Anda di halaman 1dari 3

Counter Paper Rezim Keuangan Internasional Nama : Haryo Tetuko NPM : 0606097026 Sumber : Arifin, Sjamsul., R.

Winanto dan Yati Kurniati (eds). 2007. Integrasi Keuangan dan Moneter di Asia Timur: Peluang dan Tantangan bagi Indonesia. Bab8 Peluang dan Tantangan Integrasi Ekonomi dan Keuangan bagi Kawasan dan Indonesia Dalam artikel ini menggambarkan sebuah fenomena integrasi ekonomi dan keuangan kawasan di Asia Timur baik peluang maupun tantangannya, dan bagaimana kesiapan Indonesia dalam menghadapi integrasi tersebut. Dalam artikel ini disampaikan bahwa peluang integrasi ekonomi dan keuangan timbul karena proses pendalaman integrasi berpotensi meningkatkan aliran modal, investasi, perdagangan barang dan jasa, dan mendorong mobilitas tenaga kerja. Salah satu ide positif dari adanya integrasi ekonomi adalah fenomena interdependensi yang dibentuk dari adanya perdagangan. Dan hal ini dianggap sangat baik untuk meningkatkan perumbuhan ekonomi, seperti halnya dengan adanya peningkatan total perdagangan intrakawasan di Asia Timur yang mencapai 41 persen pada tahun 2005 dibandingkan dengan pada 15 tahun yang lalu yang mencapai 21 persen. Dari adanya peningkatan perdagangan intra-kawasan ini, yang kemudian muncul adalah integrasi keuangan yang dapat dilihat dari penigkatan arus investasi lintas batas di Asia Timur. Impelmentasi inisiatif kerjasama moneterdan keuangan kawasan di Asia Timur dalam bentuk Chiang Mai Initiastive (CMI), Surveillance dan economic review and policy diaalogue serta pengembangan pasar obligasi Asia, menciptakan stabilaitas keuangan di Asia Timur. Adapun Inisiatif yang pertama berupa CMI mendasari penyediaan fasilitas jangka pendek yang efektif dikawasan, dirancang untuk mengurangi resiko kelangkaan jangka pendek dan melindungi kawasan dari serangan krisis atau dapat dikatakan sebagai asuranasi bagi negara-negara atas gangguan stabilitas regional. Inisiatif yang kedua berupa Surveillance dan economic review and policy diaalogue bermanfaat dalam memberikan assassment kondisi makroekonomi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dini resiko dan kerentanan ekonomi dan keuangan yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dan keuangan kawasan. Inisiatif yang ketiga berupa pengembangan pasar obligasi Asia, diaharapkan dapat menjadi sarana untuk menyalurkan sumber dana yang besar dari Asia untuk pembiayaan pertumbuhan dan pembangunan jangka panjang di dalam kawasan sendiri. Dengan intgrasi keuangan yang semakin meningkat dan kebijakan di sektor keuangan yang menuju harmonis, biaya transaksi keuangan semakin efisien dan mendorong penigkatan lalu lintas modal intra-kawasan. Selain adanya peluang terbentuknya integrasi di Asia Timur, terdapat pula tantangan yang perlu dihadapi untuk terciptanya integrasi. Tantangan ini muncul sebagai akibat dari adanya heterogenitas kepentingan maupun tingkat pertumbuhan ekonomi sehingga integrasi pun sulit terbentuk. Akan tetapi dengan adanya kerjasam-kerjasama yang terbentuk secara bilateral dan multilateral dalam kawasan yakni dengan orientasi ekspor yang kuat, maka dapat dikatakan optimismre untuk mencapai integrasi pun tetap ada. Dalam artikel ini juga mencoba menggambarkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam proses integrasi Asia Timur antara lain adalah: Kelemahan Visi dan mandat politik, perbedaan peranan kekuatan ekonomi utama dikawasan, ketiadaan kerangka institusional dalam mendorong integrasi regional,

kelemahan faktor pendorong dan memperluas perdagangan bebas dan mobilitas faktor. Tantangan yang pertama tersebut terjadi karena negara masih menonjolkan kepentingan nasionalnya diabandingkan dengan mengedepankan kepentingan kawasan. Hal ini memang wajar terjadi, dikarenkan negara dalam melakukan kerjasama pasti memiliki kepentingan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih, sehingga secara tidak langsung kepentingan nasional pun menjadi prioritas dalam terjadinya kerjasama ataupun integrasi. 1 Selain itu juga ada permasalahan latar belakang historis yang cukup membentuk pola pikir negatif akan adanya dominasi dari satu negara apabila terbentuknya integrasi. Hal ini terjadi akibat dari PD II dimana Jepang melakukan eksploitasi di wilayah Asia Timur, yang terutama pada negara-negara besar yang justru saat ini memiliki kekuatan ekonomi yang sangat kuat, seperti Cina dan Korea. Oleh sebab itu maka egoistik dari kepentingan politik dan sentimen negatif inilah yang menyulitkan terbentuknya integrasi. Sedangakan faktor yang kedua berkaitan dengan dominasi negara dengan kekuatan ekonomi yang dominan di Asia Timur, yakni Cina dan Jepang. Integrasi akan lebih mudah terbentuk apabila kedua negara yang dominan ini memiliki agenda politik dan ekonomi bersama untuk membangun kawasan. Akan tetapi yang muncul dipermukaan justru persaingan akan pengaaruh dikawasan, seperti adanya penolakan oleh Cina terhadap Asian Monetary Fund (AMF) yang digagas oleh Jepang sebagai upaya kawasan mencegah krisis di masa depan. Dan faktor yang ketiga terkait dengan masih banyaknya kerjasama yang terfokus pada kerjasama bilateral dan bukan secara kawasan, sehingga memperlambat terbentukanya integrasi kawasan. Selain itu kurang adanya tujuan kelembagaan yang tepat unutk mengakomodir kepentingan-kepentingan negara anggota. Faktor yang terkahir terkait dengan masih adanya hambatan berupa kebijakan protektif yang diterapkan oleh negara. Hal ini juga disebutkan oleh Hurrell bahwa dalam membentuk sebuah integrasi perlu adanya tahaptahapan yang harus dilewati2, yaitu: Regionalisasi yang merupakan pertumbuhan dari integrasi masyarakat di
dalam sebuah kawasan (region) serta proses interaksi sosial dan ekonomi yang tak diarahkan. 3 Di dalam proses ini, pasar-lah yang berperan besar, termasuk di dalamnya perdagangan privat, arus investasi privat, serta kebijakan-kebijakan perusahaan. Kemudian adanya kesadaran dan identitas regional. Yang diimplemengtasikan dengan adanya persepsi bersama akan kepemilikan ( belonging) kepada sebuah komunitas tertentu, biasanya diasosiasikan dengan kesamaan budaya, sejarah ataupun tradisi keagamaan. Lalu adanya kerjasama regional antarnegara, Terdapat proses negosiasi dan konstruksi kesepakatan, persetujuan ataupun rezim internasional. Selanjutnya adanya promosi negara kepada integrasi regional. Dan yang terakhir adanya kohesi regional. Apabila integrasi tersebut terjadi, yang menarik adalah pada kasus di Indonesia, hal ini terkait ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi integrasi tersebut dengan banyaknya tnatangan yang harus dipenuhi untuk dapat berkompetisi dalam intgrasi kawasan tersebut. Yang pertama adalah kepastian investasi, kepastian ini meliputi kepastian hukum dan stabilitas ekonomi. Hal ini mutlak perlu dilakukan karena apabila terbentuk sebuah integrasi maka yang terjadi adalah masuknya arus investasi yang deras, dan apabila Indonesia tidak
1

Griffiths, Martin and Terry OCallaghan, International Realtions: The Key Concepts, (New York: Routledge,2003), hal. 278-280 2 John M. Hobson, The State and International Relations, (United Kingdom: Cambridge University Press, 2000),, hlm. 3845 3 Ibid, hlm. 39

mampu memenuhi ini maka Indonesia tidak akan mendapatkan keuntungan dari adanya integrasi. Kemudian berkaitan dengan Sumber Daya Manusia, yang terkait dengan banyaknya tenaga kerja Indonesia yang tidak termpil. Hal ini dihadapkan adanya liberalisasi tenaga kerja apabila tercapainya sebuah integrasi kawasan. Akan tetapi liberalisasi ini hanya meliputi tenaga kerja yang termpil, seperti dokter, arsitetur dan lain sebgainya. Dengan begitu Indonesia kembali tidak mendapatkan keuntungan dari adanya integrasi yang terbentuk. Dan hal ini berkaitan juga dengan kurangnya fasilitas pendidikan yang terdapat di Indonesia yang menyebabkan banyaknya SDM yang tidak terampil. Selanjutnya mengenai perdagangan (efsiensi produk), yang terjadi di Indonesia adalah para pengusaha banyak mengalami kesulitan dalam mengekspansi produksi. Hal ini dikarenakan sulitnya mencari modal, yang disebabkan oleh suku bunga bank yang tinggi sehingga pengusaha kurang berani untuk berinovasi. Adapun suku bunga yang tinggi ini muncul dikarenakan banyaknya ketidakpastian usaha yang terjadi di Indonesia sehingga merugikan pihak bank. Dari fenomena tersebut memunculkan gap kepentingan yang berdampak pada kurangnya sifat kompetitif pengusaha lokal Indoensia, sehingga sekali lagi Indonesia tidak dapat mendapatkan keuntungan dari adanya integrasi. Dan masih banyak lagi yang menunjukan bahwa sebenarnya Indonesia belum siap menghadapi integrasi kawasan. Dari peristiwa tersebut penulis setuju dengan artikel ini pada bagian tantangan dalam terbentuknya integrasi kawasan bagi permaslahan regional, yakni empat faktor yang mempersulit terbentuknya integrasi harus dibenahi dan juga ditambahkan dengan perwujudan dari tahap pembentukan integrasi menurut Hurrell. Sedangakan bagi indonesia bagi penulis yang penting untuk mengawali persiapan menghadapi tantangan integrasi adalah harus terbentuknya effective state. Hal ini bisa terjadi apabila negara sudah memiliki kepastian hukum yang baik, tidak adanya korupsi yang merajarela. Dan karena Indonesia punya potensi SDM yang meilimpah maka yang perlu diperhatikan adalah akses pasar terutama bagi SDM yang kurang memiliki kualitas yang cukup atau tidak terampil. Dan untuk mencapai tahap tersebut perlunya ditingkatkan kualitas pendidikan. Setelah kedua hal pokok ini terpenuhi, maka peningkatan kemampuan secara ekonomi dan moneter barulah menjadi konsentrasi utama agar dapat bersaing dalam integrasi kawasan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai