Anda di halaman 1dari 30

STATUS PENDERITA I.

IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Berat Badan Jenis Kelamin Nama Ayah Pekerjaan Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ibu Agama Alamat Tanggal masuk No. CM II. ANAMNESIS Anamnesis diperoleh dengan cara autoanamnesis penderita dan aloanamnesis terhadap ibu penderita. Pohon Keluarga
Keterangan

: An. M : 7 tahun : 17 kg : Laki-laki : Tn T : Buruh : Ny M : Ibu Rumah tangga : Islam : Pucang Sawit 01/10 Jebres SKA : 1 januari 2011 pukul 12.00 WIB : 01045298

Tanggal Pemeriksaan : 1 Januari 2011 pukul 15.00 WIB

: laki-laki : : perempuan : penderita An M, 7 tahun, 17 Kg

A. Keluhan Utama Panas B. Riwayat Penyakit Sekarang 12.00 WIB II I Senin

III

IV

Selasa Rabu Rabu Kamis Kamis Jumat Sabtu

Penderita datang dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS Moewardi. Nyeri kepala (+), batuk (-), pilek (-), muntah (-), diare (-). 4 hari SMRS pasien berobat ke dokter umum mendapat 3 macam obat tapi tidak tahu isi dan jenis obatya. Setelah diberi obat panas turun kemudian naik lagi. Selama sakit BAB tidak ada kelainan. 1 hari SMRS pasien berobat ke puskesmas mendapat tiga macam obat (tap tidak tahu jenis dan merknya). Pasien mimisan satu kali ,5-6 kali berhenti sendiri serta merasa pada perut kanan atas. BAB terakhir 4 hari SMRS warna kuning kecoklatan. BAK terakhir 3 jam SMRS warna kuning jumlah banyak. C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit demam yang tidak turun-turun sebelumnya (-) Riwayat alergi obat/makanan (-) Riwayat kejang sebelumnya (-) Riwayat mondok sebelumnya (+) saat umur 8 bulan e/c diare di RSDM selama 3 hari D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit demam tinggi mendadak (-) Riwayat alergi obat/makanan (-) Riwayat kejang pada keluarga(-) E. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita Faringitis Bronkitis (-) (-)

Morbili Pertusis Difteri Varicella Malaria Polio Diare Disentri Basiler Disentri Amoeba Cacingan Gegar otak Fraktur

(-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

Thypus abdominalis (-)

F. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan Penderita adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Anggota keluarganya terdiri dari ayah, ibu, adik dan penderita sendiri. Ayah penderita bekerja sebagai buruh yang rata-rata penghasilan perbulannya adalah 500.000 rupiah sedangkan Ibunya sebagai ibu rumah tangga.. Keluarga penderita menempati rumah semi permanen berukuran 8 x 5 m2. Penerangan rumah cukup, ventilasi cukup. Sumber air berasal dari sumur gali yang berada di belakang rumah. Bak mandi selalu dikuras seminggu sekali dan tidak memakai bubuk abate. Terdapat Tempat-tempat genangan air di sekitar rumah dan tetangga. Di dekat runah terdapat pabrik kain. Diketahui didapatkan 3 orang tetangga yang positif menderita DHF. Pemeriksaan air oleh Puskesmas atau RT setempat jarang. Lingkungan sekitar rumah jarang di fogging. G. Riwayat Makan Minum Anak Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.

Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.

Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.

Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah menyesuaikan.

2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi porsi menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang telur. Buah sudah bervariasi jumlah menyesuaikan.

H. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat. Frekuensi pemeriksaan pada trimester I 1 kali tiap bulan sedangkan trimester II dan III dilakukan 2 kali tiap bula. Penyakit kehamilan (-). Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan tablet penambah darah I. Riwayat Kelahiran Penderita lahir di Rumah Bidan, 50 cm. J. Riwayat Pemeriksaan Post Natal Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 6 bulan sekali dan saat imunisasi. K. Riwayat Imunisasi BCG 1x, satu minggu setelah lahir partus normal, ditolong oleh bidan, cukup bulan, menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir 3300 gram, panjang badan saat lahir

Hepatitis 3x, satu minggu setelah lahir, 1 bulan, 6 bulan. DPT 5x, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 1,5 tahun, 5 tahun. Polio, 6x, seminggu setelah lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 1,5 tahun, 5 tahun. Campak 1x, 9 bulan. L. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Kasar Mengangkat kepala : 2,5 bulan Tengkurap kepala tegak : 4 bulan Duduk sendiri : 6 bulan Berdiri sendiri : 10 bulan Berjalan : 12 bulan Lari : 18 bulan Melompat : hampir 2 tahun Sekolah : 5 tahun-sekarang seperti teman-teman yang lain, prestasi ~ rata-rata Bahasa Bersuara ooh/aah : 2 bulan Berkata mak (tidak spesifik) : 7 bulan Berkata 2-3 kata spesifik : 1,5 tahun Bicara mengerti : 2 tahun Menyebut warna : 3,5 tahun Menghitung : 4,5 tahun Sekolah : 5 tahun-sekarang seperti teman-teman yang lain, prestasi ~ rata-rata Motorik halus Memegang benda 3 bulan Menunjukkan benda : 1,5 tahun Membuat bangunan bertumpuk-tumpuk : hampir 2 tahun Menggambar : 4 tahun Sekolah : 5 tahun-sekarang seperti teman-teman yang lain Personal sosial Tersenyum : 2 bulan

Mulai makan : 6 bulan Tepuk tangan, da-da : 9 bulan Memakai baju : 2 tahun Gosok gigi tanpa bantuan : 3 tahun Sekolah : 5 tahun-sekarang seperti teman-teman yang lain, prestasi ~ rata-rata M. Keluarga Berencana Keluarga mengikuti program KB dengan suntik KB.

III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum : tampak lemah Derajat Kesadaran: compos mentis Status gizi 2. Vital sign T : 90/60 mmHg S : 37,9 oC N : 90 x/ reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. RR : 22 x/ tipe thoracoabdominal. BB : 17 kg PB : 117 cm Status gizi : BB/U : 17/23 x 100 % = 73,9 % (BB/U < P5) Gizi baik : kesan gizi baik

TB/U : 117/122 x 100 % = 95,90 % (P10 < TB/U < P25)Gizi baik BB/TB : 17/21 x 100 % = 80,95% (BB/TB = P25) Gizi baik Kesan : gizi baik secara antropometri 3. Kulit : warna sawo matang, kelembapan baik, petechie terprofokasi/Rumple Leede (+) pada bagian volar lengan bawah dekstra, crazy pavement dermatosis (-). 4. Kepala : bentuk mesocephal, 1ingkar kepala 49 cm (-2SD - +2SD), sutura sudah menutup, UUB sudah menutup, rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut. 5. Muka : sembab (-), wajah orang tua (-). 6. Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok, conjunctiva anemis (-/-), xeroftalmia (-), bercak bitots (-), oedem palpebra (-/-) 7. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung(-), sekret (-), darah (-), deformitas(-).

8. Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-), mukosa basah (+), susunan gigi normal. 9. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T2 T3, pharing hiperemis (-), pseudomembran (-), post nasal drip (-). 10. Telinga : bentuk normal, kelainan MAE (-), membrana timpani utuh, prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus pain (-), sekret (-). 11. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar. 12. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis, suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar. 13. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), iga gambang (-), gerakan simetris ka=ki Cor : Inspeksi Palpasi Perkusi : Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis tidak kuat angkat : Batas jantung kesan tidak membesar Kiri atas Kiri bawah Kanan atas : SIC II LPSS : SIC IV LMCS : SIC II LPSD

Kanan bawah: SIC IV LPSD Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-) Pulmo :Inspeksi Palpasi Perkusi : Pengembangan dada kanan =kiri : Fremitus raba kanan =kiri : Sonor / Sonor di semua lapang paru Batas paru-hepar Redup relatif di Redup absolut 14. Abdomen : Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : SIC V kanan : SIC V kanan : SIC VI kanan (hepar) Batas paru-lambung : SIC VI kiri

Auskultasi : SD bronchovesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-) : dinding dada setinggi dinding perut : peristaltik (+) normal : tympani :nyeri tekan (+) epigastrium dan hipochondriaca dextra, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

15. Urogenital : dalam batas normal 16. Gluteus : Baggy pants (-) 17. Ekstremitas : akral dingin sianosis oedem wasting -

CRT <2 dan RL (+) 18. Kuku : keruh (-), spoom nail (-), konkaf (-) 16. Neurologi : motorik koordinasi baik, kekuatan +5 +5 +5 +5 Sensorium +2 +2 +2 +2 Refleks biceps : (+2/+2) Refleks triceps: (+2/+2) Refleks patella: (+2/+2) Refleks achilles: (+2/+2) IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium darah 3 Januari 2011 pukul 10.30 di RSDM Surakarta Hb : 9,6 gr/d1 Hct : 29,9 % AT : 70.000 /mm3 AL : 4,4 x 103/ L AE : 3,84 x 106/ L GD : A

V. RESUME Penderita laki-laki, 7 tahun datang dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS. Demam tinggi dan timbul mendadak, tidak turun dengan pemberian obat penurun panas. Kepala terasa nyeri terus menerus. Mimisan (+) Mual-muntah (+), berisi makanan yang dimakan, tenggorokan kering dan nyeri untuk menelan. Perut atas dan kanan atas terasa nyeri. Nafsu makan berkurang, tapi minum masih mau. BAK frekuensi banyak warna kuning. BAB lembek, kuning kecoklatan, darah (-), terakhir cair, 1 kali. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, compos mentis dan gizi kesan baik, tanda vital tensi T 90/60 mmHg, suhu 37,90C, nadi frekuensi: 90x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. frekuensi nafas: 22 x/menit. Pemeriksaan abdomen nyeri tekan di epigastrium dan hipochondriaca dextra, RL (+). Pada pemeriksaan penunjang tgl 1 Januari 2011. Hb: 9,6 gr/d1, Hct: 29,9 %, AT: 70.000 /mm3 VI. DIAGNOSA BANDING 1. DF dengan perdarahan 2. pharingitis akut 3. chikungunya VII. DIAGNOSA KERJA DHF grade 1 Anemia Normositk hipokromik e/c infeksi kronis

