Anda di halaman 1dari 11

Pedoman Memahami Gratifikasi

PT PLN (Persero) Jl. Trunojoyo Blok M I - No.135 Kebayoran Baru, Jakarta 12160 Telp. (021) 7261122, 7251234, 7250550 fax. (021) 7221330 www.pln.co.id www.plnbersih.com

27 Oktober 2012

w w w. p l n b e r s i h . c o m

DAFTAR ISI
Pengantar Direktur Utama Pendahuluan Apa yang Dimaksud dengan Gratifikasi? Apakah Pejabat dan Pegawai PLN Termasuk Subyek Hukum UU Tindak Pidana Korupsi? Bilamana Gratifikasi Dikatakan Sebagai Tindak Pidana Korupsi? Mengapa Gratifikasi Diatur dalam Suatu Peraturan Perundang-undangan? Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi Bagaimana Mengidentifikasi Gratifikasi yang Dilarang (Ilegal)? Apa Saja yang Harus Saya Lakukan dan Siapkan Dalam Melaporkan Gratifikasi Ilegal? Apa yang Dilakukan oleh UPG PLN Pada Laporan Saya Setelah Laporan Diserahkan dan Diterima Secara Resmi? Contoh-contoh Kasus Gratifikasi Alur Prosedur Pelaporan Penerimaan Gratifikasi 1 2 3 4

PENGANTAR DIREKTUR UTAMA


Salah satu ciri perusahaan modern adalah bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme serta menjunjung tinggi prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Segala tindak tanduk dan perilaku anggota perusahaan harus sejalan dengan prinsip tersebut. Manajemen PLN telah bertekad bulat untuk menjadikan PLN sebagai institusi yang modern, bersih dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Direksi PLN juga siap menjadi model anti korupsi bagi seluruh anggota perusahaan. Di sisi lain, segala bentuk praktek korupsi dan suap tidak akan ditolerir dan tidak akan mendapat tempat di perusahaan ini. Karena itu kini tengah dicanangkan program PLN Bersih, yaitu program untuk me review kembali sistem pengadaan dan pelayanan pelanggan agar benar-benar bebas dari potensi terjadi korupsi dan suap. Sistem dan mekanisme yang baik akan menutup setiap celah dan peluang terjadinya praktek korupsi. Sejalan dengan program PLN Bersih, buku Memahami Gratifikasi ini dibuat dengan semangat menjaga integritas bisnis PLN, sekaligus sebagai pedoman bagi seluruh jajaran PLN dalam memahami definisi dan konsep gratifikasi, serta mengetahui bagaimana menyikapi sebuah gratifikasi. Buku ini juga dibuat untuk membentengi kita semua agar terhindar dari praktek gratifikasi ilegal yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. Jakarta, 27 Oktober 2012

6 7

12
Nur Pamudji Direktur Utama

13

14 17

PENDAHULUAN
Korupsi merupakan salah satu kata yang cukup populer di masyarakat dan telah menjadi tema pembicaraan seharihari. Namun demikian, ternyata masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu korupsi. Pada umumnya, masyarakat memahami korupsi sebagai sesuatu yang merugikan keuangan negara semata. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, ada 30 jenis tindak pidana korupsi. Ke-30 jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu: i) kerugian keuangan Negara ii) suap-menyuap iii) penggelapan dalam jabatan iv) pemerasan v) perbuatan curang vi) benturan kepentingan pengadaan, dan vii) gratifikasi. dalam Dari berbagai jenis korupsi yang diatur dalam undang-undang, gratifikasi merupakan suatu hal yang relatif baru dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi di Indonesia. Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B UndangUndang tersebut di atas. Pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa, perbuatan penerimaan gratifikasi oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara dianggap sebagai perbuatan suap apabila pemberian tersebut dilakukan karena berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Terbentuknya peraturan tentang gratifikasi ini merupakan bentuk kesadaran bahwa gratifikasi dapat mempunyai dampak yang negatif dan dapat disalahgunakan khususnya dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik, sehingga unsur ini diatur dalam perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan jika budaya pemberian dan penerimaan gratifikasi Negara dan Pegawai Negeri dapat dihentikan, maka tindak pidana pemerasan dan suap d a p a t d i m i n i m a l k a n a t a u bahkan dihilangkan. Sejalan dengan program PLN Bersih dan semangat tata kelola perusahaan yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab (responsibilitas), independensi dan keadilan ( fairness), maka dipandang perlu adanya pedoman untuk memahami gratifikasi yang dituangkan dalam buku kecil. Dalam buku ini, dijelaskan bahwa unsur di PLN, mulai dari pimpinan, baik itu Komisaris, Direksi, pejabat maupun pegawai PLN termasuk dalam kategori pihak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait gratifikasi dan korupsi. Buku Memahami Gratifikasi ini diharapkan memberi pemahaman yang lebih baik bagi seluruh unsur di PLN, baik dari tingkat pimpinan, Direksi, Komisaris, pejabat sampai dengan tingkat pegawai dan mitra kerja, mengenai gratifikasi yang terkait dengan Tindak Pidana Korupsi, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN GRATIFIKASI?

Penjelasan Pasal 12B UU Nomor 31 tahun 1999 jo. UU Nomor 20 tahun 2001 mendefinisikan gratifikasi sebagai pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. Jadi pada dasarnya arti gratifikasi adalah pemberian. Tidak semua bentuk gratifikasi merupakan tindakan yang bertentangan dengan hukum.

Gratifikasi yang bertentangan dengan hukum adalah bentuk gratifikasi yang memenuhi kriteria sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 12B UU Nomor 31 tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 di atas. Satu hal yang patut diingat bahwa gratifikasi berlaku dua arah, yaitu menerima dan memberi.

APAKAH PEJABAT DAN PEGAWAI PLN TERMASUK SUBYEK HUKUM UU TINDAK PIDANA KORUPSI?

BILAMANA GRATIFIKASI DIKATAKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA KORUPSI?

MENGAPA GRATIFIKASI DIATUR DALAM SUATU PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN?


Gratifikasi saat ini diatur di dalam Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Buku ini dibuat agar pegawai PLN dan semua pihak yang terkait dengan PLN benar-benar memahami pengertian gratifikasi sehingga terhindar dari kemungkinan terlibat dalam suatu gratifikasi illegal. penyebab timbulnya konflik kepentingan yang berpotensi mendorong terjadinya tindak pidana korupsi. Definisi konflik kepentingan adalah situasi dimana seorang pengambil keputusan yang memiliki kekuasaan dan kewenangan mempunyai atau diduga mempunyai kepentingan pribadi atas setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya Situasi yang menyebabkan seseorang dalam jajaran PLN menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan h a d i a h a t a s s u a t u keputusan/jabatan merupakan salah satu kejadian yang sering dihadapi oleh jajaran PLN yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Beberapa bentuk konflik kepentingan yang dapat timbul dari pemberian gratifikasi ini antara lain adalah: 1. Penerimaan gratifikasi dapat membawa kepentingan terselubung (vested interest) dan kewajiban timbal balik atas sebuah pemberian sehingga independensi jajaran PLN dapat terganggu; 2. Penerimaan gratifikasi dapat mempengaruhi obyektivitas dan penilaian professional jajaran PLN; 3. Penerimaan gratifikasi dapat digunakan sedemikian rupa untuk mengaburkan terjadinya tindak pidana korupsi; dan lain-lain Penerimaan gratifikasi oleh jajaran PLN dan keluarganya dalam suatu acara pribadi atau menerima pemberian suatu fasilitas tertentu yang tidak wajar, semakin lama akan menjadi kebiasaan yang cepat atau lambat akan mempengaruhi jajaran PLN tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa pemberian tersebut sekedar
5

Pegawai dan pejabat PLN termasuk kategori penyelenggara Negara dan/atau pegawai negeri. Undang-Undang No 28 tahun 1999 tentang Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai penyelenggara Negara termasuk pula Komisaris, Direksi dan pejabat BUMN, sementara yang dimaksud dengan Pegawai Negeri berdasarkan Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, termasuk di dalamnya Pegawai BUMN. Hal ini menjelaskan bahwa Direksi, Komisaris, pejabat dan pegawai PLN termasuk dalam subyek hukum tindak pidana korupsi dalam kaitan dengan gratifikasi.

