak kemampuan diri sendiri Mengejek diri sendiri Merusak diri

Isolasi social Gangguan penggunaan zat Menarik diri dari realitas Khawatir Ketegangan peran. 2. Perilaku dengan Identitas yang kacau Tidak mengindahkan moral Kontradiksi cirri kepribadian Mengurangi hubungan intrapersonal Perasaan kekosongan Perasaan tentang diri yang berubah-ubah Kekacauan identitas seksual Kecemasan yang tinggi Tidak mampu berempati dengan orang lain Kurang keyakinan diri Cinta diri sendiri yang patologi Masalah dalam hubungan intim Kekacauan dan kehilangan identitas sesaat 3. Perilaku dengan Depersonalisasi Afek Persepsi Kognitif Perilaku Identitas hilang Asing dengan diri sendiri Perasaan tidak ama, rendah diri, takut malu Perasaan tidak relaistis Merasa sangat terisolasi Kurang perasaan yang berkesinambungan. Tidak mampu mencapai kepuasan atau perasaan tuntas. Halusinasi pendengarandan penglihatan Tidak yakin akan jenis kelaminnya. Sukar emmbadakan diri dengan orang lain Gamabaran diri terganggu. Pengalaman kehidupan bagaikan mimpi Kacau Disorientasi waktu Penyimpangan pikiran Daya ingat terganggu Daya nilai terganggu Afek tumpul Pasif dan tidak ada respon emosi Komunikasi tidak selaras Tidak dapat mengontrol implus Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan Menarik diri dari lingkungan

Spontanitas dan semangat berkurang 4. Mekanisme Koping Dapat berguna untuk individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan. Perthanan diri dapat dibagi 2 yaitu mekanisme koping janka pendek dan mekanisme jangka panjang. Uraian mekanisme dapat dilihat sebagai berikut: Jangka pendek 1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari semntara dari krisis identitas: (musik keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, menonton Tv terus menerus) 2. Kegiatan mengganti aktifitas sementara: (ikut keompok social, keagamaan, politik ). 3. Kegiatanyang memberi dukungan semnetara; (kompetensi olahraga, kontes populeritas) 4. Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas semntara: (penyalahgunaan obatobatan). Jangka panjang 1. Menutupi identitas: Terlalu cepat mengadopsi identitas yang senangi dari seorang yang berarti, tanpa menindahkan hasrat, apreasiasi atau potensi diri sendiri. 2. Identitas negative Yaitu asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah: Fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan pada orang lain. DIAGNOSA KEPERAWATAN MASALAH KEPERAWATAN Dari pengkajian seluruh komponen konsep diri dapat disimpulkan masalah keperawatan, yaitu; gangguan harga diri: harga diri rendah situasional atau kronik gangguan citra tubuh ideal diri tidak realitas gangguan identitaspersonal perubahan penampilan peran ketidak berdayaan isolasi social:menatik diri resiko prilaku kekerasan tindakam pada gangguan konsep diri focus tindakan adalah peda tingkat penilaian kognitif pada kehidupan, yang terdiri dari persepai, keyakinana dan kepribadian. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan nya juga hal yang penting. Setelah mengevaluasi epnilaian kognitif dan kesadaran perasaan ,klien menyadari masalah dan kemudian merubah prilaku. Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlehat daroi keajuan klien meningkat ketingkat berikutnya. Tindakan kepeearawatan dibagi 5 tingkat (stuart dan Sundeen, 1991) memperluas kesadaran diri (expended self-awareness) Prinsip Rasional

