Anda di halaman 1dari 20

BAB IV SISTEM TRANSFER BATUBARA

4.1 Pengertian Batubara


Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

4.1.1 Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.

Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.

Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

4.1.2 Kelas dan Jenis Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, subbituminus, lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.

Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

4.2 Penyaluran Batubara Dari PT. Bukit Asam ke PLTU Tarahan

PLTU Tarahan unit 3 dan 4 menggunakan bahan bakar utama yaitu batubara yang disuplai dari terminal batubara yang dioperasikan oleh PT. Bukit Asam yang kemudian menuju ke coal receiving hopper milik PLTU Tarahan. Dalam penyalurannya, batubara di transfer melalui belt conveyor yang melintasi jalan Lintas Sumatra. Belt conveyour yang digunakan untuk mengangkut batubara tersebut berbentuk pipa dimana batubara akan tertutup oleh belt conveyour tersebut. Penggunaan pipe conveyour ini didasarkan oleh PLTU Tarahan yang merupakan pembangkit ramah lingkungan. Sepanjang jalur belt conveyor terdapat sensor speed belt yang mempunyai fungsi mendeteksi kecepatan belt conveyor.

Gambar 4.1 Belt Conveyor

Gambar 4.2 Sensor Speed Belt

Proses transfer batubara dimulai dari coal receiving hoper, yang kemudian ditransfer ke coal silo (A & B) yang melewati transfer house (1-6) melalui belt conveyor (pipe). Pada transfer house 1 & 6, terdapat magnetic separator dan metal detector yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

Gambar 4.3 Metal Detector

Gambar 4.4 magnetic Separator

Magnetic Separator

: Alat ini mempunyai fungsi sebagai

pendeteksi logam/besi pada batubara, dimana logam/besi akan terangkat saat melewati magnetic separator. Metal Detector : Alat ini berfungsi mendeteksi kandungan

metal pada batubara saat diatas conveyor dengan member tanda berupa serbuk diatas batubara jika terdapat kandungan metal.

Jalur penyuplaian menuju coal silo hanya terdapat 1 (satu) jalur. Jalur dari coal receiving menuju coal silo (A&B) ini biasa disebut unloading. Coal flow pada unloading bisa mencapai 400 ton/jam. Coal silo sendiri mempunyai kapasitas 2x15.000 ton dengan ketinggian level high high (HH) 36 meter.

Gambar 4.5 Coal Storage Silo Setelah dari coal silo, batubara di transfer ke crusher building melalui belt convaeyor. Penyaluran dari coal silo menuju crusher building melalui 2 (dua) line. Line 1 meliputi B-12, B13, B-14 dan untuk line 2 meliputi B-22, B-23, B-24. Pada B-12 dan B-24 terdapat sirkulasi (circulating) yang bertujuan untuk mensirkulasi batubara apabila keluaran batubara dari coal silo dalam kondisi kurang bagus, seperti terlalu kering. Di bagian bawah coal silo sendiri terdapat rotary plow reclaimer yang mempunyai fungsi untuk mengatur flow keluaran dari coal silo.

Gambar 4.6 Rotary Plow Reclaimer

Setelah batubara dihancurkan atau mengalami proses di crusher building, batubara ditransfer melalui conveyor menuju ke coal bunker dan kemudian ditransfer ke furnace untuk suplai bahan bakar. Penyuplaian batubara dari coal silo menuju crusher building dan kemudian di suplai ke coal bunker dikenal dengan sistem reclaiming, dimana penyaluran menggunakan 2 line.

Gambar 4.7 Crusher Building

Pada Crusher Building, terdapat berbagai bagian yang mempunyai peranan penting dalam pengolahan batubara. Berikut adalah beberapa bagian yang terdapat pada crusher building :

1. Slide Gate Alat ini terdapat di dumper jalur B-14 & B-24 (line 1&2) saat batubara mulai masuk di crusher building. Alat ini mempunyai fungsi untuk mengatur flow batubara yang akan menuju ke belt feeder yang kemudian ke vibrator screen (VS). Bukaan slide gate diatur secara auto dari Coal Handling Electrical Room, tapi bukaan slide gate dibiarkan membuka penuh agar flow batubara maksimal.

Gambar 4.8 Slide Gate

2. Belt Feeder Alat ini mempunyai fungsi untuk mentransfer batubara menuju ke vibrato screen. (VS-11 & VS-21).

3. Vibrator Screen Saat batubara dijatuhkan dari belt feeder, vibrator screen (VS) mempunyai fungsi untuk menyaring batubara yang bertujuan untuk memisahkan/menyaring batubara yang kasar dan halus. Penyaringan tersebut dilakukan dengan getaran dari vibrator.

Gambar 4.9 Vibrator Screen Vibrator screen terdapat 2(dua) buah, yaitu Primary Screen dan Secondary Screen Primary Screen Primary ini terdapat diatas crusher, dimana alat ini merupakan penyaring tahap 1(pertama).

Secondary Screen Bagian ini terdapat dibawah crusher yang berfungsi menyaring batubara yang telah dihancurkan oleh crusher.Penyaringan ini merupakan penyaringan tahap 2(dua). Apabila masih terdapat batubara yang kasar, maka batubara tersebut akan diolah lagi dengan dimasukkan ke crusher oleh screw conveyor (SC)

Keluaran batubara pada screen pengayak pada vibrator screen 20 mm (2cm). Namun keluaran tersebut bisa lebih jika terdapat kerusakan atau kondisi screen yang kurang bagus.

4. Crusher Alat ini mepunyai fungsi yang cukup penting, yaitu sebagai penghancur batubara . Keluaran batubara dari crusher masih harus diproses lagi oleh vibrator screen ( secondary screen ). Sudu-sudu penghancur batubara pada crusher, harus selalu diperhatikan kondisinya agar batubara dapat dihancurkan sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada batubara yang kasar atau besar lolos dari proses penghancuran.

Gambar 4.10 Crusher

5. Screw Conveyor Setelah batubara melewati secondary screen dan ternyata masih terdapat batubara yang kasar, maka batubara tersebut akan disirkulasi ulang dalam pengolahannya oleh bucket elevator untuk dibawa ke crusher. Untuk menuju ke bucket elevator, disalurkan

oleh screw conveyor. Screw conveyor ini berbentuk seperti ulir yang tertutup oleh casing.

Gambar 4.11 Screw conveyor

6. Circulating Bucket Elevator (CB) Fungsi dari alat ini untuk mengangkat batubara yang kasar menuju crusher untuk dilakukan sirkulasi ulang. Setelah dari crusher akan langsung menuju secondary screen. Jika masih ada batubara yang kasar, maka akan dilakukan sirkulasi lagi.

Atas

Bawah

Gambar 4.12 Circulating Bucket Elevator (CB)

7. Bypass Bagian ini sebagai penghubung antara primary screen menuju ke B-14A dan B24A. Batubara yang mempunyai ukuran sesuai dengan kebutuhan akan langsung menuju ke jalur B-14A dan B-24A karena tidak perlu lagi dilakukan pengolahan di crusher. Namun jika vibrator screen mengalami kerusakan pada screennya, batubara ukuran besar pun akan dapat lolos dan melewati bypass.

Gambar 4.13 Bypass

8. Dust Collector Saat didalam crusher building mengalami proses, akan timbul debu atau serbukserbuk halus dari batubara. Dust collector mempunyai fungsi menangkap debu tersebut

agar debu/serbuk dari batubara tidak keluar dari crusher building. Pemasangan dust collector terdapat di bagian sisi luar crusher building.

Gambar 4.14 Dust Collector Setelah batubara mengalami berbagai proses di crusher building, batubara di transfer menuju B-15 & B-25 untuk disalurkan ke coal bunker melalui 2 line. Jalur B-15 dan B-25 seperti bucket elevator, dimana conveyor yang naik ke atas

Gambar 4.15 B-15 dan B-25

Saat masuk ke coal bunker, flow diatur oleh gate bunker dimana bukaan gate bunker diatur secara auto dari Coal Handling Electrical Room. Coal bunker mempunyai ketinggian 12 meter dengan kapasitas batubara 325 ton dengan kondisi high level 77%.

Gambar 4.16 Gate Bunker

Gambar 4.17 Coal Bunker

Kondisi high level pada coal bunker sendri dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan dilakukan secara auto melalui electrical room. Pemakaian batubara pada 1 (satu) coal bunker memakan 5% perjam atau berkisar 16.5 ton/jam. Pengisian batubara di coal bunker sendiri jika sudah menyentuh level 65%, level ini juga diatur sesuai dengan kebutuhan dan pengaturan dilakukan secara auto.

4.3 Sistem Pengisian Batubara Pada Coal Bunker Pengisian batubara pada coal bunker di init PLTU Tarahan, dilakukan jika level pengisian sudah berada pada level 65%. Untuk mencapai level high 77%, pengisian dilakukan 2,5 jam, begitu juga pemakaian batubara dari level high menuju level pengisian berkisar 2,5 jam. Sistem pengisisan batubara pada coal bunker dapat dilakukan dengan menggunakan 3 sistem. Sistem tersebut adalah 1. Unloading reclaiming 2. Direct reclaiming Ketiga sistem tersebut mempunyai persamaan pada penggunaan jalur 2 line saat batubara akan masuk ke crusher building. 3. Coal Truck

4.3.1 Unloading Reclaiming Pada sistem ini, pengisian batubara dimulai dari coal receiving hopper milik PLTU Tarahan. Batubara di suplai menggunakan belt conveyor (pipe) yang melewati 6 transfer house yang kemudian diteruskan menuju coal silo melalui jalur A-1, A-2, A-3. Tahap transfer ini adalah unloading dengan flow batubara 400 ton/jam. Setelah dari col silo, batubara di transfer ke crusher building dengan menggunakan 2 line. - Line 1 : Coal silo, B-12, B-13, B-14, crusher building - Line 2 : Coal silo, B-22, B-23, B-24, crusher building