Untuk mengetahui kapan gratifikasi menjadi kejahatan korupsi, perlu dilihat rumusan peraturan perundang-undangan yang menyatakan bahwa: Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya Jika dilihat dari rumusan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu gratifikasi berubah menjadi suatu perbuatan pidana suap pada saat pihak tersebut melakukan tindakan menerima gratifikasi dari pihak manapun sepanjang pemberian tersebut diberikan berhubungan dengan jabatan ataupun pekerjaannya.

tanda terima kasih dan dapat dibenarkan, tetapi pemberian tersebut patut diwaspadai sebagai pemberian yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan karena terkait dengan jabatan penerima, serta kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan dari pemberi dan pada saatnya penerima gratifikasi akan berbuat sesuatu untuk kepentingan pemberi sebagai balas jasa.

Konflik Kepentingan dalam Gratifikasi


Adanya gratifikasi berpotensi menimbulkan konflik kepentingan pengambilan keputusan dalam pengelolaan Perusahaan. Salah satu faktor tidak berjalannya sebuah korporasi yang sehat adalah kebiasaan adanya praktek gratifikasi yang melibatkan pengambil keputusan di dalam perusahaan. Hal ini menjadi salah satu

Pengelolaan Gratifikasi
Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan yang timbul karena gratifikasi tersebut, seluruh jajaran PLN harus menolak penerimaan gratifikasi, apabila terpaksa menerimanya maka harus melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK atau melalui Unit Pengendalian Gratifikasi PLN (UPG PLN) untuk kemudian ditetapkan status kepemilikan gratifikasi tersebut oleh KPK.

GRATIFIKASI SEBAGAI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI GRATIFIKASI YANG DILARANG (ILEGAL)?

Pengaturan

tentang

gratifi-

kasi berdasarkan penjelasan sebelumnya diperlukan untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh jajaran PLN. Melalui pengaturan ini diharapkan seluruh jajaran PLN dapat mengambil langkah-langkah yang tepat, yaitu menolak atau segera melaporkan gratifikasi yang diterimanya. 1. Penerima Gratifikasi yang Wajib Melaporkan Gratifikasi Penerimaan gratifikasi oleh jajaran PLN wajib dilaporkan kepada KPK melalui UPG PLN selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

2. Konsekuensi Hukum Dari Tidak Melaporkan Gratifikasi yang Diterima Terdapat konsekuensi terhadap penerima dan pemberi gratifikasi yang dikategorikan illegal yaitu adanya ancaman sanksi pidana yaitu penjara dan denda yang menyatakan bahwa penerimaan (dan/atau pemberian) gratifikasi merupakan hal yang sangat serius sebagai salah satu bentuk tindak pidana korupsi, dengan sanksi pidana yang persis sama dengan tindak pidana suap lainnya dalam Undang-Undang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Untuk mempermudah dalam memahami apakah gratifikasi yang diterima termasuk suatu pemberian yang legal atau ilegal dapat diidentifikasi denagn cara membuat pertanyaan reflektif sebagai berikut: Pertanyaan Reflektif (Pertanyaan Kepada Diri Sendiri) Jawaban atas Pertanyaan (Apakah Pemberian Cenderung ke Arah Gratifikasi Ilegal/Suap atau Legal) Jika motifnya menurut dugaan Anda adalah ditujukan untuk mempengaruhi keputusan Anda sebagai pengambil keputusan, maka pemberian tersebut dapat dikatakan cenderung ke arah gratifikasi ilegal dan sebaiknya Anda tolak. Seandainya karena terpaksa oleh keadaan gratifikasi diterima, segera laporkan kepada KPK atau melaluiUUPG PLN untuk diteruskan kepada KPK. Jika jawabannya adalah ya (memiliki posisi setara), maka bisa jadi kemungkinan pemberian tersebut diberikan atas dasar pertemanan atau kekerabatan (sosial), meski demikian untuk berjaga-jaga ada baiknya Anda mencoba menjawab pertanyaan 2b. Jika jawabannya tidak (memiliki posisi tidak setara) maka Anda perlu mulai meningkatkan kewaspadaan Anda mengenai motif pemberian dan menanyakan pertanyaan 2b untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut.

Apakah motif dari pemberian hadiah oleh pihak pemberi kepada Anda?

a. Apakah pemberian tersebut diberikan oleh pemberi yang memiliki hubungan kekuasaan/ posisi setara dengan Anda atau tidak? Misalnya pemberian tersebut diberikan oleh bawahan, atau pihak lain yang tidak setara secara kedudukan/posisi baik dalam lingkup hubungan kerja atau konteks sosial yang terkait kerja.

Pertanyaan Reflektif (Pertanyaan Kepada Diri Sendiri) b. Apakah terdapat hubungan relasi kuasa yang bersifat strategis? Artinya terdapat kaitan berkenaan dengan/ menyangkut akses ke aset-aset dan kontrol atas aset-aset sumberdaya strategis perusahaan akibat posisi Anda saat ini seperti misalnya sebagai panitia pengadaaan barang dan jasa atau lainnya.

Jawaban atas Pertanyaan (Apakah Pemberian Cenderung ke Arah Gratifikasi Ilegal/Suap atau Legal) Jika jawabannya ya, maka pemberian tersebut patut Anda duga dan waspadai sebagai pemberian yang cenderung ke arah gratifikasi ilegal.

3 4 5

Apakah pemberian tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan benturan kepentingan pada saat ini maupun di masa mendatang?

Jika jawabannya ya, maka sebaiknya pemberian tersebut Anda tolak dengan cara yang baik dan sedapat mungkin tidak menyinggung. Jika pemberian tersebut tidak dapat ditolak karena keadaa tertentu maka pemberian tersebut sebaiknya dilaporkan dan/atau dikonsultasikan kepada KPK atau melalui UPG PLN untuk menghindari fitnah atau memberikan kepastian jawaban mengenai status pemberian tersebut. Anda patut mewaspadai gratifikasi yang diberikan secara tidak langsung, apalagi dengan cara yang bersifat sembunyi-sembunyi (rahasia). Adanya metode pemberian ini mengindikasikan bahwa pemberian tersebut cenderung ke arah gratifikasi ilegal. Jika pemberian tersebut di atas nilai kewajaran yang berlaku di masyarakat ataupun frekuensi pemberian yang terlalu sering sehingga membuat orang yang berakal sehat menduga ada sesuatu di balik pemberian tersebut, maka pemberian tersebut sebaiknya Anda laporkan ke UPG PLN atau Anda tolak.

Bagaimana metode pemberian dilakukan? Terbuka atau rahasia?

Bagaimana kepantasan / kewajaran nilai dan frekuensi pemberian yang diterima (secara sosial)?

Catatan: Pertanyaan reflektif ini dapat digunakan untuk gratifikasi/pemberian hadiah yang diberikan dalam semua situasi, tidak terkecuali pemberian pada situasi yang secara sosial wajar dilakukan seperti: pemberian hadiah/gratifikasi pada acara pernikahan, pertunangan, ulang tahun, perpisahan, syukuran, khitanan atau acara lainnya.
8 9

Selengkapnya mengenai perbedaan karakteristik antara gratifikasi yang legal dan ilegal dapat dilihat secara ringkas pada tabel berikut ini:

Karakteristik

Gratifikasi Legal

Gratifikasi Ilegal

Ikatan yang Terbentuk Karakteristik Gratifikasi Legal Dilakukan untuk menjalin hubungan baik, menghormati martabat seseorang, memenuhi tuntutan agama dan mengembangkan berbagai bentuk perilaku simbolis (diberikan karena alasan yang dibenarkan secara sosial) Gratifikasi Ilegal Ditujukan untuk mempengaruhi keputusan dan diberikan karena apa yang dikendalikan (wewenang yang melekat pada jabatan) Kecenederungan adanya sirkulasi barang / produk Nilai atau Harga dari Pemberian

Sifatnya jangka panjang dan emosional

Sifatnya jangka pendek dan transaksional

Terjadi sirkulasi barang / produk Menitikberatkan pada nilai intrinsik sosial

Tidak terjadi sirkulasi barang / produk

Tujuan/Motif Pemberian

Menekankan pada nilai moneter Umumnya tidak langsung (melalui agen/perantara) dan bersifat tertutup/rahasia

Metode Pemberian Hubungan antara Pemberi dan Penerima* Hubungan yang bersifat strategis** Benturan Kepentingan

Umumnya langsung dan bersifat terbuka

Setara

Timpang Mekanisme Penentuan Nilai/Harga Berdasarkan kewajaran/kepantasan secara sosial (masyarakat) Akuntabel dalam arti sosial Ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat

Umumnya tidak ada

Pasti ada

Umumnya tidak ada Acara-acara yang sifatnya sosial berakar pada adat istiadat dan peristiwa kolektif Memungkinkan jarak (kesenjangan waktu yang panjang pada saat pemberian kembali (membalas pemberian)

Pasti ada Bukan merupakan peristiwa kolektif meski bisa saja diberikan pada acara sosial Tidak memungkinkan ada jarak (kesenjangan) waktu yang panjang

Akuntabilitas Sosial

Tidak akuntabel secara sosial

Situasi Pemberian

Jarak Waktu Waktu)

(Kesenjangan

Aliansi Sosial untuk mencari Sifat Hubungan pengakuan sosial

Patronase

dan

seringkali

nepotisme dan ikatan serupa ini penting untuk mencapai tujuan

* Ada tiga model hubungan: (1) vertikal-dominatif (seperti hubungan atasan-bawahan); (2) diagonal (seperti pejabat mutasi-pegawai PLN); dan (3) setara (seperti antara teman) Dua yang pertama adalah relasi-kuasa yang timpang. ** Strategis artinya berkenaan dengan/menyangkut akses ke aset-aset dan kontrol atas aset-aset sumberdaya strategis perusahaan. Ketimpangan strategis ini biasanya antar posisi strategis yang terhubungkan lewat hubungan strategis. Sebagai contoh adalah hubungan antara seseorang yang menduduki posisi strategis sebagai panitia pengadaaan barang dan jasa dengan peserta lelang pengadaan barang dan jasa. Pada posisi ini terdapat hubungan strategis di mana sebagai panitia pengadaan barang dan jasa seseorang memiliki kewenangan untuk melakukan pengalokasian/pendistribusian aset-aset sumberdaya strategis yang dipercayakan kepadanya pada pihak lain, sedangkan di lain sisi peserta lelang berkepentingan terhadap sumberdaya yang dikuasai oleh panitia tersebut.

10

11

APA SAJA YANG HARUS SAYA LAKUKAN DAN SIAPKAN DALAM MELAPORKAN GRATIFIKASI ILEGAL?
Apabila Anda menerima gratifikasi segera sampaikan laporan secara tertulis dengan mengisi formulir gratifikasi yang disiapkan oleh UPG PLN, formulir gratifikasi tersebut dapat diperoleh dengan mengunduh (download) dari situs PLN (www.pln.co.id dan/atau www.plnbersih.com) atau dari situs resmi KPK (www.kpk.go.id), memphotocopy formulir gratifikasi asli atau cara-cara lain sepanjang formulir tersebut merupakan formulir gratifikasi. Formulir memuat: gratifikasi tersebut

APA YANG DILAKUKAN OLEH PPG PLN PADA LAPORAN SAYA SETELAH LAPORAN DISERAHKAN DAN DITERIMA SECARA RESMI?
Formulir gratifikasi terisi dengan lengkap diserahkan kepada UPG PLN. UPG PLN kemudian harus meneruskan formulir tersebut kepada KPK, dan kemudian KPK akan memproses laporan gratifikasi dengan urut- urutan sebagai berikut: 1. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal laporan diterima wajib menetapkan status kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan. Pertimbangan yang dimaksud adalah KPK melakukan analisa terhadap motif dari gratifikasi tersebut, serta hubungan pemberi dengan penerima gratifikasi. Ini dilakukan untuk menjaga agar penetapan status gratifikasi dapat seobyektif mungkin. 2. Dalam menetapkan status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada butir (1) KPK dapat memanggil penerima gratifikasi untuk memberikan keterangan berkaitan dengan penerimaan gratifikasi. Pemanggilan yang dimaksud adalah jika diperlukan untuk menunjang obyektivitas dan keakuratan dalam penetapan status gratifikasi, serta sebagai media klarifikasi dan verifikasi kebenaran laporan gratifikasi penyelenggara negara atau pegawai negeri. 3. Status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada butir (1) ditetapkan dengan keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Pada butir ini Pimpinan KPK diberi kewenangan untuk melakukan penetatapan status kepemilikan gratifikasi tersebut. 4. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud pada butir (3) dapat berupa penetapan status kepemilikan gratifikasi bagi penerima gratifikasi atau menjadi milik negara. 5. KPK wajib menyerahkan keputusan status kepemilikan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada butir (4) kepada penerima gratifikasi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan. 6. Penyerahan gratifikasi yang menjadi milik negara kepada Menteri Keuangan, dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal ditetapkan.

1. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi 2. Jabatan di PLN 3. Tempat dan waktu penerimaan gratifikasi 4. Uraian jenis gratifikasi yang diterima, dan 5. Nilai gratifikasi yang diterima.

....formulir gratifikasi dapat diperoleh dengan mengunduh (download) dari situs PLN (www.pln.co.id dan/atau www.plnbersih.com) atau dari situs resmi KPK (www.kpk.go.id)....

12

13

CONTOH-CONTOH KASUS GRATIFIKASI

CONTOH 1 PEMBERIAN HADIAH DARI REKAN SEJAWAT PLN SEBAGAI UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagai seorang pejabat di PLN yang memiliki tugas dan kewenangan untuk melakukan pengurusan mutasi, promosi dan demosi Pegawai PLN, Anda sering sekali menerima hadiah dari para rekan sejawat pegawai PLN, setelah Anda menyelesaikan semua urusan administrasi mutasi maupun promosi rekan tersebut. Hadiah yang Anda terima biasanya berbentuk kain songket, mukena, kue-kue bahkan terkadang Anda pun menerima hasil pertanian seperti beras maupun jagung.

Pertanyaan : Apakah penerimaan hadiah termasuk konsep gratifikasi yang dilarang? Jawaban: Walaupun hadiah tersebut tidaklah diminta dan tidak memiliki nilai yang tinggi, penerimaan hadiah seperti itu dapat menimbulkan suatu kondisi yang tidak seimbang dimana kemudian akan timbul suatu pendapat yang berlaku umum bahwa harus memberikan hadiah kepada petugas yang melakukan pengurusan administrasi mutasi dan/atau promosi dan secara prinsip pemberian hadiah seperti tersebut tidak dapat dijustifikasi karena Anda memang sudah seharusnya melaksanakan pekerjaan tersebut.

Untuk memberikan pemahaman tentang gratifikasi dan penanganannya, berikut ini akan diuraikan beberapa contoh kasus gratifikasi baik yang dilarang maupun yang tidak. Tentu saja hal ini hanya merupakan sebagian kecil saja dari situasi-situasi terkait gratifikasi yang seringkali terjadi. Contoh-contoh pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang sering terjadi adalah:

1. Pemberian fasilitas oleh Unit pada saat Kunjungan Kerja. 2. Pemberian Hadiah dari Rekan Sejawat PLN sebagai Ucapan Terima Kasih. 3. Penerimaan Undangan Untuk Bermain Golf dari Rekanan. 4. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahan. 5. Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan anak dari

pejabat PLN oleh rekanan pejabat tersebut 6. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat PLN atau keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma. 7. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat PLN untuk pembelian barang dari rekanan. 8. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat PLN. 9. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan.

Pertanyaan : Apa tindakan yang seharusnya dilakukan dalam kondisi ini? Jawaban : Anda sebaiknya menolak pemberian seperti itu, karena akan mengganggu citra kredibilitas dan integritas Anda sebagai seorang Pejabat PLN. Apabila hadiah tersebut sulit untuk ditolak atau terlanjur Anda terima, semisal karena Anda tidak berada di tempat saat hadiah tersebut diberikan, segera laporkan penerimaan hadiah tersebut kepada UPG PLN.

Untuk Contoh-Contoh Kasus Gratifikasi lain dapat Anda lihat di http://www.plnbersih.com

14

15

Alur Prosedur Pelaporan Penerimaan Gratifikasi

CONTOH 2 MENERIMA UNDANGAN GOLF

Pertanyaan : Apakah undangan golf tersebut termasuk konsep gratifikasi yang dilarang? Jawaban : Tidak Pertanyaan : Mengapa undangan golf tersebut bukan termasuk konsep gratifikasi yang dilarang? Jawaban : Undangan tersebut Anda dapatkan karena kapasitas Anda pribadi, bukan karena jabatan Anda dan undangan tersebut diberikan oleh perusahaan tersebut berdasarkan kriteria yang jelas dan tidak terdapat perbedaan perlakuan atas undangan tersebut (kepada seluruh pelanggan setianya). Pertanyaan : Apakah ada hal-hal lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan undangan untuk pertandingan golf? Jawaban : Terdapat banyak sekali varian dari undangan untuk mengikuti pertandingan golf, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: 1. Apabila undangan tersebut datang dari rekanan, baik rekanan yang akan melakukan pekerjaan, tengah melakukan pekerjaan maupun yang telah selesai melakukan pekerjaan, hal tersebut termasuk kepada gratifikasi illegal, terlebih apabila undangan tersebut ditujukan kepada pribadi; 2. Apabila undangan tersebut datang dari perusahaan mitra bisnis PLN, seperti perusahaan penerbangan, perusahaan telekomunikasi dan terkait dengan acara korporat perusahaan tersebut (seperti ulang tehun perusahaan, peresmian produk baru, penarikan undian, dsb) dan ditujukan kepada PLN (bukan kepada pribadi), undangan tersebut masih dapat diterima; 3. Apabila undangan tersebut datang dari alumni sekolah tempat Anda dulu menuntut ilmu dan terkait dengan acara yang tengah diselenggarakan (Reuni, Dies Natalis, dsb), hal tersebut dapat diterima karena tidak menyangkut jabatan Anda di PLN.

Prosedur
Baca buku saku gratifikasi

Penerima Gratifikasi
Start
Baca Buku Saku

Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)

Komisi Pemberantas Korupsi (KPK)

Penerima gratifikasi melakukan analisa gratifikasi yang diterimanya adalah gratifikasi legal atau gratifikasi illegal Apabila yang diterima adalah gratifikasi illegal maka penerima melaporkan gratifikasi yang telah diterima kepada Unit Pengendalian Gratifikasi PT. PLN (Persero) dengan mengisi form yang tersedia di website PLN atau website KPK Unit (UPG) Pengendalian menerima Gratifikasi dari
Menerima dan melakukan pengecekan Finish

Ilegal atau Gratifikasi legal Ragu - ragu

Karena Anda merupakan pelanggan setia dari salah satu operator telekomunikasi, maka Anda mendapatkan undangan untuk mengikuti pertandingan Golf yang diselenggarakan oleh operator telekomunikasi tersebut dalam rangka ulang tahun perusahaan tersebut. Apakah Anda dapat menghadiri undangan golf tersebut?

Ya

Penerima mengisi form laporan

laporan

penerima gratifikasi dan melakukan pengecekan mengenai kelengkapan laporan yang minimal berisi : 1. Nama dan alamat lengkap penerima dan pemberi gratifikasi; 2. Jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara; 3. Tempat dan waktu penerimaan gratifikasi; 4. Uraian jenis gratifikasi yang diterima; dan 5. Nilai gratifikasi yang diterima Laporan harus sudah dikirim ke KPK maks 30 hari sejak penerima gratifikasi mengirimkan laporan kepada UPG KPK menerima laporan dari UPG dan akan memberikan keputusan dalam jangka waktu maksimal 30 hari 17
Tidak

Cek apakah lengkap atau tidak

Ya

Mengirimkan laporan kepada KPK maks 30 hari

16

MEMO
Prosedur Penerima Gratifikasi Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) Komisi Pemberantas Korupsi (KPK)

KPK menerima Laporan Tertulis dari UPG terkait gratifikasi yang diterima oleh pegawai PLN. KPK akan melakukan penetapan status kepemilikan gratifikasi serta pertimbangannya diterima KPK. KPK dapat memanggil penerima gratifikasi untuk mendapatkan keterangan dari penerima gratifikasi mengenai hadiah yang diterimanya. dalam jangka waktu 30 hari sejak laporan tertulis

KPK memulai proses penetapan status maks 30 hari

Ya

Memanggil penerima?

Tidak KPK dan UPG akan melakukan koordinasi terkait dengan pemanggilan penerima gratifikasi untuk diminta keterangannya.
UPG melakukan meneruskan panggilan kepada penerima

Pimpinan KPK melakukan penelitian mengenai kepemilikan gratifikasi yang diterima oleh pegawai PLN.

Penerima gratifikasi datang ke KPK

KPK melakukan penelitian

KPK membuat keputusan mengenai penetapan status kepemilikan gratifikasi gratifikasi negara. UPG menerima hasil keputusan dari KPK dan meneruskannya kepada penerima gratifikasi maks 7 hari sejak tanggal penetapan. 18 bagi atau penerima milik menjadi
SK Pimpinan KPK tentang status gratifikasi

Penerima gratifikasi menerima SK pimpinan KPK

UPG menerima SK dari KPK maks 7 hari dari tgl penetapan

Anda mungkin juga menyukai