Anda di halaman 1dari 7

Sintesis Hidroksiapatit Dari Gipsum Tasikmalaya Sebagai Bahan Baku Produk Tulang Buatan ( Kajian Awal Pengembangan Produk

Tulang Buatan )
Eko Pujiyanto1), Alva Edy Tontowi2), Muhammad Waziz Wildan2) dan Widowati Siswomihardjo3) 1) Mahasiswa S3 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2) Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 3) Bagian Biomaterial, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada
E-mail : eko@uns.ac.id Abstrak Hidroksiapatit (HA), dengan formula kimia Ca10(PO4)6(OH)2, merupakan biokeramik yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku tulang manusia buatan Tulang keras manusia mengandung 60-70% HA. Gipsum Tasikmalaya merupakan bahan lokal yang murah dan potensial untuk disintesis menjadi HA. Proses sintesis dilakukan melalui reaksi hidrotermal pada suhu 1000C dengan diammonium hydrogen phosphate. Reaksi hidrotermal dilakukan dengan microwave selama 20 menit. Dari hasil analisis EDX, AAS dan XRD secara simultan menunjukan bahwa gipsum Tasikmalaya telah berhasil disintesis menjadi HA. Karakteristik HA hasil sintesis gipsum tersebut dibandingkan dengan karakteristik HA komersial dengan merk dagang Biopex. Makalah ini menjelaskan proses sintesis dan karakterisasi HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya. Kata kunci: Gipsum Tasikmalaya, sintesis, hidroksiapatit dan karakterisasi 1. Pendahuluan Sehat adalah a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity (WHO, 1948). Menurut definisi tersebut, salah satu syarat manusia yang sehat adalah lengkap secara fisik (complete physical). Fisik atau jaringan tubuh manusia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu jaringan lunak dan jaringan keras. Jaringan keras manusia meliputi tulang dan gigi. Manusia yang jaringan tubuhnya tidak lengkap akan mengalami gangguan fungsi tubuh. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan melakukan restorasi (Ana,2004). Metoda restorasi dilakukan untuk mengganti, melengkapi atau memperbaiki tulang yang tidak ada atau cacat. Beberapa metoda restorasi yang dilakukan adalah : 1). otograf yaitu mengambil tulang dari tubuh sendiri, 2). alograf yaitu mengambil tualng dari spesies yang sama, serta 3). senograf yaitu mengambil tulang dari spesies yang berbeda (Darwono, 2001). Restorasi dengan metoda otograf telah lama dilakukan dan diakui keunggulannya. Keunggulan metoda otograf adalah tidak menimbulkan masalah pasca bedah yang berat. Restorasi dengan metoda otograf memiliki beberapa kelemahan yaitu bagian tubuh donor yang diambil akan mengalami morbiditas, meningkatkan resiko infeksi, meningkatkan resiko kehilangan darah, menambah waktu anestesi dan besarnya jaringan donor yang terbatas sehingga kebutuhan pasien sering tidak dapat dipenuhi (Ferdiansyah dan Agus, 2001). Pada perkembangan selanjutnya, beberapa peneliti dan praktisi mencoba mengembangkan bahan alternatif sebagai bahan baku tulang manusia buatan. Tulang buatan ini merupakan alternatif metoda otograf, alograf, senograf dan implan. Syarat utama tulang buatan ini adalah biokompatibilitas (Webster, 2004). Beberapa sifat lain yang diperlukan yaitu sifat fisis-mekanis yang mendekati atau lebih baik dari tulang manusia (Pompe dkk., 2003) dan harga yang terjangkau (accessiblity) oleh pasien. Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi perkembangan inovasi penggunaan komposit matrik keramik untuk mengganti dan memperbaiki bagian tubuh manusia yang cacat. Keramik yang dipakai sebagai matrik untuk membuat graf sintesis disebut biokeramik sedangkan kompositnya disebut biokomposit (Sopyan, 2003). Hidroksiapatit (HA), dengan formula kimia Ca10(PO4)6(OH)2, merupakan salah satu biokeramik yang paling banyak digunakan sebagai matrik komposit (Suchaneck dan Yoshimura, 1998). Pada manusia, HA dapat ditemukan pada jaringan keras manusia yaitu tulang keras yang mengandung60-70% HA dan email gigi yang mengandung sekitar 98% HA (Shi, 2003).