VIII. PENATALAKSANAAN Terapi Pro mondok bangsal infeksi Infus RL 7 cc/kgBB/jam 14 tpm makro Paracetamol 4x 300 mg kalau panas Diet Nasi lauk 1400 kkal/hari Monitoring KU dan VS per 4 jam

Hct, AT per 8 jam Tanda-tanda syok dan perdarahan GIT, dan saluran nafas Balance cairan per 8 jam Diuresis per 8 jam Planning Feces dan urin rutin Edukasi Motivasi keluarga tentang penyakitnya Istirahat Banyak minum IX. PROGNOSIS Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam : dubia : dubia : dubia

X. MONITORING Dibawah ini merupakan monitoring yang kami lakukan :


Tanggal S O 1 Januari 2011 (18.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-), minum & makan < Lemah, CM, gizi kesan baik T : 100/60, N : 120x/ (isi cukup, kuat), RR : 28x/, S : 37,5 C. Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/+), ST (-/-) Abdomen: shifting dullness (-) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 2 Hasil Lab Diagnosis Terapi Hb : 9,6; Hct : 29,9 %; AL : 4400; AT : 70.000 Observasi febris hari ke-5 e/c DHF grade I Diet nasi lauk 1400 kkal/hr, IVFD D S 14 tpm, Paracetamol 200 mg Plan Diagnosis Monitoring k/p DL 3/24 jam KU dan VS/4 jam, BC/8 jam Observasi febris hari ke-5 e/c DHF grade I Diet nasi lauk 1400 kkal/hr, IVFD D S 14 tpm, Paracetamol 200 mg k/p KU dan VS/4 jam, BC 8 jam Observasi febris hari ke-5 e/c DHF grade I Diet nasi lauk 1400 kkal/hr, IVFD D S 14 tpm, Paracetamol 200 mg k/p KU dan VS/4 jam, BC 8 jam 1 Januari 2011 (22.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-), minum < Lemah, CM, gizi kesan baik T : 100/70, N : 100x/ (isi cukup, kuat), RR : 24x/, S : 36,8 C. Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/+), ST (-/-) Abdomen: shifting dullness (-) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 2 Diuresis : 1,6 cc/kg/jam 2 Januari 2011 (02.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-), minum & makan < Lemah, CM, gizi kesan baik T : 100/60, N : 104x/ (isi cukup, kuat), RR : 24x/, S : 36,5 C Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/+), ST (-/-) Abdomen: shifting dullness (-) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), sianosis (-)CRT < 2 Diuresis : 1,4 cc/kg/jam

Pukul S O Tanggal Vital Sign S O

2 Januari 2010 (18.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-), minum > Lemah, CM, gizi kesan baik 2 Januari (06.00) T : 100/60, N :2011 100x/ (isi cukup, Tangan&kaki dingin, lembab, kuat), RR : 30x/, S : 36,0 C mimisan (-), muntah (-), minum < Mulut: MB (+), sianosis (-) Lemah, CM, gizi kesan baik Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/ T : 100/60, N : 100x/ (isi cukup, +), ST (-/-) lemah), RR : 20x/, S : 36,8 C Abdomen: dullness Mulut: MB shifting (+), sianosis (-) (-) Ext. Atas&bawah lembab (-),(+/+), akral Pulmo : fremitus ka=ki, SDV dingin ST (-/-)(-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 dullness ml/kg BB/jam Abdomen: shifting (-)

2 Januari (22.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-),BAB darah (-),minum > Lemah, CM, gizi kesan kurang 2 Januari (10.00) T : 100/60, N :2011 100x/ (isi cukup, Tangan&kaki hangat, mimisan (-), kuat), RR : 28x/mnt, S : 36,50 C muntah (-), minum > Mulut: MB (+), sianosis (-) Lemah, CM, gizi kesan baik Pulmo : fremitus (+/+), T : 100/60, N : ka<ki, 90x/ SDV (isi cukup, ST (-/-), Abdomen: DP>DD, kuat), RR : 28x/, S : 36,1 C shiftingMB dullness (+) Mulut: (+), sianosis (-) Ext. Atas&bawah lembab (-),(+/+), akral Pulmo : fremitus ka=ki, SDV dingin (-), CRT < 2 ST (-/-) Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam Abdomen: shifting dullness (-) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Post DSS (hari ke-6) Diuresis cukup >1makro ml/kg /jam IVFD RL 14 tpm Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1400kkal/hari Post DSS (hari ke-6) IVFD RL 14 tpm makro KU dan VS/4 jam, BC/ 8jam Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1400kkal/hari KU dan VS/4 jam, BC/ 8jam

3 Januari (02.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-),minum > Lemah, CM, gizi kesan kurang 2 Januari (14.00) T : 100/60, N 2011 : 98x/ (isi cukup, Tangan&kaki hangat, mimisan (-), kuat), RR : 30x/, S : 36,7 C muntah (-),, minum > Mulut: MB (+), sianosis (-) Lemah, CM, gizi kesan baik Pulmo : fremitus ka<ki, SDV (+/+), T : 100/70, N : 110x/ (isi cukup, ST (-/-), Abdomen: DP>DD, kuat), RR : 30x/, S : 36,5 C shiftingMB dullness (+), Mulut: (+), sianosis (-) Ext. atas &bawahka=ki, lembab (-),(+/+), akral Pulmo : fremitus SDV dingin (-), CRT < 2 ST (-/-) Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam Abdomen: shifting dullness (-) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Post DSS (hari ke-7) Diuresis cukup >1makro ml/kg /jam IVFD RL 14 tpm Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1400kkal/hari Post DSS (hari ke-6) IVFD RL 14 tpm makro KU dan VS/4 jam, BC/ 8jam Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1400kkal/hari KU dan VS/4jam, BC/ 8jam

Hasil Lab Diagnosis Terapi Hasil Lab Diagnosis Plan Diagnosis Terapi Monitoring

Ext. Atas&bawah lembab (+), akral dingin (+), CRT > 2 Post DSS (hari ke-6) Diuresis : 1,0 cc/kg/jam IVFD RL 14 tpm makro Hct : 31,3 %; Hb: 10,5; Paracetamol 200 mg (k/p) AL : 5800; AT: 78.000 Diet nasi lauk 1400kkal/hari DSS (hari ke 6) DL 3/24 jam IVFD RL 14 tpm makro KU dan VS/4 jam, BC/ 8jam Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1400kkal/hari DL cito/24 jam KU dan VS /4 jam serta BC 8 jam

Plan Diagnosis Monitoring

Pukul S O Vital Sign

3 Januari 2011 (06.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-) Lemah, CM, gizi kesan kurang T : 100/60, N : 88x/ (isi cukup, kuat), RR :30x/, S : 36,2o C Mulut: MB (+), sianosis (-), Pulmo : fremitus ka<ki, SDV (+/+), ST (-/-), Abdomen: DP>DD, shifting dullness (+), Ext. atas &bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam Hct : 37 %;: 5; Hb: 11,9; AL : 6.500; AT: 87.000 Post DSS (hari ke-6) IVFD RL 14 tpm makro Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1800kkal/hari DL 3/24 jam KU dan VS/12 jam, BC/ 8jam

3 Januari 2011 (14.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-),BAB darah(-),minum > Sedang, CM, gizi kesan kurang T : 100/60, N : 100x/ (isi cukup, kuat), RR : 32x/, S : 36,5 C Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/+), ST (-/-), Abdomen: DP>DD, shifting dullness (+), Ext. atas &bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam

3 Januari 2011 (22.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-),BAB darah(-),minum > baik, CM, gizi kesan kurang T : 100/60, N : 110x/ (isi cukup, kuat), RR : 30x/, S : 35,5 C Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/+), ST (-/-), Abdomen: DP//DD, shifting dullness (-), Ext. atas &bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam

Hasil Lab Diagnosis Terapi

Post DSS (hari ke-6) IVFD RL 14 tpm makro Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1800kkal/hari Darah lengkap besok KU dan VS/12 jam, BC/ 8jam

Post DSS (hari ke-6) IVFD RL 14 tpm makro Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1800kkal/hari KU dan VS/12 jam, BC/ 8jam

Plan Diagnosis Monitoring

S O Vital Sign

4 Januari 2011 (06.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-), minum > Lemah, CM, gizi kesan baik T : 100/60, N : 102x/ (isi cukup, kuat), RR : 30x/, S : 36,0 C Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka=ki, SDV (+/ +), ST (-/-) Abdomen: shifting dullness (-) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam Hct : 38 %; PP : 5; Hb: 12,9; AL : 6.700; AT: 355.000 Post DSS (hari ke-7) IVFD RL 14 tpm makro Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1800kkal/hari Darah lengkap KU dan VS/12 jam, BC/ 8jam

4 Januari (18.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-),BAB darah (-),minum > Lemah, CM, gizi kesan kurang T : 100/70, N : 100x/ (isi cukup, kuat), RR : 32x/mnt, S : 35,50 C Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka<ki, SDV (+/+), ST (-/-), Abdomen: DP>DD, shifting dullness (+) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam

5 Januari (06.00) Panas tinggi (-), mimisan (-), muntah (-),BAB darah (-),minum > Lemah, CM, gizi kesan kurang T : 100/70, N : 60x/ (isi cukup, kuat), RR : 32x/mnt, S : 35,50 C Mulut: MB (+), sianosis (-) Pulmo : fremitus ka<ki, SDV (+/+), ST (-/-), Abdomen: DP>DD, shifting dullness (+) Ext. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), CRT < 2 Diuresis cukup >1 ml/kg BB/jam

Hasil Lab Diagnosis Terapi

Post DSS (hari ke-7) IVFD RL 14 tpm makro Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1800kkal/hari KU dan VS/12 jam, BC/ 8jam

Post DSS (hari ke-7) IVFD RL 14 tpm makro Paracetamol 200 mg (k/p) Diet nasi lauk 1800kkal/hari KU dan VS/12 jam, BC/ 8jam