Tindakan keperawatan Meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya. Menurunkan ancaman dari sikap perawat terhadap klien dan membantu klien memperluas dan menrima semua aspek kepribadiannya. 1. tindakan penrimaan yang tidak kaku. 2. dengarkan klien 3. dorong mendiskusikan pikiran dan perasaan klien. 4. beri respon yang tidak menghakimi 5. tunjukkan bahwa klien adalah individu yang berharga yang bertangguang jawab terhadap dirinya dan dapat membantu dirnya sendiri. Pohon Masalah 1 Perubahan Penampilan Peran Gangguan Harga Diri; Harga Diri Rendah Gangguan Citra Tubuh Masalah utama Diagnosa keperawatan: perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh. Gangguan Harga Diri; Harga Diri Rendah Keputusasaan Ideal Diri Tidak RealistisPohon masalah 2 Diagnosa keperawatan keputusasaaan berhubungan dengan harga diri rendah gangguan harga diri ; harga diri rendah berhubungan dengan idel diri tidak realistis Gangguan Citra Tubuh Gangguan Harga Diri; Harga Diri Rendah Isolasi Social:Menarik DiriPohon Masalah 3 Diagnosa keperawatan; Isolasi social; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Pada makalah ini akan diuraikan tindakan keperawatan pada dua diagnosa, yaitu: perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah. Gangguan harga diri; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh. 1. Diagnosa keperawatan : perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah. Tujuan umum: Klien dapat menunjukkan peran sesuai dengan tanggungjawabnya. Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Klien dapt menetapkan (merncankan) kegiatan sesuai yang dimilki Klien melakukan tindakan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada. Tindakan keperawatan. 1. Bina hubungan saling percaya. Salam terapeutik Perkenalkan diri Jelaskan tujuan interaksi Ciptakan lingkungan yang tenang. Buat kontrak yng jelas (apa yang dilakukan /bicarakan, waktu) 2. Beri kesempatan unutk mengungkapkan perasaan (apa yang dilakukan/bicarakan, waktu) 3. Sediakan waltu untuk mengungkapakan tentang penyakit yang diderita. 4. Katakana pada klien bertambah satu orang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 5. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien. Dapat di mulai bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik, kemampuan lin yang dimilki oleh klien , aspek positif (keluarga lingkunngan) dimilki klien. Jika klien tidak mampu mengidntifikasi maka dinali oleh perawat memberi reinforcement terhadap aspek poasitif klien. 6. Setiap bertemu klien, hibdarkjan memberi penilain negative.utamakan memberikan pujian realistis. 7. Diskusikan kemampuan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selamam sakit. Misalnya: penampilan klien dalam self care latihan dan ambulasi serta aspek asuhan terkait denga gangguan fisik yang dialami oleh klien. 8. Diskusikan pada kemampuan yang dapat dilanjutkan pengguanannya setelah pulang sesuai dengan kondisi pasien. 9. Rencanakan bersama oleh aktifitas yuang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan:kegiatan mandiri, kegiatan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total. 10. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien. 11. Beri kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaukannya) 12. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 13. Beri pujian atas keberhasilan klien. 14. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah. 15. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawt klien harga diri rendah. 16. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Hasil yang diharapkan: Klien menungkapkan perasaanya terhadap penyakit yang diderita. Klien menyebutkan aspek dan kemampuan dirinya (fisik, intelektual, system pendukung). Klien berperan serta dalam perawtrn dirinya. Percaya diri klien dengan mentpkan keinnginan atau tujuan yang realistis. Diagnosa keperawatan: gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

Tujuan umum: Klien menunjukkan peningkatan harga diri. Tujuan khusus: Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya. Klien mengidentifikasi perubahan citra tubuh. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bebntuk atau fungsi tubuh. Klien dapat menyusun cara-cara menyelasaikan masalah yang dihadpi. Klien dapat melakukan tindakn pengembalian intergritas tubuh. Tindakan keperawatan 1. Bina hubungan perawat yang terpeutik o Salam terapeutik o Komunikasi terbuka, jujur dan empati. o Sediakan waktu untuk mendengarkan klien. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh. o Lakukan kontrak untuk program arahan keperawtan/pendapatan ksehatan , dukungan dan konseling. 2. Diskusikan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh 3. Observasi ekpresi klien pada saat berbicara. 4. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yamng dimilki (tubuh, intelektual, keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi. 5. Beri pujian terhadap aspek yang positif dan kemampuan yang masih dimilki klien. 6. Doroing klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan keperawatan secara bertahap. 7. Libatkan klien dalam kelompok klien dengan masalah gangguan citra tubuh. 8. Tingkatkan dukungan keluarga terutama pasangan. 9. Diskusikan cara-cara (booklet, leaflet) sebagai sumber informasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dapak perubahan struktur, bentuk dan fungsi tubuh. 10. Dorong klien memilih cara yang sesuai bagi klien. 11. Bantu klien melakukan cara yang dipilih 12. Bantu klien mengurangi perubahn citra tubuh. Misalnya protesa untuk bagian tubuh bertemu tongkat. 13. Rehabilitas bertahap bagi klien Hasil yang harapkan: Klien dapat menerapkan perubahan Klien memiliki beberapa cara mengatsi perubahan yang terjadi. Klien beradaptasi dengan cara yang dipilh dan digunakan.

Anda mungkin juga menyukai