Sebagai bahan baku tulang buatan, HA dapat diproduksi melalui dua metoda utama yaitu metoda reaksi basah dan reaksi kondisi padat. Metoda reaksi hidrotermal adalah metoda reaksi basah yang banyak digunakan untuk membuat HA (Suchaneck dan Yoshimura, 1998). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku HA adalah gipsum (Furuta, 1998). Gipsum mengandung sekitar 23,3 % kalsium yang dapat disintesis menjadi HA melalui reaksi hidrotermal. Furuta (1998) melakukan sintesis gipsum menjadi HA dengan menambahkan larutan diammonium hydrogen phosphate [ (NH4)2HPO4 ] melalui reaksi hidrotermal konvensional. Katsuki (1999) melaporkan telah berhasil mensintesis gipsum menjadi HA melalui reaksi hidrotermal menggunakan microwave. Indonesia mempunyai potensi gipsum lokal yang cukup besar. Biro Pusat Statistik Republik Indonesia menyebutkan pada tahun 2002 produksi gipsum lokal sebesar 728.000 ton (BPS, 2004). Mengingat produksi gipsum lokal yang cukup besar dan harga yang murah, gipsum lokal dapat dijadikan bahan baku potensial untuk memproduksi HA. Pada masa yang akan datang, kebutuhan graf sintesis untuk restorasi jaringan keras di dunia dan termasuk Indonesia, terus meningkat. Sebagai contoh, di Amerika Serikat kebutuhan biomaterial orthopedi akan tumbuh sebesar $1,4 milyar sampai lima tahun yang akan datang dan mencapai penjualan tahunan lebih dari $2,8 milyar pada tahun 2009. Pada lima tahun yang akan datang, kebutuhan graf sintesis diramalkan tumbuh 17,7% tiap tahun mencapai $220 juta pada tahun 2009 (Patel, 2004). Kebutuhan graf sintesis yang meningkat, menuntut pengembangan bahan alternatif sebagai bahan baku tulang buatan. Bahan ini hendaknya merupakan bahan yang tidak toksik, murah, mudah cara sintesisnya (Craig dan Powers, 2000) dan mudah proses manufakturnya. Mengingat Indonesia mempunyai gipsum lokal yang cukup besar, kita perlu mengembangkan alternatif pembuatan HA dengan bahan baku gipsum lokal. Dari uraian di atas, akhirnya muncul pertanyaan bagaimana mensitesis gipsum Tasikmalaya menjadi HA ? dan seperti apa karakteristik HA yang dihasilkan ? 2. Metode Penelitian

2.1 Bahan penelitian yang digunakan yaitu : 1. Gipsum lokal (CaSO4.H2O) Gipsum diperoleh dari Tasikmalaya masih berupa batuan alam. Gipsum ini merupakan bahan dasar dari hidroksiapatit. 2. Diamonium hydrogen phosphate [(NH4)2HPO4] Bahan ini diproduksi oleh Merck (Germany) yang direaksikan dengan gipsum untuk menghasilkan hidroksiapatit. 2.2 1. 2. 3. 4. Alat-alat yang digunakan yaitu : Pulverizer digunakan untuk menghancurkan batuan gipsum menjadi serbuk. Ayakan (sreen/sieve) digunakan untuk menyaring. Timbangan digital (Sartorius type LC 1210 S) digunakan untuk pengukuran berat. Alat-alat reaksi kimia meliputi gelas kimia, gelas ukur, pipet volum dan tabung reaksi yang digunakan untuk mereaksikan gipsum dengan diamonium hydrogen phosphate. 5. Microwave digunakan untuk pemanasan pada reaksi hidrotermal. 6. Oven dengan suhu maksimum 2500 C. Untuk mengeringkan HA. 7. Difractrometer sinar-X ( XRD) digunakan untuk mengetahui komposisi fasa spesimen. 8. Mesin AAS untuk mengetahui kandungan unsur spesimen secara kuantitatif. 9. Sputtering digunakan untuk melapisi spesimen dengan paduan emas-paladium. 10. Scanning electron microscope (SEM) digunakan untuk mengamati struktur mikro dan analisis unsur (EDX).

2.3 Alur Penelitian Penelitian ini diawali dengan menghancurkan batuan gipsum menjadi serbuk gipsum. Serbuk gipsum dibersihkan dengan air terdestilasi kemudian dikeringkan pada suhu 1000 selama 4 jam. Karakterisasi gipsum dilakukan dengan EDX, AAS dan XRD. Serbuk gipsum direaksikan dengan diamonium hydrogen phosphate dan dipanaskan menggunakan microwave selama 20 menit. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut : 10CaSO4.2H2O+ 6(NH4)2HPO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 6(NH4)2SO4 + 4H2SO4 + 18H2O Endapan hasil reaksi tersebut disaring dan dibersihkan dari unsur yang tidak diperlukan seperti SO42-, NH4+ dan PO43- dengan air terdestilasi dan dikeringkan pada suhu 1000C selama 6 jam. Hasil dari proses tersebut adalah serbuk HA. Karakterisasi HA dilakukan dengan EDX, AAS dan XRD. Terakhir dilakukan analisis perbandingan karakteristik hidroksiapatit yang disintesis dari gipsum Tasikmalaya dengan Biopex dan data standar. Diagram alur penelitian adalah sebagai berikut :

Batu gipsum Tasikmalaya Dihancurkan dengan pulverizer Serbuk gipsum Tasikmalaya Dibersihkan dengan air murni dan dikeringkan pada suhu 1000C selama 4 jam.

Analisis kimia dengan EDX dan AAS

Pengujian komposisi fasa dengan XRD

Analisis perbandingan gipsum lokal dengan data literatur Membuat larutan { Serbuk gipsum ( 20 gram ) + (NH4)2HPO4 ( 400 mL , 1 M ) }

Perlakuan hidrotermal : larutan diletakan dalam gelas pyrex dan dipanaskan dengan microwave selama 20 menit Endapan dibersihkan dengan air terdestilasi dan dikeringkan pada suhu 1000C selama 6 jam. Serbuk hidroksiapatit [ Ca10(PO4)6(OH)4 ]

Analisis kimia dengan EDX dan AAS

Pengujian komposisi fasa dengan XRD

Analisis perbandingan karakteristik hidroksiapatit yang disintesis dari gipsum Tasikmalaya dengan Biopex dan data standar Gambar 1 : Diagram alur penelitian 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Karakterisasi gipsum Tasikmalaya Karakterisasi dilakukan untuk memastikan apakah gipsum yang digunakan memenuhi standar dengan cara membandingkan dengan data literatur. Hasil karakterisasi gipsum Tasikmalaya adalah sebagai berikut : a. Hasil karakterisasi serbuk gipsum Tasikmalaya menggunakan AAS Tabel I : Hasil uji AAS gipsum Tasikmalaya Hasil pengukuran (%) Rata-Rata ( % ) I II III 27,846 0,0281 0,4407 0,0094 0,0447 28,3248 27,846 0,027 0,4015 0,01 0,0447 27,6016 28,9198 0,0281 0,4159 0,0094 0,03888 29,048 28,2039 0,0277 0,4194 0,0096 0,0428 28,3248

Parameter Ca Fe Na K Si SO4

b.

Hasil karakterisasi serbuk gipsum Tasikmalaya menggunakan EDX Tabel II : Hasil uji EDX gipsum Tasikmalaya Element Atomic % C 1,40 O 72,08 Ca 26,52

c.

Hasil karakterisasi serbuk gipsum Tasikmalaya menggunakan XRD


12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 5 15 25 35 45 55

Unsur lain

Gipsum

Gipsum

Gambar 2 : Grafik hasil uji XRD gipsum Tasikmalaya Hasil uji AAS menunjukan bahwa bahan tersebut mengandung Ca sebesar 28,2 % sedangkan pada hasil uji EDX bahan tersebut mengandung kalsium (Ca) sebesar 26 %. Hasil uji XRD menunjukan 3 puncak utama gipsum terjadi pada sudut 2 sebagai berikut 20,7259 , 11,6376 dan 29,123. Dengan menggunakan Braggs Law ( =2d sin ) dapat dihitung dispancing untuk 3 puncak di atas adalah sebagai berikut ( diketahui Cu adalah = 1,54056 ) : Tabel III : Perbandingan nilai d hasil uji XRD gipsum Tasikmalaya dengan data standar Hasil uji XRD JCPDS No. 70-0983 No d = / (2sin ) ( ) Intensity d() Intensity 1 4.28223 993 4.282 999 2 7.59794 919 7.600 889 3 3.06381 899 3.065 96 Hasil uji EDX,AAS dan XRD secara simultan menunjukan bahwa data tersebut menuju pada satu kesimpulan bahwa bahan tersebut adalah gipsum dan mengandung cukup Ca yang menjadi unsur dasar yang akan disintesis menjadi HA. 3.2 Karakterisasi serbuk HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya a. Hasil karakterisasi serbuk HA menggunakan AAS Tabel IV : Hasil uji AAS HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya Hasil pengukuran (%) Parameter Rata-Rata ( % ) I II III Ca Fe K Na Pb SO4 P 17,5975 0,0192 0,005 0,0149 0,002 0,0882 0,2815 17,5975 0,0194 0,0038 0,0157 0,0015 0,1093 0,2797 17,5975 0,0199 0,0041 0,0155 0,0018 0,0882 0,2832 17,5975 0,0195 0,0043 0,0154 0,0018 0,0952 0,2815

b. Hasil karakterisasi serbuk HA menggunakan EDX


Tabel V : Hasil uji EDX HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya Element Atomic % C 0,77 O 69,38 P 10,74 Ca 19,11

c.