Plan Diagnosis Monitoring

ANALISA KASUS Pada kasus ini diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan : A. Anamnesis didapatkan : 1. Penderita mengalami panas mendadak sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit 2. Panas yang dialami oleh penderita sifatnya terus menerus, turun bila diberi obat penurun panas. 3. Mual disertai muntah, darah (-). 4. Riwayat penyakit dan lingkungan sekitar didapatkan 1 orang di sekolah pasien yang mengalami demam berdarah. B. Pemeriksaan Fisik didapatkan 1. Tanda vital penderita didapatkan tekanan darah 90/60, nadi 76 kali permenit, pengisian cukup, kuat. Frekuensi pernafasan 22 kali permenit, suhu tubuh pada saat itu adalah 37,9C. 2. Uji bendung positif (Rumple Leede/ tourniquet). C. Pemeriksaan penunjang Didapatkan trombosit penderita adalah 70.000/L Bila berdasarkan diagnosis dari WHO, maka pada penderita ini memenuhi: A. Kriteria klinis : 1. Demam mendadak selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas. 2. Uji bendung positif (Rumple Leede). D. Kriteria laboratorium Penurunan trombosit yaitu 70.000/L Sedangkan penentuan derajat I didapatkan bahwa penderita demam dengan gejala yang tidak khas. Dari teori dikemukakan bahwa derajat I ditentukan bila penderita mengalami demam yang tidak khas dan tanda perdarahan yang didapatkan satu-satunya adalah uji tourniquet (+). Pada kasus ini, Penderita dimondokkan, karena pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya trombosit 70.000/L. Terjadinya trombositopeni pada penderita ini adalah akibat dari komplek antigen yaitu virus dan antibodi yang menyebabkan trombosit kehilangan

fungsi agregrasi dan mengalami peerubahan. Perubahan yang terjadi pada trombosit ini menyebabkan sistem retikuloendotelial menghancurkan trombosit. Yang dikhawatirkan dari trombositopeni adalah terjadinya perdarahan hebat yang dapat menyebabkan penderita masuk dalam keadaan syok. Selain itu, pada penderita ini mengalami intake yang sulit, sehingga dibutuhkan terapi cairan intravena. Terapi cairan yang diberikan adalah cairan D S 14 tpm makro. Setelah diberikan terapi cairan intravena, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, Hb, Hct, dan trombosit setiap 24 jam. Pada kasus ini pula diberikan diet makanan lunak dengan 1400 kkalori/hari. Hal ini disebabkan makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu badan yang meninggi. Syarat makanan lunak yang diberikan adalah : bahan yang digunakan tidak banyak mengandung selulose dan serat, mudah dicernakan, tidak menimbulkan gas dalam saluran pencernaan, tidak boleh diberikan gorengan yang keras, bumbu yang merangsang, dan diberikan dalam porsi kecil. Sedangkan penentuan kalori pada penderita ini berdasarkan BB dari penderita adalah 17 kg. Konstanta perkalian untuk kebutuhan kalori perhari pada usia 7-10 tahun adalah 70. Dan hasil perkaliannya adalah 2240 kkal per hari.

KEPUSTAKAAN Definisi Demam dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus ditandai dengan nyeri kepala, nyeri pada otot-otot dan tulang, ditemukannya rash, dan leukopeni. Sedangkan demam berdarah dengue atau yang dapat kita sebut DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengan 4 tanda utama yaitu panas tinggi yang sifatnya mendadak, adanya tanda perdarahan, kadang disertai dengan hepatomegali, dan pada kasus yang gawat ditandai dengan kegagalan sirkulasi. Beberapa penderita dapat menjadi syok hipovolemik yang merupakan akibat dari keluarnya plasma. Hal ini disebut sindroma syok dengue (SSD), dan dapat menjadi fatal.1 Pengertian lain dari DBD adalah suatu penyakit infeksi virus yang menimbulkan demam akut (2-7 hari) disertai dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.4 Selain itu, adapula yang mengatakan bahwa DBD ialah penyakit yang terdapat pada anak dan pada dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji torniquet akan positif dengan atau tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan.5 Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flavivirida. Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang. Keempat jenis serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4) dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat. 2 Bila seseorang terinfeksi dengan salah satu serotipee, maka akan menghasilkan sistem imun jangka panjang untuk melawan infksi ulangan pada serotipe yang sama, namun bila terinfeksi dengan serotipe yang berbeda, maka sifanya hanya temporer dan memberikan sedikit proteksi pada serotipe tersebut. 1 Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigoitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini tapi merupakan vektor yang kurang berperan.2

Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling efisien sebagai vektor dari arbovirus, karena sifatnya yang antropofilik dan sering hidup dalam ruangan. Pada saat nyamuk yang merupakan vektor dari virus telah terinfeksi, maka dapat terjadi transmisi virus dari nyamuk ke manusia melalui tusukan ke kulit maupun melalui makanan. Nyamuk betina yang telah terinfeksi juga dapat mentransmisi virus ke generasi selanjutnya melalui transmisi transovarial, tetapi hal ini jarang terjadi. Selain itu, nyamuk yang awalnya tidak terinfeksi oleh virus dapat menjadi terinfeksi bila menghisap darah orang yang telah tertular virus.1 Epidemiologi Diketahui bahwa DBD pertama kali ditemukan di filipina pada tahun 1953. Dan pada tahun 1956 ditemukan virus dengue pada isolasi darah penderita DBD. Selama tiga dekade, DBD juga ditemukan di wilayah asia tenggara termasuk Indonesia dan kepulauan pasifik. Sejak tahun 1960, jumlah penderita DBD mengalami peningkatan, menyebar dari satu daerah ke daerah lain di daerah endemik. Hal ini tergantung dari musim. Pada saat itu, dilaporkan 1.070.207 kasus dan 42.808 kematian yang disebabkan oleh DBD, dan kebanyakan adalah anak-anak. DBD termasuk dalam salah satu penyakit yang menyebabkan hospitalisasi pada penderita dan kematian anak di negara-negara tropis di asia .1 Demam ini adalah endemik di Asia tropik, dimana suhu panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes aegypti besar dan permanen.6 Di banyak negara demam dengue dan DBD banyak terjadi pada anak-anak. Selain itu, DBD juga dapat ditemukan pada perantau .1 Secara nasional, insiden DBD pernah dilaporkan selama tahun 1973 (10.189 kasus) dan tahun 1977 (8141 kasus), jumlah DBD yang mengalami renjatan berkisar antara 25-65 % (hendarwanto). Kerentanan terhadap virus dengue tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, atau ras.3 Sejak tahun 1993-1997 sebagian besar penderita DBD pada kelompok usia 5-14 tahun dan pada tahun 1996 dan 1997 telah bergeser pada usia > 15 tahun.2 Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi, rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun bermakna menjadi <2%.7 Patogenesis Menurut sejarah perkembangan patogenesis DBD dalam kurun waktu 100 tahun ini, dapat dibagi dua kelompok besar teori patogenesis yaitu :

1. Teori virulensi virus Teori ini mengatakan seseorang akan terkena virus dengue dan menjadi sakit kalau jumlah dan virulensi virus cukup kuat 2 Keempat serotipe virus mempunyai potensi patogen yang sama dan syok sindrom terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.5 2. Teori imunopatologi (The Secondary Heterologous Dengue Infection Hypothesis) Teori ini mengatakan DBD dapat terjadi apabila sesorang yang telah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali, mendapat infeksi ulangan dengan tipe virus dengue tipe yang berlainan. Akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seseorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue rendah maka respon antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit sistem imun dengan menghasilkan titer antibodi IgG anti dengue. Selain itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya komplek antigen antibodi (komplek virusantibodi) yang selanjutnya akan : a. Mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endothel dinding itu. Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. b. Dengan terdatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah maka akan mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE sehingga berakibat terjadinya trombositopenia hebat dan perdarahan. Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorfosis akan melepaskan faktor trombosit 3 yang dapat mengaktivasi sistem koagulasi. c. Aktivasi faktor Hageman (Faktor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi sistem koagulasi sehingga berakibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses ini maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP).8 Dua hal utama yang terjadi pada kasus DBD adalah peningkatan permeabilitas vaskuler yang menyebabkan extravasasi plasma dari intravaskuler ke ekstravaskuler dan terjadinya

gangguan hemostasis yang ditandai dengan perubahan vaskuler, trombositopeni dan koagulopati.1 Gambaran Histopatologi Pada hepar, biasanya membesar, sering dengan perubahan lemak. Efusi berbercak kuning, berair, dan kadang-kadang ditemukan perdarahan pada rongga serosa. Secara mikroskopis ada edema perivaskuler pada jaringan lunak dan diapedesis sel darah merah yang menyebar. Selain itu dapat pula terjadi penghentian maturitas dari megakariosit dalam sumsum tulang, dan kenaikan megakariosit dalam kapiler paru-paru, glomerulus, dan sinusoid hati dan limpa. Virus dengue biasanya tidak ditemukan pada jaringan penderita yang meninggal. Sedangkan isolasi pada hati dan jaringan limfatik jarang ditemukan.6 Manifestasi Klinik Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue juga merupakan suatu self limiting infecting disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari.8 Gambaran klinis yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Panas Panas biasanya langsung tinggi dan terus menerus dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali). Panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok maka panas akan turun dan penderita sembuh sendiri.8 Selain panas, kadang disertai dengan gejala prodroma seperti nyeri kepala, anoreksia, nyeri pada otot, tulang, dan persendian, menggigil, dan malaise. Pada umumnya ditemukan sindroma trias yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbulnya ruam. Disamping itu, perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai kolik sering diteemukan.9 2. Tanda perdarahan a. Perdarahan karena manipulasi Uji tourniquet / rumple leede test yaitu dengan mempertahankan manset tensimeter selama 5 menit, kemudian dilihat apakah timbul petekie atau tidak di daerah volar lengan bawah .9

Uji tourniquet dinyatakan positif jika terdapat 10-20 atau lebih petekie dalam diameter 2,8 cm (1 inci persegi) di lengan bawah bagian depan (volar) dan pada lipatan siku (fossa cubiti). 2 b. Perdarahan spontan - Petechie - Perdarahan gusi - Epistaksis - Hematemesis dan melena 3. Pembesaran hepar Untuk gambaran laboratoris biasanya kelainan hematologis yang paling sering adalah kenaikan hematokrit 20 % atau lebih melebihi nilai hematokrit penyembuhan, tombositopenia, leukositosis ringan, perpanjangan waktu perdarahan dan penurunan kadar protrombin. Kadar fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik .6 Gambaran laboratorium Trombositopenia dan hemokonsentrasi ditemukan pada penderita DBD. Penurunan jumlah trombosit kurang dari 100.000 per mm3 biasanya ditemukan pada hari ke 3 dan ke 8, baik sebelum maupun bersamaan denga terjadinya hemokonsentrasi. Peningkatan hematokrit 20% menunjukkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan terjadinya kehilangan plasma. 1 Pada DBD, jumlah leukosit dapat bervariasi mulai lekopenia sampai terjadinya lekosistosis.1

Patogenesis DBD menurut The Secondary Heterologous Dengue Infection Hypothesis Secondary Heterologous Dengue Infection

Replikasi Virus Komplek Virus Antibodi Agregasi Platelet Aktivasi Sistem Koagulasi Pelepasan faktor 3 trombosit

Reaksi Antibodi Anamnestik

Aktivasi komplemen

Penghancuran trombosit oleh RES

Aktivasi Faktor Hageman

Plasmin

Anafilatoksin (C3a dan C5a)

Trombositopenia

Koagulopati Konsumtif

Kinin

Permeabilitas Vaskuler Meningkat

Penurunan Factor Pembekuan

Perembesan Plasma

Perdarahan Hebat

Shock Sumber : Hendarwanto, 2000

Diagnosis Untuk menegakkan diagnosis DBD didasarkan pada Kriteria menurut WHO (1997), yaitu : 1. Kriteria Klinis a. Panas tinggi mendadak, terus menerus selama 2 7 hari tanpa sebab yang jelas (tipe demam bifasik) b. Manifestasi perdarahan :

Uji Tourniquet (+) Petechie, echimosis, purpura Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi Hematemesis dan atau melena.

c. Hepatomegali d. Kegagalan sirkulasi (syok) yang ditandai dengan : Nadi cepat dan lemah Penurunan tekanan darah Akral dingin Kulit lembab Pasien tampak gelisah

2. Kriteria Laboratoris a. Trombositopenia (AT <100.000/ul) b. Hemokonsentrasi ditandai dengan nilai hematokrit lebih dari atau sama dengan 20% dibandingkan dengan masa konvalescens yang dibandingkan dengan nilai Hct sesuai umur, jenis kelamin dari populasi. Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi (atau peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan/atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemi dan/atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, adanya peningkatan hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD. 2 Mengingat derajat beratnya penyakit yang bervariasi dan sangat erat kaitannya dengan pengelolaan dan prognosis maka WHO (1997) membagi DBD dalam derajat setelah kriteria laboratoris terpenuhi yaitu : Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet positif Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.

Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah yang tak terukur, kesadaran amat menurun.7 Komplikasi yang harus diwaspadai 1. Ensefalopati dengue 2. Kelainan ginjal 3. Edema paru 4. Gangguan pada SSP seperti konvulsi, spastik, penurunan kesadaran, dan parese sementara. 5. DIC 6. Perdarahan intracranial, herniasi batang otak 7. Sepsis, pneumonia, 8. kerusakan hati .1,2 Penatalaksanan Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi yaitu keadaan umum, renjatan, kebocoran cairan, perdarahan terutama perdarahan gastrointestinal dan komplikasi. Pada dasarnya terapi DBD bersifat suportif yang mengatasi kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat perdarahan. Adapun penatalaksanan DBD menurut derajatnya lihat bagan. I. Prognosis Bila penderita tidak disertai dengan demam hemoragik atau sindroma syok dengue prognosis baik.

TATA LAKSANA PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA DEMAM BERDARAH DENGUE DBD (Bagan 1)

Tersangka DBD Demam tinggi, mendadak, terusmenerus, < 7 hari tidak disertai ISPA, badan lemah/lesu

Ada kedaruratan

Tidak ada kedaruratan

Tanda syok muntah terus menerus, kesadaran menurun Kejang, muntah darah, berak darah, berak hitam
Uji Tourniquet (+)

Periksa uji tourniquet

Uji tourniquet (-)

Jumlah trombosit < 100.000/ul

Jumlah trombosit > 100.000/ul

Rawat jalan Parasetamol Kontrol tiap hari sampai demam hilang

Rawat Inap

Rawat Jalan

Nilai tanda klinis & jumlah trombosit, Ht bila masih demam hari sakit ke-3

Minum banyak, Parasetamol bila perlu Kontrol tiap hari sp demam turun. Bila demam menetap periksa Hb.Ht, AT. Perhatikan untuk orang tua: pesan bila timbul tanda syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit perut, berat hitam, kencing berkurang. Lab Hb/Ht naik dan trombosit turun segera bawa ke rumah sakit

PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD I DAN II TANPA PENINGKATAN HEMATOKRIT (Bagan 2) DBD Derajad I Gejala klinis : demam 2-7 hari Uji tourniquet positif Lab. hematokrit tidak meningkat trombositopeni (ringan) Pasien tidak dapat minum Pasien muntah terus menerus

Pasien Masih dapat minum Beri minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sd. mkn tiap 5 menit. Jenis minuman; air putih teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit Bila suhu > 38,5 derajad celcius beri parasetamol Bila kejang beri obat antikonvulasif

Pasang infus NaCl 0,9%: Dekstrosa 5% (1:3) tetesan rumatan sesuai berat badan Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 6-12 jam

Ht naik dan atau trombositopeni

Perbaikan klinis dan laboratoris

Infus ganti ringer laktat (tetesan disesuaikan, lihat Bagan 3)

Pulang Kriteria memulangkan pasien : 1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik 2. Nafsu makan membaik 3. Secara klinis tampak perbaikan 4. Hematokrit stabil 5. Tiga hari setelah syok teratasi 6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml 7. Tidak dijumpai distress pernafasan

PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD II DENGAN PENINGKATAN HEMATORIT (Bagan 3) DBD Derajat II DB Derajad I + perdarahan spontan Hemokonsentrasi & Trombositopeni Cairan awal RL/NaCl 0,9% atau RLD5%/NaCl 0,9 + D 5% 6 7 ml/kgBB/jam Monitor Tanda Vital/Nilai Ht & trombosit tiap 6 jam Tidak Ada Perbaikan Gelisah Distres pernafasan Frek. nadi naik Ht tetap tinggi/naik Tek. Nadi < 20 mmHg Diuresis kurang/tidak ada Tetesan dinaikkan 10-15 ml/kgBB/jam (bertahap)
Evaluasi 15 menit

Perbaikan Tidak gelisah Nadi kuat Tek Darah stabil Diuresis cukup (1 ml/kgBB/jam) Ht Turun (2x pemeriksaan) Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam

Tanda Vital memburuk

Ht meningkat Perbaikan

Perbaikan Sesuaikan tetesan 3 ml/kgBB/jam IVFD stop setelah 24-48 jam apabila tanda vital/Ht stabil dan diuresis cukup Keterangan : 1 CC = 15 Tetes

Tanda vital tidak stabil Distress pernafasan, Ht naik, tek. Nadi 20mmHg Koloid 20-30 ml/kgBB Ht turun

Transfusi darah segar 10 ml/kgBB

Perbaikan

PENATALAKSANAAN KASUS SSD ATAU DBD DERAJAD III DAN IV (Bagan 4) DBD Derajad III & IV DBD Derajad II + Kegagalan sirkulasi Oksigenasi (berikan O2 2-4/menit) Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis) RingerAsetat/ NaCl 0,9 % 10-20 ml/kgBB secepatnya (bolus dalam 30 menit) Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ? Pantau tanda vital tiap 10 menit Cacat balans cairan selama pemberian cairan intravena Syok teratasi Kesadaran membaik Nadi teraba kuat Tekanan nadi > 20 mmHg Tidak sesak nafas / Sianosis Ekstrimitas hangat Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam Cairan & tetesan disesuaikan 10 ml/kgBB/jam Evaluasi ketat Tanda vital Tanda perdarahan Diuresis Hb, Ht, Trombosit Stabil dalam 24 jam Tetesan 5 ml/kgBB/jam Tetesan 3 ml/kgBB/jam Infus Stop tidak melebihi 48 jam Syok tidak teratasi Kesadaran menurun Nadi lembut / tidak teraba Tekanan nadi < 20 mmHg Distres pernafasan / sianosis Kulit dingin dan lembab Ekstrimitas dingin Periksa kadar gula darah Lanjutkan cairan 15-20 ml/kgBB/jam Tambahan koloid/plasma Dekstran 40/FFP 10-20 (max 30) ml/kgBB Koreksi Asidosis evaluasi 1 jam Syok belum teratasi

Syok teratasi

Ht turun + Transfusi fresh blood 10 ml/kg Dapat diulang sesuai kebutuhan

Ht tetap tinggi/naik + Koloid 20 ml/kgBB

Daftar Pustaka
1. 2. WHO, 1997. Dengue Haemorrhagic Fever, 2nd edition.WHO . Geneva Staf Medis Fungsional Anak RSDM, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional Anak. RSUD Dr. Moewardi. Surakarta 3. Hendarwanto, 2000. Dengue dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, ed. 3., editor : HM Sjaifoellah Noer. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 4. Sri Rezeki HH, 2002. Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap. Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit FK UI. Jakarta 5. Saford, Jay, P, 1999. Infeksi Arbovirus dalam : Harrison Prinsip-prinsim Ilmu Penyakit Dalam, vol.2ed.13., editor : Kurt J Isselbacher, Eugene Braunwaald, Jean D Wilson, Joseeph B Martin, Anthony S Fauci, Dennis L Kasper. EGC. Jakarta 6. Departemen IKA RSCM, 2005. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM (Draft Uji Coba). RSCM. Jakarta 7. Rampengan, TH, 1997. Demam Berdarah Dengue. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC. Jakarta. 8. Halstead, S, 2000. Arbovirus dalam : Nelson Ilmu Kesehatan Anak, vol. 2, ed. 15., editor : Richard E Behrman, RK Kliegman, AM Arvin. EGC. Jakarta. 9. Rusepno Hasan, 2000. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai