Anda di halaman 1dari 14

REFLEKSI KASUS PINGUECULA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program

Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh : Dimas Arianto 01.208.5633 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2013

BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat : Tn. A T : 26 tahun : Laki-laki : Islam : TNI ,bakormed : Yon Armed 3, Magelang

Tanggal pemeriksaan : 13 Juni 2013 II. ANAMNESIS Dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 13 Juni 2013 jam 10.30. Keluhan Utama :

Mata kiri terasa seperti ada yang mengganjal. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan mata kiri seperti ada yang mengganjal, tidak gatal, tidak perih, tidak nerocos dan terdapat benjolan berwarna kuning pada selaput mata kiri, tidak didapatkan gangguan penglihatan. Keluhan sudah dirasakan oleh pasien sejak seminggu yang lalu. Pasien bekerja sebagai anggota TNI yang berada pada bidang Bakormed yang bekerja mengukur medan, yang menyebabkan matanya sering terpapar matahari, debu dan angin. Pasien mengaku jarang

menggunakan topi dan tidak pernah menggunakan kacamata saat bekerja. Oleh karena pasien sering terpapar angin dan debu, pasien sering kali merasa ada sesuatu yang menempel di matanya lalu mengucek matanya. Sebelumnya penderita belum pernah menggunakan kacamata untuk memperbaiki penglihatannya dan juga menyangkal adanya gangguan dalam membaca. Pasien juga mengaku merasa tidak ada kemasukan benda asing ke matanya. Karena dirasakan sangat mengganggu aktifitas kemudian pasien datang ke poli mata RST Magelang untuk memeriksakan diri. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat terpapar sinar matahari terus menerus, angin dan debu (+) Riwayat penyakit mata disangkal Riwayat penyakit gula (DM) disangkal Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal Riwayat memakai kacamata disangkal Riwayat Operasi yang berhubungan dengan mata disangkal Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena bahanbahan kimia, terbentur benda tumpul atau benda tajam disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti pasien

III.

PEMERIKSAAN FISIK A. STATUS GENERALIS Keadaan Umum : Baik Kesadaran Tanda Vital : Composmentis Tekanan Darah Nadi Pernapasan Suhu Status gizi : Baik : 120/80 mmHg : 80 kali/menit : 20 kali/menit : 36C

B. STATUS OFTALMOLOGI Gambar: OD OS

pinguecula

OCULUS DEXTER (OD) 6/6 Gerak bola mata normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Edema (-), hiperemis(-), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-) Edema (-), hiperemi (-),sekret (-) injeksi konjungtiva (-), injeksi silier(-), infiltrat (-)

PEMERIKSAAN Visus

OCULUS SINISTER (OS) 6/6 Gerak bola mata

Bulbus okuli

normal, enoftalmus (-), eksoftalmus (-), strabismus (-) Edema (-), hiperemis(-), nyeri

Palpebra

tekan (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-), ektropion (-), entropion (-) Edema (-), hiperemi

Konjungtiva

(-), sekret (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi siliar (-),terdapat bangunan patologis penonjolan selaput putih kekuningan dari arah nasalis

masuk daerah Kejernihan (+), mengkilat (+), edema (-), lacrimasi (-), infiltrat(-), keratik presipitat (-), ulkus (-), sikatrik (-), flouresin test (tidak dilakukan pemeriksaan), Fistel test (tidak dilakukan),keratoscopplacido ( tidak dilakukan) Kornea limbus, infiltrat (-) Kejernihan (+), mengkilat (+), edema (-), lacrimasi (-), infiltrat(-), keratik presipitat (-), ulkus (-), sikatrik (-), flouresin test (tidak dilakukan pemeriksaan), Fistel test (tidak dilakukan), keratoscopplacido Jernih, kedalaman (tidak dilakukan pemeriksaan) normal, hipopion (-), hifema (-), efek tindal (tidak dilakukan pemeriksaan) Camera Oculi Anterior (COA) (tidak dilakukan) Jernih, kedalaman (tidak dilakukan pemeriksaan) normal, hipopion (-), hifema (-), efek tindal (tidak dilakukan Kripta normal, warna coklat, edema (-), sinekia (-), atrofi (-), iris shadow (-) Bentuk bulat, diameter 2mm, reflek pupil (+), isokhoris (+) Pupil Iris pemeriksaan) Kripta normal, warna coklat, edema (-), sinekia (-), atrofi (-), iris shadow (-) Bentuk bulat, diameter 2mm, reflek pupil (+),

Jernih, iris shadow (-), bentuk normal Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Normal

Lensa

isokhoris (+) Jernih, iris shadow (-), bentuk normal Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Normal

Fundus Refleks Funduskopi TIO

IV. DIAGNOSA BANDING OS : 1. Pinguekula : dipertahankan karena ditemukan nodul berwarna kekuningan pada konjungtiva bulbi dari arah nasal masuk ke limbus kornea, dan memiliki riwayat paparan sinar matahari, debu, dan angin. 2. Pterygium : disingkirkan karena tidak didapatkan lipatan konjungtiva berbentuk segitiga kearah kornea dari sisi nasal maupun temporal 3. Pseudopterygium : disingkirkan karena tidak didapatkan adanya riwayat trauma pada kornea dan tidak ada perlekatan antara konjungtiva dan kornea 4. OS corpus alenum : disingkirkan karena dari pemeriksaan tidak ditemukan adanya benda asing dimata dan tidak ada riwayat trauma VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG VII. DIAGNOSA KERJA OS Pinguecula VIII. TERAPI Terapi medikamentosa

1. Topical : Cendo polidex S 4 dd gtt I ODS 2. Oral : Neurodex tab S 0-0-1 IX. PROGNOSIS OCULUS DEXTER (OD) OCULUS SINISTER (OS) Quo Ad Visam Quo Ad Sanam : : Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Functionam : Quo Ad Kosmetikam : Quo Ad Vitam X. USUL DAN SARAN o :

Pasien sebaiknya menggunakan topi dan kacamata saat bekerja untuk mengurangi paparan terhadap sinar matahari, debu, dan angin yang merupakan salah satu factor resiko pinguecula.

o o

Pasien disarankan untuk kembali lagi berobat apabila masih terasa gejalagejala Menjelaskan pada pasien bahwa pinguecula merupakan benjolan kekuningan pada selaput bening mata yang jarang membesar, dan tidak memerlukan tindakan operatif. namun pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi peradangan pingueculitis dan pterygium.

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi pada pinguecula jarang terjadi, tetapi pinguecula iritans dapat menyebabkan peradangan ( pingueculitis). Beberapa kejadian menerangkan bahwa pinguecula juga dapat berkembang menjadi pterygium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Pinguecula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Keadaanya tampak berupa nodul keputihan pada kedua sisi kornea ( lebih banyak pada sisi nasal) di daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas jaringan hialin dan jaringan elastik kuning, jarang tumbuh menjadi besar. B. ETIOLOGI Etiologi dari pinguecula tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Pinguecula diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak karena sering terdat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. C. FAKTOR RISIKO Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pinguecula adalah lingkungan dengan paparan ultraviolet yang tinggi, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herditer. 1. Radiasi ultraviolet Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab timbulnya pinguecula adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet diabsorbsi konjungtiva menghasilkan kerusakan sel proliferasi sel. Paparan sinar ultraviolet ini dapat menyebabkan efek mutagenik pada sel. Respon biologis pada sinar ini berefek akut dan kronis. Paparan ultraviolet tertinggi terdapat biasanya pada daerah khatulistiwa dan pada dataran tinggi. Efek ultraviolet ini menyebabkan mutasi gen p53