Hasil karakterisasi serbuk HA menggunakan XRD


Intensitas 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0 5 2 teta 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

HA Unsur lain HA

Gambar 3 : Grafik hasil uji XRD HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya Hasil uji AAS menunjukan bahwa bahan tersebut mengandung Ca sebesar 17,59 % dan P sebesar 0,28 % sedangkan pada hasil uji EDX bahan tersebut mengandung kalsium (Ca) sebesar 19,11 % dan phosphate ( P ) sebesar 10,74. Hasil uji XRD menunjukan 3 puncak utama HA hasil sintesis gipsum terjadi pada sudut 2 sebagai berikut 32,5185 , 26,2829 dan 47,0087. Dengan menggunakan Braggs Law ( =2d sin ) dapat dihitung dispancing untuk 3 puncak di atas adalah sebagai berikut ( diketahui Cu adalah = 1,54056 ) : Tabel VI : Perbandingan nilai d hasil uji XRD HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya dengan data standar Hasil uji XRD JCPDS No. 01-1008 No d = / (2sin ) ( ) Intensity d() Relative Intensity 1 2,75125 800 2,79 100 2 3,38808 470 3,44 40 3 1,93145 179 1,94 20 Hasil uji EDX,AAS dan XRD secara simultan menunjukan bahwa data tersebut menuju pada satu kesimpulan bahwa bahan tersebut adalah HA. Walaupun demikian masih terdapat unsur lain dalam jumlah yang tidak signifikan. Pada analisis berikutnya, unsur ini perlu diteliti lebih jauh melalui uji toksisitas, karena HA yang dihasilkan tidak boleh mengandung unsur toksik yang ditolak oleh tubuh. 3.3 Karakterisasi serbuk HA komersial (Biopex) a. Hasil karakterisasi serbuk HA menggunakan AAS Tabel VII : Hasil uji AAS HA komersial (Biopex) Hasil pengukuran (%) Parameter Rata-Rata ( % ) I II III Ca Fe Na Pb SO4 P 28,7359 0,0051 1,0042 0,0028 0,0246 0,2673 29,829 0,0047 0,0044 0,0034 0,0458 0,2656 29,829 0,0047 0,0044 0,0043 0,0458 0,2656 29,4646 0,0048 0,3377 0,0035 0,0387 0,2662

b.

Hasil karakterisasi serbuk HA menggunakan XRD


5000 4000 3000 2000 1000 0 0 10 20 30 40 50 60

HA HA Unsur lain

Gambar 4 : Grafik hasil uji XRD HA komersial Biopex Hasil uji AAS menunjukan bahwa Biopex mengandung Ca sebesar 29,46 % dan P sebesar 0,266 %. Hasil uji XRD menunjukan 3 puncak utama HA hasil sintesis gipsum terjadi pada sudut 2 sebagai berikut 31,7165 , 25,8572 dan 46,6231. Dengan menggunakan Braggs Law ( =2d sin ) dapat dihitung dispancing untuk 3 puncak di atas adalah sebagai berikut ( diketahui Cu adalah = 1,54056 ) : Tabel VIII : Perbandingan nilai d hasil uji XRD HA komersial Biopex dengan data standar Hasil uji XRD JCPDS No. 01-1008 No d = / (2sin ) ( ) Intensity d() Relative Intensity 1 2,81894 3665 2,79 100 2 3,44289 1398 3,44 40 3 1,94653 1144 1,94 20 Perbandingan karakterisasi HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya, HA komersial (Biopex) dan data standar JCPDS ( untuk uji XRD). a. Uji AAS untuk mengetahui unsur kimia Tabel IX : Perbandingan persentase Ca dan P HA hasil sintesis dengan HA komersial Biopex HA komersial (Biopex) HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya Parameter Ca P b. Rata-rata ( % ) 17,5975 0,2815 Rata-Rata ( % ) 29,4646 0,2662

Uji XRD untuk mengetahui komposisi fasa Tabel X : Perbandingan nilai d hasil uji XRD HA hasil sintesisi dengan Biopex dan data standar HA hasil sintesis gipsum HA komersial (Biopex) JCPDS Tasikmalaya No. 01-1008 Relative No d Intensity d Intensity d() Intensity 1 2,75125 800 2,81894 3665 2,79 100 2 3,38808 470 3,44289 1398 3,44 40 3 1,93145 179 1,94653 1144 1,94 20

Pada uji AAS terdapat perbedaan persentase unsur Ca yang cukup signifikan yaitu ( 29, 4646-17,5975) = 11,8671 %. Kondisi ini diprediksi akan mempengaruhi sifat mekanis setelah mengalami proses sintering. Sedangkan kandungan P tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada uji XRD selisih dispancing (d) antara HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya, HA komersial (Biopex) dan JCPDS tidak signifikan dan secara konsisten HA hasil sintesis gipsum Tasikmalaya mempunyai pola grafik yang sama dengan HA komersial Biopex (gambar 3 dan gambar 4).

4. Kesimpulan dan penelitian selanjutnya Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan sintesis gipsum Tasikmalaya menjadi HA. Karakterisasi yang dilakukan yaitu uji EDX,AAS dan XRD menuju pada satu kesimpulan bahwa bahan tersebut adalah HA. Adanya perbedaan yang signifikan persentase unsur Ca menjadi data menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penemuan lain yang perlu dikaji lebih dalam adalah unsur lain yang terdapat pada HA dengan melakukan uji toksisitas. Uji toksisitas ini mutlak dilakukan untuk mengetahui apakah unsur tersebut toksik atau tidak. HA sebagai bahan baku tulang buatan harus bersifat biokompatibel, dimana salah satu syaratnya ditunjukan oleh toksisitas. 5. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini mendapat dukungan dana dari RUT XII Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Tidak lupa terima kasih yang tulus pada drg. Ika Dewi Ana, Ph.D. yang telah banyak membantu penulis mendapatkan paper pendukung penelitian ini. Daftar Pustaka Ana, I.D.,2004, Fabrikasi Limbah dan Sedimentasi Alam Gipsum Menjadi Monolit Hidroksiapatit Berporus Interkonektif, Kajian Awal Rekayasa Subtitusi Tulang, Proposal Penelitian Inovatif UGM BPS, 2004, http://www.bps.go.id, diakses Juni 2005 Craig, R.G., and Powers, J.M., 2000, Restorative Dental Material, 11th Edition ; didapat dari www.mosby.com;di akses Agustus 2005 Darwono, B.,2001, Pengalaman Penggunaan Allograft Tulang di RSPAD Gatot Subroto-Jakarta, Proceeding The First Indonesian Tissue Bank Scientific Meeting and Workshop on Biomaterial, hal 42a-42h. Ferdiansyah dan Agus, A.,2001, Standar Pemrosesan Biomaterial, Proceeding The First Indonesian Tissue Bank Scientific Meeting and Workshop on Biomaterial, hal 19-24. Furuta, S., Katsuki,H. and Komarneni, S., 1998 , Porous Hydroxyapatite Monoliths from Gypsum Waste, J. Mater. Chem., No. 8, pp. 28032806 Katsuki,H., Furuta,S., and Komarneni, S., 1999, Microwave Versus Conventional Hydrothermal Synthesis of Hydroxyapatite Crystals from Gypsum, J. Am. Ceram. Soc., Vol 87 , No. 8, pp. 2257-2259 Patel, N., 2004, Bone Morphogenic Proteins and Synthetic Bone Graft Substitutes to Drive Growth in Emerging US Orthopedic Biomaterials Markets over Coming Years ; didapat dari www.mrg.net diakses Juli 2005 Pompe,W., Worch ,H, Epple, M. , Friess W., Gelinsky , M, Greil,P.,Hempele,U., Scharnweber, D. and Schulte, K., 2003, Functionally Graded Materials For Biomedical Applications , Materials Sci. and Eng. A, Vol. 362, pp. 4060 Shi, D., 2003, Development Of Bioactive Materials for Hard Tissue Substitutes in Biomedical Applications, Note Lecture, Dept. of Chemical and Materials Engineering, University of Cincinnati , Cincinnati, OH 45221 Suchaneck, W. and Yoshimura, M., 1998, Processing and Properties of Hydroxyapatite Based Biomaterials for Use as Hard Tissue Replacement Implants, J. Mater. Res., Vol. 13, No. 1, pp 94-117. Sopyan, I., 2003, Preparasi dan Karakterisasi Kimia Fisika Material Biokeramik untuk Aplikasi Medis , Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri, Vol. I, hal. 212 219 Webster, J.G., 2004, Bioinstrumentation, John Willey and Sons Inc. WHO, 1948, Preamble to The Constitution of The World Health Organization, ; didapat dari http://www.who.int/about/definition/en/ , diakses Agustus 2005

Anda mungkin juga menyukai