Oleh :
KEPANITERAAN KLINIK SMF ANESTESI RSUD SERANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb, Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Resusitasi Jantung Paru. Referat ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian Anestesi di RSUD Serang. Dalam penulisan presentasi kasus ini penulis tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan yang dihadapi, namun berkat pertolongan dari berbagai pihak presentasi kasus ini dapat terwujud. Tidak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya kepada dr. Herman Pipih Sp.An yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan referat ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan referat ini.
Indikasi : 1. Henti nafas a. Obstruksi atau sumbatan jalan nafas 1) Sebagian - snoring (mengorok lidah jatuh) - wheezing (asthma) - chrowing (crying spasme/lengking), - gargling (ada cairan/bunyi kumur) 2) Total - aliran udara tidak terasa, retraksi pada leher dan dada
2. Henti jantung Etiologi : MCI, oksigen akut, kelebihan digitalis, ggg elektrolit asam basa, kecelakaan (syok listrik, tenggelam), refleks vagus, anestesi dan pembedahan Tanda2nya : - denyut nadi besar tidak teraba - sianosis atau pucat, pernafasan berhenti atau satu-satu - dilatasi pupil, tidak bereaksi terhadap rangsang cahaya - pasien tidak sadar
Sebelum menolong korban, hendaklah menilai keadaan lingkungan terlebihdahulu: Apakah korban dalam keadaan sadar? Apakah korban tampak mulai tidak sadar, tepuk atau goyangkan bahu korban dan bertanya dengan suara keras Apakah Anda baik-baik saja? Apabila korban tidak berespon, mintalah bantuan untuk menghubungi rumah sakit terdekat, dan mulailah RJP.
Fase RJP 1. FASE I =basic life support yaitu prosedur pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas, dan henti jantung, dan bagaimana melakukan RJP dengan benar A (airway) = menjaga agar jalan nafas tetap terbuka B (breathing ) = ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat C (circulation) = mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung
A (airway) = menjaga agar jalan nafas tetap terbuka 1. Head tilt and chin lift Bila tidak ada trauma pada leher (servikal)
2. Jaw thrust manuever - rahang bawah didorong ke depan pada sendinya - pada pasien dengan trauma leher 3. Triple manuever a. Kepala ekstensi pada alanto occipital b. Mandibula didorong ke depan c. Mulut dibuka
Pembersihan jalan nafas secara manual : a. Buka mulut dengan paksa dengan jari tangan b. Sapukan 1-2 jari c. Drainasekan cairan dengan memutar kepala ke samping
B (breathing ) = ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat Feel, look and listen
Breathing support : 1. Mulut ke mulut Penolong menarik nafas dalam, Bibir penolong ditempelkan erat dengan bibir pasien dengan erat agar tidak terjadi kebocoran. Udara ekspirasi dihembuskan sambil memencet kedua cuping hidung pasien. Perhatikan kenaikan dada pasien. 2. Mulut ke hidung Udara ekspirasi ditiupkan ke hidung pasien dengan menutup mulut pasien Indikasi : trauma maksilo fascial, trismus 3. Mulut ke stoma Udara ekspirasi ke lubang trakeostomi Indikasi : post laringektomi, stroke yang lama Penilaian :
ADEKUAT : dada naik, dilepas ->dada turun, terdengar udara ekspirasi pasien INADEKUAT : udara masuk lambung -> distensi lambung
Kompresi pada dewasa : 1 pangkal telapak tangan diatas sternum di proyeksi antara kedua papila mamae pangkal telapak tangan yang lain di atas punggung tangan yang lainnya Tekan 4-5 cm Laju kompresi : 100x/menit
Ratio ventilasi kompresi : 1 dan 2 penolong = 2 : 30 Kompresi pada bayi : Pertengahan sternum 2-3 jari Tekan 1,5-2,5 cm Laju kompresi 100x/menit
Kompresi pada anak : Sedikit dibawah sternum 1 pangkal telapak tangan Tekan 2,5-3 cm Laju kompresi 80x/menit
2. FASE II = advance life support yaitu : pemulihan sirkulasi spontan D (drugs) = pemerian obat-obatan termasuk cairan E (EKG) = diagnosis elektrokardiografi secepat mungkin F (fibrillation treatment) = tindakan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel
D (drugs) = pemerian obat-obatan termasuk cairan 1. Adrenalin 5-1 mg IV, dapat diulang tiap 5 menit 2. Na bikarbonas Menanggulangi keadaan asidosis 1 mg/kgbb 3. Lidokain Anti disritmia dosis awal 1mg/kgbb bolus iv bolus tambahan 0.5 -1 mg/kgbb tiap 5 menit 4. Atropin Dosis 0.5 mg/70 aq IV Bisa diulang sampai total 2 mg 5. Kalsium klorida 10% Kontraktilitas miokardium Dosis 5 ml/70 aq bisa diulang setiap 10 menit 6. Dopamin dobutamin Inotropik jantung Dopamin : 1 - 10 g /kg/menit Dobutamin : 2,5 10 g/kg/menit 7. Aminophylin
E (EKG) = diagnosis elektrokardiografi secepat mungkin Bukan merupakan indikator sirkulasi Dapat diketahui jenis henti jantung yang terjadi Dipasang segera sesudah RJP dimulai
F (fibrillation treatment) = tindakan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel Terapi definitif fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel tanpa denyut nadi => DC SYOK Prosedur defibrilasi Paddle 1 ditempatkan dibawah klavicula kanan dekat tulang dada atas Paddle 2 di iga ke 5 antara garis mid clavicula kiri dengan garis axilla anterior kiri
DC Shock dewasa mulai 200 J -> dosis awal yg cukup efektif yang jarang menimbulkan kerusakan miokard
DC shock I (200 J) DC shock II (200 J) DC shock III (200 J) ventilasi kompresi 1:5/2:30 sebanyak 10 x DC shock IV (360 J) DC shock V (360 J) DC shock VI (360 J) Interval DC shock 200 J III dan DC shock IV jangan lebih dari 2 menit
3. FASE III = prolonged life support G (gauging ) = penilaian menentukan terapi dan penyebab kematian H (human mentation) = tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sisem saraf dari kerusakan lebih lanjut I (intensive care) = perawatan intensive di ICU Tindakan segera : Cegah hypoperfusi jaringan pertahankan volume dan tekanan darah Pasang CVP kateter urin Monitor deuresis, EKG, Suhu Ventilasi mekanik lewat ETT-NTT Optimalisasi PO2, PCO2 arteri, asam basa
CT scan Perawatan aseptik kateter jalan nafas Drainase lambung pus hematoma Kontrol cairan masuk keluar Kontrol berat badan Kontrol dan optimalkan cel-cel; ht; BT-CT; GD; elektrolit protein plasma Nutrisi IV-Oral (KH-AA-Vit) Koreksi penyebab shock - CA
Komplikasi resusitasi : Insufisiensi regurgitasi aspirasi Patah iga pneumotoraks hematotoraks empisema subkutis Patah sternum tamponade cor Ruptur hepar paru Ggg sirkulasi a bacilaris/vertebralis rusak batang otak Usaha intubasi lama asphyxia henti jantung
Mengakhiri resusitasi : 1. Sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif telah timbul 2. RJP diambil alih 3. Tidak sadar, pernafasan spontan (-), dilatasi pupil 15-30 menit 4. Asistole selama 30 menit setelah RJP dan obat optimal 5. Stadium terminal suatu penyakit
DAFTAR PUSTAKA Latief, Said. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua. Jakarta : FKUI. Purnomo, Basuki. 2008. Dasar-dasar Urologi Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto. Roger, Mark C. 1988. Current Practice in Anesthesiology Transurethral Prostatectomy hal. 180-184. Philadelphia: B.C Decker Inc.