suppressor tumor gen) sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan

tumor pada konjungtiva. 2. Iritasi kronik Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area konjungtiva merupakan pendukung terjadinya pinguecula. Iritasiyang disebabkan oleh debu mengakibatkan lisisnya lapisan lipid pada film air mata dan prosesnya berlangsung terus menerus dan berlangsung lama sehingga memepengaruhi permukaan konjungtiva. Kelembaban yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu, turut berperan mempengaruhi kelembaban konjungtiva yang akhirnya dapat mengakibatkan timbulnya pinguecula. D. GEJALA KLINIK Pinguecula biasanya tanpa disertai gejala khas, timbul nodul kecil kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih kekuningan dan stasioner. Bagian sentral melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki kornea dan menggantikan epitel, juga membran Bowman, dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan ini mendekati pupil. Biasanya didapat pada orang-orang yang banyak berhubungan dengan angin dan debu, terutama pelaut dan petani. Kelainan ini merupakan kelainan degenerasi yang berlangsung lama. Bila mengenai kornea, dapat menurunkan visus karena menimbulkan astigmat dan juga dapat menutupi pupil, sehingga cahaya terganggu perjalanannya. pinguecula juga dapat meradang dan berwarna merah, terasa mengganjal disertai mata yang berair.

E. DIAGNOSIS BANDING

a. Pseudopterygium Apabila terjadi ulkus kornea atau kerusakan permukaan kornea, dapat terjadi bahwa dalam proses penyembuhan, konjungtiva menutupi luka kornea tersebut, sehingga terlihat seolah-olah konjungtiva menjalar ke kornea. Pada pseudopterygium dapat dimasukkan sonde di bawahnya, dan tidak bersifat progresif. Pseudopterygium kosmetik. b. Pannus Merupakan pertumbuhan pembuluh darah ke dalam sekeliling kornea. Pada individu normal, kornea seharusnya avaskuler, hipoksia lokal kronis (seperti pada penggunaan contact lens berlebihan) atau inflamasi dapat menyebabkan vaskularisasi di sekeliling kornea. Pannus juga dapat terjadi pada penyakit stem cell kornea seperti aniridia. c. Pterygium Pterygium dapat berupa berbagai macam perubahan fibrovaskular pada permukaan konjungtiva dan pada kornea. Penyakit ini lebih sering menyerang konjungtiva nasal dan akan meluas ke kornea bagian nasal. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik sering didapatkan berbagai macam keluhan, mulai dari tidak ada gejala yang berarti sampai mata menjadi sangat merah, mata gatal, iritasi, berair, dan pandangan kabur, disertai jejas pada konjungtiva yang membesar. tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan kecuali sangat mengganggu visus atau alasan

F. PENATALAKSANAAN Kelainan ini juga terdapat pada konjungtiva bulbi, baik bagian nasal maupun bagian temporal, di daerah celah kelopak mata. Pinguekula terlihat sebagai penonjolan berwarna putih kuning keabuan berupa hipertrofi, yaitu penebalan selaput lendir. Pada umumnya pinguekula tidak memerlukan pengobatan. Pinguekula yang menunjukkan adanya peradangan, diobati dengan steroid untuk mempercepat redanya peradangan. G. KOMPLIKASI Komplikasi pada pinguecula jarang terjadi, tetapi pinguecula iritans dapat menyebabkan peradangan ( pingueculitis). Beberapa kejadian menerangkan bahwa pinguecula juga dapat berkembang menjadi pterygium. H. PENCEGAHAN Secara teoritis adalah dengan memperkecil terpaparnya radiasi UV untuk mengurangi risiko berkembangnya pinguecula pada individu yang mempunyai risiko lebih tinggi. Pasien disarankan untuk menggunakan kacamata atau topi pelindung dari cahaya matahari. Pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di daerah tropis dan subtropik atau pada pasien yang memiliki aktivitas di luar dengan suatu risiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet, misalnya memancing, berkebun, atau pekerja bangunan. Jadi sebaiknya untuk para pekerja lapangan dianjurkan untuk menggunakan kacamata dan topi pelindung . DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S. 2003.Ilmu Penyakit Mata, Edisi kedua. Jakarta: Balai Penelitian FKUI. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). 2006. Editor Tahjono. Dalam panduan manajermen klinik PERDAMI. CV Ondo Jakarta Tan, D.T.H.2002. Ocular Surface Diseases Medical and Surgical Management. New York: Springer. 65 83 Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai