html
2. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat pada tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. 3. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah. 4. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak dilakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari suatu kebijakan atau program. 5. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan diharapkan lebih baik
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=1210 PEDOMAN PRAKTIS UNTUK EVALUASI Tanggal: Thursday, 27 August 2009 Topik: Depsos oleh :Muman Nuryana, MSc., Ph.D.*) "Once people create a system, its impossible to destroy. Artist Kosho Ito on Standards created in the art world.
Pengantar Berfokus pada hasil adalah sebuah elemen sentral dalam reformasi sektor publik akhir-akhir ini. Oleh itu maka evaluation atau evaluasi menjadi demikian penting dalam lingkungan yang berorientasi pada hasil, mengingat evaluasi menyediakan feedback terhadap efisiensi, efektivitas dan kinerja kebijakan publik dan dapat menjadi kritikal bagi perbaikan dan inovasi kebijakan. Esensinya evaluasi berkontribusi kepada akuntabilitas kepemerintahan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk memperbaiki pembuatan-kebijakan pada semua level pemerintahan; namun demikian, penggunaannya telah sering terbuktikan bahwa evaluasi masih sangat terbatas terutama dalam hubungannya dengan keputusan kebijakan kunci dan realokasi anggaran. Pedoman ini mengidentifikasi isu-isu kunci dan praktis yang perlu dipertimbangkan ketika mencari upaya untuk meningkatkan kegunaan dari evaluasi. Fokus utama tulisan ini lebih pada aktivitas manajemen evaluasi dalam pemerintahan dan manajemen evaluasi individu dari pada menjawab pertanyaan-pertanyaan metodologis. Namun perlu diketahui bahwa bukanlah peran evaluasi untuk menentukan input apa yang paling sesuai untuk pembuatan kebijakan dan proses manajemen kinerja. Keputusan untuk itu adalah tanggung jawab pembuat kebijakan.
Memperoleh yang paling berharga dari evaluasi Evaluasi adalah penilaian analitis terhadap hasil dari kebijakan publik, organisasi atau program, yang menekankan pada reliabilitas dan kegunaan dari temuan. Peranan evaluasi adalah untuk memperbaiki informasi dan mengurangi ketidakpastian; evaluasi didasarkan pada metoda yang tepat yang mengandalkan pada penilaian. Suatu pembedaan dapat dibuat antara ex-ante evaluation (atau policy review) dan ex-post evaluation. Banyak praktis didiskusikan dalam Pedoman ini tentang bagaimana menerapkan dengan setara atas keduanya, sekalipun tujuannya berbeda. Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk memperbaiki pembuatan-keputusan, alokasi sumber daya dan akuntabilitas. Hal ini dapat dicapai dengan menginformasikan kepada publik, kepada proses pembuatan-kebijakan kunci, dan mendorong pembelajaran organisasional yang sedang berjalan. Evaluasi harus menjadi bagain dari sebuah kerangka kerja manajemen kinerja yang luas. Evaluasi dapat menjadi suplemen dan memperbaikinya, tetapi tidak menggantikannya. Keberhasilan evaluasi didasarkan pada kolaborasi antara peserta kunci (evaluator, pengguna dan stakeholder), di bawah kepemimpinan sebuah komisioner. Komisioner adalah organisasi yang mengkomisikan evaluasi. Komisioner merencanakan evaluasi, memonitor kemajuannya, menerima laporan evaluasi, dan membuat keputusan strategis untuk tindakan lanjut. Komisioner bisa saja kementerian atau agensi pemerintah pusat (misalnya Kementerian Sosial atau evaluasi independen dan organisasi audit). Dalam beberapa kasus komisioner mungkin juga adalah evaluator.