PPH Pasal 21a
PPH Pasal 21a
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan UU yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.
(Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH)
1
Undang-undang
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
KEWAJIBAN FORMIL
KEWAJIBAN MATERIL
KEWAJIBAN FORMIL
-Mendaftarkan diri -Pembukuan -Memungut/Memotong -Menyetor -Melapor
Menghitung pajak terutang -Pasal 21 UU PPh -Pasal 22 UU PPh -Pasal 23 UU PPh -Pasal 4 (2) UU PPh -UU PPN dan PPnBM
UU KUP
5
Dasar Hukum
UU Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan PP Nomor 68 tahun 2009 tentang tarif pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus
6
Dasar Hukum
PMK Nomor 262/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan pajak penghasilan pasal 21 bagi pejabat negara, pns, anggota tni, anggota polri, dan pensiunannya atas penghasilan yang menjadi beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah PMK Nomor 162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian besarnya penghasilan tidak kena pajak
7
Dasar Hukum
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak nomor 31/PJ./2012 tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pajak penghasilan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi
PPh pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri Apabila kegiatan dilakukan Orang Pribadi Subjek Pajak Luar Negeri, Pajak Penghasilan pasal 26.
9
Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan atau PPh pasal 26
Pegawai Penerima uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua termasuk ahli warisnya Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaan dalam kegiatan
12
Penerima penghasilan ..
Bukan Pegawai : tenaga ahli*, pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang iklan, sutradara, foto model, olahragawan, penasihat, pengajar, pelatih, penyuluh, pengarang, peneliti, penerjemah, pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer, telekomunikasi, fotografi, agen iklan, pengawas proyek, pembawa pesanan atau menemukan pelanggan, petugas penjaja barang dagangan, petugas dinas luar asuransi, distributor MLM * pengacara, akuntan, arsitek, dokter, notaris, penilai, aktuaris dan konsultan
13
Penerima penghasilan ..
Peserta kegiatan : peserta perlombaan dalam segala bidang; peserta rapat, konfrensi, sidang; peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan; peserta pendidikan, pelatihan dan magang; peserta kegiatan lainnya
14
Tidak termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26
Pejabat perwakilan diplomatik dan orangorang yang diperbantukan kepada mereka dengan syarat bukan WNI dan tidak menerima penghasilan di Ind dan ada azas timbal balik Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan MenKeu, bukan WNI, tidak mempunyai kegiatan usaha atau pekerjaan lain di Ind.
15
WP dikenakan PPh final Obyek pajak WP dikenakan PPh dg norma penghitungan khusus(deemed profit) Wajib Pajak Lainnya Obyek pajak
Obyek pajak
Pemberi kerja
Biaya bagi perusahaan
Karyawan
Penghasilan (digabung dg ph bruto gaji) Bukan pengurang bagi karyawan
17
20
PTKP
Pasal 6 UU no. 7 tahun 1983 jo. UU no. 10 tahun 1994, jo UU no. 17 tahun 2000 jo UU No. 36 tahun 2008 jo PMK 162/PMK.011/2012 menyatakan bahwa kepada WPOP diberikan pengurangan berupa PTKP PTKP melekat ke orang pribadi PTKP tambahan diberikan kepada yang sudah menikah dan mempunyai tanggungan maksimal 3 orang, yang diberikan kepada keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak.
21
PTKP
PTKP untuk karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri Dalam hal karyawati tidak kawin, pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, maka diberikan PTKP atas kawin dan maksimal dengan 3 tanggungan
22
Tarif pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Sampai dengan Rp50.000.000 5% Diatas Rp50 jt sd Rp250 jt 15% Diatas Rp250 jt sd Rp500 jt 25% Diatas Rp500.000.000 30% Apabila tidak berNPWP pemotongan PPh pasal 21 menggunakan tarif diatas dengan 20% lebih besar
25
Karyawan yang berhenti bekerja di Karyawan yang berhenti karena periode berjalan meninggal dunia Karyawan yang berhenti karena meninggalkan Indonesia selamalamanya Mutasi dari pemberi kerja yang sama
26
Lanjutan
Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp7.000.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12. Penerima penghasilan bukan pegawai memperoleh pengurangan PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong pajak serta tidak memperoleh penghasilan lainnya. 28
Penghitungan PPh Pasal 21 atas upah harian yang dibayar harian Per 1 Januari 2013(PerDirjen No.31/PJ./2012)
Upah Sehari Tidak lebih dari Rp, 200.000 Lebih dari Rp. 200.000 Dikurangi Rp. 200.000
PPh Terutang 5%
Pada saat telah melebihi Rp. 2.025.000 dalam 1 bulan dikurang ptkp harian sebenarnya PKP Tarif 5%
PPh ps 21
29
Lanjutan
Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp7.000.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12. Penerima penghasilan bukan pegawai memperoleh pengurangan PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong pajak serta tidak memperoleh penghasilan lainnya. 30
Penghitungan PPh Pasal 21 atas upah harian yang dibayar harian Per 1 Januari 2013(PerDirjen No.31/PJ./2012)
Upah Sehari Tidak lebih dari Rp, 200.000 Lebih dari Rp. 200.000 Dikurangi Rp. 200.000
PPh Terutang 5%
Pada saat telah melebihi Rp. 2.025.000 dalam 1 bulan dikurang ptkp harian sebenarnya PKP Tarif 5%
PPh ps 21
31
Lanjutan
Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp7.000.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah upah bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan tersebut dibagi 12. Penerima penghasilan bukan pegawai memperoleh pengurangan PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyai NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong pajak serta tidak memperoleh penghasilan lainnya. 32
Penghitungan PPh Pasal 21 atas upah harian yang dibayar harian Per 1 Januari 2013(PerDirjen No.31/PJ./2012)
Upah Sehari Tidak lebih dari Rp, 200.000 Lebih dari Rp. 200.000 Dikurangi Rp. 200.000
PPh Terutang 5%
Pada saat telah melebihi Rp. 2.025.000 dalam 1 bulan dikurang ptkp harian sebenarnya PKP Tarif 5%
PPh ps 21
33
Disetahunkan
Dikurangi PTKP
PPh sebulan
PPh setahun
34
Lanjutan
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi: 1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas , yang terdiri dari pengacara, akuntan, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; 2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak , bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya. 3. Olahragawan; 4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; 5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah; 6. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi ekonomi dan sosial serta pemberi jasa pada suatu kepanitiaan; 7. Agen iklan; 8. Pengawas atau pengelola proyek; 9. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara; 10. Petugas penjaja barang dagangan; 11. Petugas dinas luar asuransi; 12. Distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya
35
Penghitungan PPh pasal 21 atas bukan pegawai yang mempekerjakan orang lain
Ph Bruto tidak termasuk bagian gaji atau upah gaji dari pegawai yang di pekerjakan Ph bruto bagi yang melakukan penyerahan jasa dan material atau barang hanya dihitung atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan
37
Atas Penghasilan Pegawai atau karyawan yang dikenakan Pajak bersifat Final
Penghasilan bruto berupa honorarium yang diterima oleh pejabat negara, PNS, dan anggota ABRI yang sumber dananya berasal dari keuangan negara atau keuangan daerah, kecuali dibayarkan kepada PNS golongan II d kebawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Peltu ke bawah. (PP no 45 tahun 1994) Penghasilan atas uang pensiun, pesangon, PHK dan sejenisnya yang dibayar sekaligus akan dikenakan PPh, namun ada batas tidak kena pajak apabila penghasilannya Rp50.000.000 atau kurang. (PP No. 68 tahun 2009)
40
Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain yang menjadi beban APBN dan APBD PMK No.262/PMK.03/2010 sebesar 0% (nol persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya; sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya; sebesar 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.
41
1.
2.
42
4. 5. 6.
44