Setelah melalui proses dari crusher building, batubara di transfer menuju coal bunker pada 2 unit dengan menggunakan 2 line. Tiap unit mempunyai 3 coal bunker dengan tiap bunker memiliki 2 gate bunker yang berasal dari line 1 dan 2. - Line 1 : crusher building, B-14A, B-15, B-16 (3 gate), B-17, B-18 (3 gate) - Line 2 : Crusher building, B-24A, B-25, B-26 (3 gate), B-27, B-28 (3 gate)

Gambar 4.18 Sistem Unloading Reclaiming

Stop : S-1, S-2, S-3, S-4, S-5, S-6, A-1, A-2, A-3, B-11, B-13, B-14,

B-14A, B-15, B-16, B-18 Start : B-18, B-16, B-15, B-14A.S-1

Sistem unloading reclaiming merupakan sistem standart yang digunakan oleh PLTU Tarahan. Namun saat ini pengoperasian sistem unloading reclaiming untuk sementara tidak dipergunakan, hal ini dikarenakan jalur A-2 yamg menghubungkan transfer tower menuju coal silo mengalami kerusakan. Jadi saat ini PLTU Tarahan dalam pengisian batubara ke coal bunker menggunakan system direct reclaiming.

4.3.2 Direct Reclaiming Saat ini PLTU Tarahan menggunakan sistem direct reclaiming dalam pengisian batubara. Sistem ini memiliki persamaan dengan sistem unloading reclaiming, dimana persamaan tersebut terletak pada awal pengiriman batubara. Direct reclaiming menggunakan coal receiving sebagai awal pengiriman dan kemudian batubara di teruskan oleh belt conveyor dengan melewati 6 transfer house dan sistem ini juga mengalami tahap unloading. Setelah berada di transfer tower batubara langsung menuju ke crusher building melalui 2 line yaitu B-14 dan B-24. Pengaturan flow batubara saat melewati jalur B-14 dan B-24 di atur oleh dumper (D-3). Flow batubara pada jalur ini tidak sama karena salah satu line menggunakan auto, dimana bukaan dumper tidak berada pada tengah-tengah tapi lebih condong ke salah satu line. Pada unloading reclaiming, flow batubara yang akan masuk ke crusher building di atur oleh rotary plow reclaiming. Setelah keluar dari crusher building jalur yang digunakan sama dengan sistam unloading reclaiming, yaitu : - Line 1 : crusher building, B-14A, B-15, B-16 (3 gate), B-17,

B-18 (3 gate) - Line 2 : Crusher building, B-24A, B-25, B-26 (3 gate), B-27, B-28 (3 gate)

Sistem ini merupakan pilihan dalam penyaluran batubara apabila sistem unloading reclaiming mengalami gangguan atau masalah dalam pengoperasiannya.

Gambar 4.19 Sistem Direct Reclaiming

Stop : S-1, S-2.S-6, B-14, B-14A, B-15..B-18 Start : B-18, B-17, B-16, B-15, B-14A, B-14, S-6.S-1

Jika dilihat dari gambar sistem direct reclaiming di atas, hanya pemisahan jalur menuju crusher building yang menjadi perbedaan sistem direct reclaiming dan sistem unloading reclaiming.

4.3.3 Coal Truck Pada kondisi tertentu, ada saatnya sistem coal truck digunakan dalam melakukan pengisiian batubara pada coal bunker. Sistem ini memiliki perbedaan di awal mulainya sistem ini bekerja. Pengisian batubara dilakukan melalui dump truk yang diambil dari coal receiving. Pada coal receiving terbagi 2 hopper, dimana salah satunya dipergunakan untuk system Unloading reclaiming dan direct reclaiming.

Gambar 4.20 Hopper Coal Truck

Batubara yang yang diambil melalui dump truck, dibawa menuju hopper coal truck. Pada hopper coal truck ini terdapat 2 jalur yang menghubungkan ke jalur transfer yaitu E-1 dan E-2.

- Line 1 : E-1, B-12, B-13, B-14, crusher building - Line 2 : E-2, B-22, B-23, B-24, crusher building Setelah dari crusher building, jalur atau line yang digunakan sama dengan sitem yang lainnya. - Line 1 : crusher building, B-14A, B-15, B-16 (3 gate), B-17, B-18 (3 gate) - Line 2 : Crusher building, B-24A, B-25, B-26 (3 gate), B-27, B-28 (3 gate)

Gambar 4.21 E-1 dan E-2

Sistem ini jarang dipergunakan jika tidak dalam kondisi tertentu, biasanya penggunaaan sistem coal truck di saat terjadi hujan. Dari gambra sistem dibawah, hanya diawal transfer yang jadi pembeda antara sistem coal truck dengan sistem lainnya.

Gambar 4.22 Sistem Coal Truck

Stop : E-1, B-12, B-13, B-14, B-14A, B-15, B-16, B-17, B-18 Start : B-18, B-17..E-1

Dari ketiga sistem diatas, hanya terdapat sedikit perbedaan dalam jalur running sistem tersebut. Semua sistem tersebut bekerja atau berjalan dengan tjuan yang sama yaitu mengarahkan batubara ke crusher building dengan penanganan awal yang berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai