Anda di halaman 1dari 50

A. DEFINISI Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri.

Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah. Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena didahului oleh terjadinya karies, hyperemia pulpa baru setelah itu menjadi Pulpitis, yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa. Pulpitis akut merupakan kondisi inflamasi pulpa gigi yang terjadi dengan tiba-tiba atau dapat juga terjadi karena kondisi eksaserbasi dari inflamasi kronis (Rajendran, and Sivapathasundharam, 2009). Pulpitis disebabkan oleh karies gigi yang berpenetrasi melewati email dan dentin, kemudian mencapai pulpa. Selain itu, pulpitis akut juga bisa disebabkan oleh trauma, baik trauma mekanis ataupun termal (Kakehashi dkk., 1965; Rajendran, and Sivapathasundharam, 2009; Tarigan, 2002). Pulpitis akut dapat berlanjut menjadi pulpitis kronis (Cawson and Odell, 2008). Pulpitis akut memiliki tanda-tanda klinis berupa nyeri tajam atau berdenyut dan biasanya terjadi selama beberapa menit (10-15 menit). Asal nyeri susah dicari bahkan nyeri dapat menyebar jauh dari pusat kerusakan. Rasa nyeri dapat terjadi karena rangsang panas, dingin dan stimulus manis (Coulthard, 2003). Pulpitis akut adalah kondisi gawat darurat karena rasa sakitnya yang teramat sangat. Gigi yang terkena pulpitis akut akan terasa nyeri tajam yang kontinu saat diberikan stimulus atau tidak. Pada kondisi seperti ini biasanya pasien akan merasa sangat kesakitan dan emosional (Rajendran, and Sivapathasundharam, 2009). Pasien biasanya tidak bisa menunjukkan gigi mana yang terasa sakit akibat sakitnya yang menyebar hampir keseluruh gigi tetangga dari gigi yang terkena pulpitis akut (Torabinejad and Walton, 2008). Menurut Rajendran dan Sivapathasundharam (2009), rasa sakit pulpitis akut biasanya berlangsung 10-15 menit atau lebih dan rasa sakitnya dapat bertambahtambah sesuai dengan ambang toleransi sakit pasien. Pasien yang menderita pulpitis akut akan merasa tidak nyaman dan membutuhkan perawatan segera dari dokter gigi. B. PENYEBAB Penyebab pulpitis yang paling sering ditemukan adalah pembusukan gigi, penyebab kedua adalah cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan, jika berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen. Peradangan yang berat bisa mematikan pulpa. Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan jaringan di sekitarnya. 1. Pulpitis akut Ditandai oleh rasa nyeri terus-menerus, kadang hilang kemudian timbul lagi. Nyeri timbul karena perubahan suhu, terutama dingin, atau jenis makan yang asam atau manis yang masuk dalam kavitas gigi. Sifat nyerinya tajam, spontan, dan menetap, Rasa nyeri bertambahjika pasien berbaring. Penjalaran nyeri ke arah pelipis, sinus maksilaris, dan telinga. 2. Putpitis kronik

Ada dua jenis pulpitis kronik. yaitu pulpitis kronik ulseratif dan pulpitis kronik hiperplastik. Pulpitis kronik ulseratif. Terdapat ulkus di permukaan jaringan pulpa pada daerah pulpa yang terbuka, hal ini terjadi apabila kamar pulpa terbuka lebar dan drainase produk radangnya lancar. Rasa sakit yang timbul pada keadaan ini tidak begitu tajam dan biasanya hanya timbul jika ulkus terdesak oleh makanan yang masuk dalam kavitas. Pulpitis kronik hiperplastik. Disebut juga pulpitis granulomatosa/polip pulpa/pupitis hipertrofi. Ditandai oleh tonjolan jaringan granulomatosa keluar dari kamar pulma. Jaringan ini adalah produk radang pulpa yang berasal dari pertambahan jumlah sel atau pembesaran sel-sel pulpa serta disebabkan oleh rangsangan kecil dan yang berlangsung lama serta didukung oleh vaskularisasi jaringan pulpa yang baik. Biasanya terjadi pada gigi sulung atau gigi dewasa muda, misalnya gigi M l Polip berwarna merah memenuhi kavitas dan menempati seluruh permukaan oklusal gigi, permukaannya berbenjol-benjol dan mudah berdarah. Tidak ada rasa nyeri kecuali jika tertekan oleh makanan. C. KLASIFIKASI 1. Menurut waktunya : Pulpitis akup Pulpitis kronis 2. Menurut kantorowics Pulpitis (radang pulpa) Pulpitis Clausa (pulpa tertutup) a. Hyperemia Pulpa b. Pulpitis Simplex c. PUlpitis Purulent Pulpitis Aperta (pulpa terbuka) a. Pulpitis Ulserosa b. Pulpitis Granulomatosa 3. Menurut Prof. Knap (pembagian baru) Pulpitis akut Pulpitis akut totalis Pulpitis akut partialis D. GEJALA Pulpitis menyebabkan sakit gigi yang tajam luar biasa, terutama bila terkena oleh air dingin, asam, manis, kadang hanya dengan menghisap angina pun sakit. Rasa sakit dapat menyebar ke kepala, telinga dan kadang sampai ke punggung. Sondasi (+) Perkusi (-) Reaksi dingin, manis dan asam (+) Pembesaran kelenjar (-) Rasa sakit tidak terus menerus, terutama pada malam hari Rasa sakit tersebar dan tidak bias dilokalisasi. Rasa sakit berdenyut khas, yaitu rasa sakit yang tajam dan dapat menjalar ke ke pala dan telinga kadang ke punggung E. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk menentukan apakah pulpa masih bisa diselamatkan, bisa dilakukan beberapa pengujian: Diberikan rangsangan dingin. Jika setelah rangsangan dihentikan nyerinya hilang, berarti pulpa masih sehat. Pulpa bisa dipertahankan dengan cara mencabut bagian gigi yang membusuk dan menambalnya. Jika nyeri tetap ada meskipun rangsangan dingin telah dihilangkan atau jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak dapat dipertahankan. Penguji pulpa elektrik. Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup, bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat. Jika penderita merasakan aliran listrik pada giginya, berari pulpa masih hidup. pada pengujian dengan alat penguji elektrik, pasien merasa sangat nyeri, kadang belum tersentuh pun pasien terasa sangat nyeri Menepuk gigi dengan sebuah alat. Jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang di sekitarnya. pada pulpitis perkusi (-), tapi pasien merasa nyeri/perkusi (+), disebabkan karena pada dasarnya pasien sudah merasa sakit pada giginya sehingga hanya paktor sugesti yang mendasarinya. Bila perkusi terasa nyeri/perkusi (+), maka peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya. Rontgen gigi. Dilakukan untuk memperkuat adanya pembusukan gigi dan menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan pengeroposan tulang di sekitar akar gigi. pada pemeriksaan dengan roentgen maka didapatkan gambaran radiologist berupa gambaran radioluscent yang telah mencapai kavum pulpa. Pemeriksaan radiologist dilakukan untuk memperkuat diagnosa dan menunjukkan apakah peradangan telah menyebar ke jaringan dan tulang sekitarnya. F. PENGOBATAN Peradangan mereda jika penyebabnya diobati. Jika pulpitis diketahui pada stadium dini, maka penambalan sementara yang mengandung obat penenang saraf bisa menghilangkan nyeri. Tambalan ini bisa dibiarkan sampai 6-8 minggu dan kemudian diganti dengan tambalan permanen. Jika terjadi kerusakan pulpa yang luas dan tidak dapat diperbaiki, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mencabut pulpa, baik melalui pengobatan saluran akar maupun dengan pencabutan gigi. Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Jika tidak diobati oleh seorang dokter gigi, karies akan terus tumbuh dan pada akhirnya menyebabkan gigi tanggal. Tergantung kepada lokasinya, pembusukan gigi dibedakan menjadi: 1. Pembusukan permukaan yang licin/rata. Merupakan jenis pembusukan yang paling bisa dicegah dan diperbaiki, tumbuhnya paling lambat. Sebuah karies dimulai sebagai bintik putih dimana bakteri melarutkan kalsium dari email. Pembusukan jenis ini biasanya mulai terjadi pada usia 20-30 tahun. 2. Pembusukan lubang dan lekukan.

Biasanya mulai timbul pada usia belasan, mengenai gigi tetap dan tumbuhnya cepat. Terbentuk pada gigi belakang, yaitu di dalam lekukan yang sempit pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. daerah ini sulit dibersihkan karena lekukannya lebih sempit daripada bulu-bulu pada sikat gigi. 3. Pembusukan akar gigi. Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang membungkus permukaan akar (sementum). Biasanya terjadi pada usia pertengahan akhir. Pembusukan ini sering terjadi karena penderita mengalami kesulitan dalam membersihkan daerah akar gigi dan karena makanan yang kaya akan gula. Pembusukan akar merupakan jenis pembusukan yang paling sulit dicegah. 4. Pembusukan dalam email. Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun. karena itu pembusukan akar yang berasal dari dalam dentin bisa merusak berbagai struktur gigi dalam waktu yang singkat. G. PERAWATAN Membuat pasien nyaman sesegera mungkin merupakan hal yang penting. Perawatan pasien dengan antibiotik dan analgesik tanpa membuat diagnosis yang benar dan efektif untuk mengobati penyebab rasa sakit sangat tidak dianjurkan. Bahkan dalam situasi darurat, di mana penyebab masalah tampak jelas, diagnosis yang akurat harus dibentuk sebelum perlakuan apapun dilakukan. Hal ini hanya dapat dicapai dengan anamnesis riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan klinis menyeluruh, diikuti dengan pemeriksaan radiografi yang tepat dan tes khusus. Jika dokter gigi tidak tahu persis apa yang menyebabkan rasa sakit pada akhir pemeriksaan awal, pengobatan aktif harus ditunda karena mungkin tidak benar dan berbahaya bagi pasien. Pasien harus diberi penjelasan dan analgesik dapat diberikan sampai terjadi perubahan gejala dan diagnosis menjadi jelas. Jika diagnosis sudah jelas, perawatan kegawatdaruratan endodontik yang dapat dilakukan diantaranya: menghilangkan penyebab rasa sakit, menyediakan drainase jika cairan terdapat eksudat, meresepkan analgesik jika diperlukan, menyesuaikan oklusi terdapat indikasi (Ford, 2004). Pada umumnya, perawatan yang diberikan terhadap gigi pulpitis akut adalah pulpektomi vital dengan membuang seluruh jaringan pulpa apabila keadaan saluran akar memungkinkan untuk dilakukan preparasi saluran akar dan tersedia waktu yang mencukupi. Setelah pembuangan jaringan pulpa, gulungan kapas kecil yang berisi Ca(OH)2 yang merupakan obat pilihan dimasukkan ke dalam ruang pulpa sebelum kavitas ditutup dengan oksida seng eugenol. Tahap pekerjaan yang dilakukan dalam merawat pulpitis akut ini secara umum adalah: (1) pembuatan foto rontgen, (2) anestesi lokal, isolasi lapangan kerja, pembukaan atap pulpa, (3) ekstirpasi jaringan pulpa, (4) irigasi dengan larutan perhidrol 3%, aquadest, dan NaCl 2%, (5) penempatan Ca(OH)2 dalam gulungan kapas kecil pada ruang pulpa, (6) Tumpatan

sementara minimal dengan semen seng fosfat. Setelah keadaan darurat mereda, dilakukan perawatan endodontik biasa. (Tarigan, 2002).

Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk mempertahankan panjang lengkung rahang 1,2. Banyaknya kunjungan pada anak sering sekali membuat pasien tidak kooperatif dan sering juga kesibukan oleh orang tua yang menyebabkan perawatan pada endo pada anak sering mengalami kegagalan. Kurangnya sarana prasarana terutama foto rontgen dalam praktek dokter gigi juga membuat penanganan endo pada sering mengalami kegagalan. 1 visit endo pada anak merupakan alternative suatu perawatan yang bisa dilakukan untuk mempersingkat waktu dan dilakukan seideal mungkin.

1.Pulpotomi Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi6. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar 1,3. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtomsimtom khususnya pada anak-anak14. Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi 1,4. Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi 4,5. Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi 3,7. Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptic untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan 3,5,7. Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali kunjungan7. Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba7. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar

pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital 4,8.

Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja, diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan7. 1.1 Pulpotomi Vital Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk gigi sulung 4,5 : 1. 2. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan Isolasi gigi. Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan. 3. Preparasi kavitas. Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa. 4. 5. Ekskavasi karies yang dalam. Buang atap pulpa. Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya 6. 7. Buang pulpa bagian korona. Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah. Cuci dan keringkan kamar pulpa. Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril. 8. Aplikasikan formokresol. Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit. 9. Berikan bahan antiseptik. Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi. 10. Restorasi gigi. Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel. untuk membuang atap kamar pulpa.

Gambar B. Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali Kunjungan.1. Ekskavasi karies, 2. Buang atap kamar pulpa, 3. Buang pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator, 4. Pemotongan pulpa di orifis dengan bor bundar kecepatan rendah, 5. Pemberian formokresol selama 5 menit, 6. Pengisian kamar pulpa dengan campuran zinc oxide dengan formokresol dan eugenol, 7. Gigi yang telah di restorasi6. 1.2 Pulpotomi Non Vital Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar8. Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan pulpotomi mortal (pulpotomi devital)4. Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan endodontik dengan cara mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar4. Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital4 :

Kunjungan pertama: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Siapkan instrumen dan bahan. Isolasi gigi dengan rubber dam. Preparasi kavitas. Ekskavasi karies yang dalam. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan rendah. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar.

7. 8. 9.

Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu

10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari, sedangkan jika memakai euparal

Kunjungan kedua : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Isolasi gigi dengan rubber dam. Buang tambalan sementara. Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya. Berikan bahan antiseptik. Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet. Aplikasi semen zinc oxide eugenol. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

Jumat, 03 September 2010

Perawatan Saluran Akar


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan saluran akar adalah perawatan yang dilakukan dengan mengangkat jaringan pulpa yang telah terinfeksi dari kamar pulpa dan saluran akar, kemudian diisi padat oleh bahan pengisi saluran akar agar tidak terjadi kelainan lebih lanjut atau infeksi ulang. Tujuannya adalah untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang, sehingga fungsi dan bentuk lengkung gigi tetap baik. Perawatan saluran akar membutuhkan ketelatenan sehingga seringkali membutuhkan lebih dari 1 kunjungan, bervariasi tergantung kasusnya. Tahapan PSA adalah sebagai berikut: - Tahap 1 Mahkota gigi di-bur untuk mendapatkan jalan masuk ke kamar pulpa. Semua tambalan dan jaringan rusak pada gigi (karies) dibuang. - Tahap 2 Pulpa dikeluarkan dari kamar pulpa dan saluran akar. Suatu instrumen kecil yang disebut file digunakan untuk membersihkan saluran akar. Gigi ditutup dengan tambalan sementara untuk melindungi kamar pulpa dan saluran akar agar tetap bersih. Tambalan sementara akan dibongkar pada kunjungan selanjutnya. - Tahap 3 Saluran akar diisi dan dibuat kedap dengan suatu bahan yang mencegah bakteri masuk. Kamar pulpa sampai dengan permukaan mahkota gigi ditutup dengan tambalan sementara. - Tahap 4 Tambalan sementara dibongkar dan diganti dengan tambalan tetap atau dibuatkan crown (sarung gigi). - Tahap 5 Saluran akar, tambalan tetap, atau crown dievaluasi untuk melihat ada / tidaknya masalah. Setelah PSA selesai, gigi akan disuplai nutrisinya oleh tulang dan gusi di sekitarnya. Dalam masa Perawatan Saluran Akar (PSA) gigi, adakalanya gigi mengalami rasa sakit, bisa karena saraf pulpa belum seluruhnya mati, bisa juga karena pembersihan yang belum selesai. Bila gigi mempunyai akar yang bengkok, maka tingkat kesulitan pembersihan saluran akar lebih tinggi daripada saluran akar yang normal lurus. Belum lagi bila saluran akar utama mempunyai cabang-cabang. Oleh karena itu PSA kadang

bisa gagal karena faktor-faktor di atas. Pulpa dalam gigi sewaktu-waktu dapat terkena infeksi atau radang. Pemicu hal ini antara lain lubang yang sudah dalam, proses lubang yang berlanjut di bawah tambalan, kebiasaan mengerot-ngerot saat tidur (bruxisme), perokok (menurut penelitian lebih sering menderita masalah pada gigi yang membutuhkan penanganan berupa PSA), peradangan gusi parah, tindakan penambalan yang berulang-ulang pada gigi, crack atau keretakan pada gigi, serta trauma (misalnya gigi terbentur karena kecelakaan). Walaupun secara visual tidak terdapat kerusakan (misalkan pada crack yang halus), namun hal -hal di atas dapat menghancurkan lapisan pelindung pulpa sehingga bakteri dapat masuk. Bakteri kemudian dapat keluar dari ujung akar dan menimbulkan infeksi pada tulang dan gusi di sekitar akar gigi. Bila pulpa yang telah terinfeksi tidak diobati maka dapat menimbulkan sakit dan akan terbentuk nanah. PSA dibutuhkan karena dapat membuang pulpa dan bakteri yang menyebabkan infeksi, sehingga tulang di sekitar gigi dapat sehat kembali dan sakit gigi pun hilang. Gejala-gejala gigi yang membutuhkan perawatan yaitu: sakit sepanjang waktu, selalu sensitif terhadap panas atau dingin, sakit saat mengunyah atau bila disentuh, gigi goyang, gusi bengkak, diskolorasi (perubahan warna) gigi, pipi bengkak dan adanya jerawat kecil berwarna putih di gusi yang mengeluarkan nanah. Bagaimana pun, terkadang ada juga kasus yang tidak terdapat gejala-gejala tersebut sama sekali. Bila satu atau lebih gejala tersebut terjadi pada anda, bisa jadi anda membutuhkan perawatan saluran akar. Pencabutan belum tentu menyelesaikan masalah. Bila gigi yang sakit dicabut, gigi-gigi di sebelahnya akan bergeser sehingga mengganggu gigitan dan pengunyahan. Gigi yang hilang bisa saja diganti dengan gigi palsu, tapi rasanya tidak akan bisa senyaman gigi asli, khususnya saat dipakai menggigit dan mengunyah makanan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah semua pembuatan mahkota dan jembatan harus dilakukan pulpektomi? 2. Apa saja macam-macam perawatan endodontik beserta indikasi dan kontraindikasinya? 3. Apa saja prosedur perawatan endodontik konvensional? 4. Apa saja teknik dari perawatan saluran akar? 5. Apa saja faktor yang menyebabkan kegagalan dari perawatan saluran akar? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah semua pembuatan mahkota dan jembatan harus dilakukan pulpektomi. 2. Untuk mengetahui macam-macam perawatan endodontik beserta indikasi dan kontraindikasinya. 3. Untuk mengetahui prosedur perawatan endodontik konvensional. 4. Untuk mengetahui teknik dari perawatan saluran akar. 5. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kegagalan dari perawatan saluran akar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada perawatan saluran akar, setelah jaringan pulpa di keluarkan akan terdapat luka yang kemudian dibersihkan dan didesinfeksi dengan instrumentasi dan irigasi. Luka ini tidak akan tertutup epitelium, seperti luka pada bagian tubuh lain karena itu mudah terkena infeksi ulang. Untuk mencegah penetrasi mikroorganisme dan toksin dari luar melalui ruang pulpa ke tubuh, ruang ini harus ditutup dibagian koronal dan apikal, hal ini untuk mencegah infeksi dan juga untuk memblokir lubang masuk ke periapikal bagi organisme. Selain itu untuk mencegah infeksi ulang dari ruang pulpa oleh mikroorganisme dari rongga mulut. Seluruh ruang pulpa harus diisi, jadi memblokir tubula dentin dan saluran asesori (Harty, 1992). Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar antara lain : preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan (biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar. Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid)

dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur (Walton & Torabinejad, 1996). Setelah dilakukan pembersihan, perbaikan bentuk dan desinfeksi, saluran akar akan diisi. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan pengisian saluran akar yaitu gigi bebas dari rasa sakit, saluran akar bersih dan kering, tidak terdapat nanah, tidak terdapat bau busuk (Tarigan, 1994). Sebelum pengisian saluran akar, dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi saluran akar biomekanikal dalam perawatan endodonti bertujuan untuk membersihkan dan membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang hermetis dengan bahan dan teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran akar tidak dilakukan, maka perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena itu, preparasi saluran akar biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan bentuk saluran akar (Harty, 1992). Dengan adanya bentuk gigi yang berbeda, anatomi rongga pulpa dari setiap gigi juga tidak sama, sehingga teknik preparasi saluran akar pada gigi yang satu akan berbeda dengan gigi yang lain. Jadi dalam melakukan preparasi saluran akar pada gigi yang mempunyai bentuk anatomi saluran yang berbeda, diperlukan beberapa teknik preparasi saluran akar yang sesuai yaitu : teknik preparasi konvensional, telescope, flaring, step-back (Tarigan, 1994; Rodneey, dkk, 1994). Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir, terutama sebelum pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan meletakkan ujung spuit pada dinding saluran akar. pengeringan menyeluruh dapat dilakukan dengan menggunakan paper point yang tediri dari berbagai macam ukuran. Secara klinis perlu disadari bahwa paper point bekerja seperti kertas penyerap dan harus diberi waktu dalam saluran akar agar dapat bekerja efektif. Paper point dapat dipegang dengan pinset dan diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga ujungnya tidak terdorong secara tidak sengaja melalui foramen apikal. Paper point dimasukkan secara perlahan sehingga mengurangi terdorongnya cairan irigasi ke dalam jaringan apikal. Kecelakaan seperti ini dapat menyebabkan pasien merasa sakit pada terapi endodontik (Harty, 1992). Saluran akar segera diisi setelah pengeringan. Pada kasus pulpektomi vital, pengisian saluran segera dilakukan setelah preparasi dan pembersihan, hal ini dapat mengurangi resiko kontaminasi saluran akar, waktu yang diperlukan untuk perawatan dan menghasilkan tingkat keberhasilan yang tinggi (Harty, 1992). Ada berbagai macam teknik pengisian saluran akar, yang dapat dibagi menjadi teknik sementasi cone, teknik guttapercha hangat, teknik preparasi dentin. Hasil penelitian belum dapat membuktikan keunggulan teknik tersebut walaupun memang ada beberapa teknik yang kemungkinan kebocorannya lebih besar dari yang lain (Harty, 1992). Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat, pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin perak, poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar misalnya jodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras (Tarigan, 1994). Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc okside eugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang ditambah obat- obatan (Harty, 1992). Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Tarigan, 1994; Walton & Torabinejad, 1996). Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996). 1. Faktor Patologis Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996) : 1. Keadaan patologis jaringan pulpa. Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal. 2. Keadaan patologis periapikal Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara umum

dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan. 3. Keadaan periodontal Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi. 4. Resorpsi internal dan eksternal Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis. 2. Faktor Penderita Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994; Walton &Torabinejad, 1996) : 1. Motivasi Penderita Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961). 2. Usia Penderita Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985). 3. Keadaan kesehatan umum Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994). 3. Faktor Perawatan Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar bergantung kepada : 1. Perbedaan operator Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedurprosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).

2. Teknik-teknik perawatan Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996). 3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar. Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996). 4. Faktor Anatomi Gigi Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar dengan

mempertimbangkan : 1. Bentuk saluran akar Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996). 2. Kelompok gigi Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigigigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989). 3. Saluran lateral atau saluran tambahan Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988). 5. Kecelakaan Prosedural Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya : 1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral. Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966). 2. Instrumen patah Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996). 4. Fraktur akar vertikal Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996). BAGAN PERAWATAN SALURAN AKAR

BAB III PEMBAHASAN 3.1 PEMBUATAN GIGI TIRUAN MAHKOTA DAN JEMBATAN Bridge Fixed Prosthodontic (gigi tiruan jembatan), merupakan Gigi Tiruan Cekat untuk menggantikan kehilangan gigi asli dimana gigi asli yang hilang itu masih di dampingi 2 gigi yang masih ada di sebelahnya. Ke-

2 gigi tetangga yang masih ada itu di jadikan abutment (penyangga) untuk pontik (gigi hilang yang akan kita gantikan). Ke-2 gigi tetangga itu akan di kecilkan ukurannya pada saat preparasi, dibuatkan mahkota jacket dan di buat perlekatannya pada ke-2 penyangga ini dengan di sementasi sehingga tidak dapat dilepas pasien. Sedangkan untuk pembuatan mahkota, crown di jadikan indikasi karena menutupi seluruh permukaan gigi dengan direkatkan oleh bahan cement perekat ke sisa mahkota gigi asli, sehingga akan lebih awet dan tak mudah lepas. Perlekatannya dengan gigi umumnya baik, namun masih dapat dilepas oleh dokter gigi dengan alat khusus. Jadi, metode pembuatannya, sisa jaringan gigi asli si pasien di preparasi dengan mengecilkan ukuran gigi asli dahulu sehingga crown dapat di rekatkan secara permanen. Selama crown dibuat, pada pasien akan dibuatkan provisoris (mahkota sementara). Dan tentu saja, gigi tersebut masih dalam keadaan vital, dimana pulpa gigi belum terkena. Jika pulpa gigi terkena,maka konsep perawatan berubah menjadi perawatan saluran akar dan pembuatan mahkota pasak berinti. Jadi pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi. Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi tidak perlu dilakukan. 3.2 MACAM-MACAM PERAWATAN ENDODONTIK 3.2.1. ENDO KONVENSIONAL 1. PULP CAPPING a. DIREK b. INDIREK 2. PULPOTOMI 3. PERAWATAN S.A a. PULPEKTOMI b. ENDOINTRAKANAL 4. APEKSIFIKASI 3.2.2. ENDO BEDAH 1. KURETASE APEKS 2. RESEKSI APEKS 3. INTENTIONAL REPLANT 4. HEMISEKSI 5. IMPLAN ENDODONTIK 3.2.3. Indikasi umum perawatan endodonsia : 1. Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal 2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal 3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak 4. Sebagai penyangga / abunment gigi tiruan 5. Kesehatan umum pasien baik 6. Oral hygiene pasien baik 7. Masih didukung jaringan penyangga gigi yang baik 8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan 9. Operator mampu. 3.2.4. Kontraindikasi perawatan endodonsia : 1. Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi 2. Tidak didukung jaringan penyangga gigi yang cukup 3. Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional. Misalnya gigi yang lokasinya jauh di luar lengkung. 4. Fraktur vertikal 5. Resorpsi yang luas baik internal maupun eksternal 6. Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi; akar terlalu bengkok, saluran akar banyak dan berbelit-belit. 7. Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga akan menyulitkan dalam instrumentasi. 8. Kesehatan umum pasien buruk 9. Pasien tidak bersedia untuk dilakukan perawatan 10. Operator tidak mampu.

3.3 PERAWATAN ENDODONTIK KONVENSIONAL Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi simtom, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang lain. Faktor pertimbangan khusus diperlukan pada saat memutuskan rencana perawatan yang sesuai untuk gigi geligi sulung yaitu untuk mempertahankan panjang lengkung rahang. 3.3.1 Pulp Capping Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa digunakan untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain. Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu indirect pulp capping dan direct pulp capping. 3.3.1.1 Indirect Pulp Capping Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi). 3.3.1.2 Direct Pulp Capping Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat terjadi proses perbaikan. Langkah-langkah Pulp Capping : 1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril. 2. Isolasi gigi. Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan. 3. Preparasi kavitas. Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin. Pertahankan bor pada kedalaman kavitas dan dengan hentakan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan oklusal. 4. Ekskavasi karies yang dalam Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping. 5. Berikan kalsium hidroksida. Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

3.3.2 Pulpotomi Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang

cedera atau mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi tanpa menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak. Indikasi pulpotomi adalah anak yang kooperatif, anak dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi. Kontraindikasi pulpotomi adalah pasien yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk, gigi dengan abses akut, resorpsi akar internal dan eksternal yang patologis, kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi. Saat ini para dokter gigi banyak menggunakan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Formokresol merupakan salah satu obat pilihan dalam perawatan pulpa gigi sulung dengan karies atau trauma. Obat ini diperkenalkan oleh Buckley pada tahun 1905 dan sejak saat itu telah digunakan sebagai obat untuk perawatan pulpa dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Beberapa tahun ini penggunaan formokresol sebagai pengganti kalsium hidroksida untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung semakin meningkat. Bahan aktif dari formokresol yaitu 19% formaldehid, 35% trikresol ditambah 15% gliserin dan air. Trikresol merupakan bahan aktif yang kuat dengan waktu kerja pendek dan sebagai bahan antiseptik untuk membunuh mikroorganisme pada pulpa gigi yang mengalami infeksi atau inflamasi sedangkan formaldehid berpotensi untuk memfiksasi jaringan. Sweet mempelopori penggunaan formokresol untuk perawatan pulpotomi. Awalnya perawatan pulpotomi dengan formokresol ini dilakukan sebanyak empat kali kunjungan namun saat ini perawatan pulpotomi dengan formokresol dapat dilakukan untuk satu kali kunjungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk membandingkan formokresol dengan kalsium hidroksida dan hasilnya memperlihatkan bahwa perawatan pulpotomi dengan formokresol pada gigi sulung menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada penggunaan kalsium hidroksida. Formokresol tidak membentuk jembatan dentin tetapi akan membentuk suatu zona fiksasi dengan kedalaman yang bervariasi yang berkontak dengan jaringan vital. Zona ini bebas dari bakteri dan dapat berfungsi sebagai pencegah terhadap infiltrasi mikroba. Keuntungan formokresol pada perawatan pulpa gigi sulung yang terkena karies yaitu formokresol akan merembes melalui pulpa dan bergabung dengan protein seluler untuk menguatkan jaringan. Penelitian-penelitian secara histologis dan histokimia menunjukkan bahwa pulpa yang terdekat dengan kamar pulpa menjadi terfiksasi lebih ke arah apikal sehingga jaringan yang lebih apikal dapat tetap vital. Jaringan pulpa yang terfiksasi kemudian dapat diganti oleh jaringan granulasi vital. Perawatan pulpotomi formokresol hanya dianjurkan untuk gigi sulung saja, diindikasikan untuk gigi sulung yang pulpanya masih vital, gigi sulung yang pulpanya terbuka karena karies atau trauma pada waktu prosedur perawatan. 3.3.2.1 Pulpotomi Vital Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk gigi sulung : 1. Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan 2. Isolasi gigi. Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama perawatan. 3. Preparasi kavitas. Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang mudah ke kamar pulpa. 4. Ekskavasi karies yang dalam. 5. Buang atap pulpa. Dengan menggunakan bor fisur steril dengan handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang atap kamar pulpa. 4. Buang pulpa bagian korona. Hilangkan pulpa bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar kecepatan rendah. 6. Cuci dan keringkan kamar pulpa. Semprot kamar pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan dan kontrol perdarahan dengan kapas steril. 7. Aplikasikan formokresol. Celupkan kapas kecil dalam larutan formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4 sampai dengan 5 menit. 8. Berikan bahan antiseptik.

Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide. Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik digunakan bila ada sisa-sisa infeksi. 9. Restorasi gigi. Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum preparasi gigi untuk mahkota stainless steel. 3.3.2.2 Pulpotomi Non Vital Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital adalah untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal, memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar. Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu perawatan pulpotomi mortal (pulpotomi devital). Pulpotomi mortal adalah teknik perawatan endodontik dengan cara mengamputasi pulpa nekrotik di kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar. Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital : Kunjungan pertama: 1. Siapkan instrumen dan bahan. 2. Isolasi gigi dengan rubber dam. 3. Preparasi kavitas. 4. Ekskavasi karies yang dalam. 5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan rendah. 6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar. 7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. 8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas. 9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari, sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu Kunjungan kedua : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya. 3. Berikan bahan antiseptik. 4. Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan cotton pellet. 5. Aplikasi semen zinc oxide eugenol. 6. Restorasi gigi dengan tambalan permanen. 3.3.3 Pulpektomi Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula. Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat direstorasi, anak dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi patologis pada anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat. 3.3.3.1 Pulpektomi Vital Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan : 1. Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan. b. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva. c. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril. d. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.

e. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit. f. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file. g. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit. h. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum lentulo. i. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian. j. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat. k. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen. 3.3.3.2 Pulpektomi Non Vital Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah pulpektomi mortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua jaringan pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non vital, kemudian mengisinya dengan bahan pengisi. Walaupun anatomi akar gigi sulung pada beberapa kasus menyulitkan untuk dilakukan prosedur pulpektomi, namun perawatan ini merupakan salah satu cara yang baik untuk mempertahankan gigi sulung dalam lengkung rahang. Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital : Kunjungan pertama : 1. Lakukan foto rontgen. 2. Isolasi gigi dengan rubber dam. 3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi kavitas. 4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin. 5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat. 6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris. 7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa. 8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian. Kunjungan kedua : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi. 4. Berikan Beechwood creosote. 2. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa. 5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian. Kunjungan ketiga : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks. 4. Letakkan semen zinc fosfat. 5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen. 3.3.4 Endo Intrakanal Endo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa yang sudah mati seluruhnya. Endo intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula. Tahapan perawatan endo intrakal sama dengan perawatan pulpektomi, perbedaan perawatannya adalah pada pemakaian anastesi, pada perawatan endo intrakanal tidak memerlukan anastesi karena gigi dalam kondisi non vital. Indikasi endo intrakanal : - Nekrosis pulpa totalis - Perawatan ulang - Kelainan periapikal

Kontraindikasi endo intrakanal : - OH jelek - Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional - Fraktur dengan arah vertikal - Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga - Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar Langkah-langkah perawatan endo intrakanal : 1. Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. 2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva. 3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril. 4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah. 5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file. 6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit. 7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum lentulo. 8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian. 9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat. 10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen. 3.4 TEKNIK PERAWATAN SALURAN AKAR Tahap-tahap perawatan endotektomi : - Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan - Menyiapkan file, paper point - Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital - Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi - Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifice : preparasi cavity entrance - DWF ; tentukan panjang kerja - Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi : teknik konvensional, teknik step back, teknik crown down - Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara. Sterilisasi ulang, sampai paper point kering dan tidak berbau - Tes perbenihan - Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol : teknik single cone, teknik kondensasi lateral, teknik kondensasi vertikal - Foto pengisian - Basis Zn PO4 - Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat tetap.

Fase-fase Perawatan Endodontik : 3.4.1. Preparasi Akses : - Fase yang paling penting dari aspek teknik perawatan akar. - Merupakan kunci untuk membuka pintu bagi keberhasilan tahap pembersihan, pembentukan dan obturasi saluran akarnya. - Tujuan: o Membuat akses yang lurus. o Menghemat preparasi jaringan gigi. o Membuka atap ruang pulpa. Teknik Akses Preparasi Cavity Entrance 3.4.1.1 Outline Form Cavity Entrance - Proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian cingulum untuk gigi anterior atau oklusal untuk gigi posterior.

- Tujuan : Untuk membuat akses yang lurus, menghemat preparasi jaringan gigi, membuka atap ruang pulpa. a. Outline Form Insisivus RA : bentuknya trangular dengan alas sejajar insisal b. Outline Form Kaninus RA : bentuknya oval / bulat dengan arah insiso servikal c. Outline Form Premolar RA : bentuknya oval memanjang seperti ginjal dengan arah bukal palatal d. Outline Form Premolar RB : bentuknya bulat / oval e. Outline Form Molar RA : bentuknya triangular dengan alas sejajar bukal f. Outline Form Molar RB : bentuknya triangular dengan alas sejajar mesial

3.4.1.2 Preparasi Cavity Entrance 3.4.1.2.1 Alat Preparasi Kavitas 1. Contra Angle Handpiece Low Speed 2. Macam-macam mata bur Low Speed a. Round bur kecil b. Round bur besar c. Fissure bur silinder d. Fissure bur long shank dan round end 3.4.1.2.2 Saluran Akar Tunggal - Preparasi dimulai dengan round bur no 2 atau 4 atau tapered fissure diamond bur dengan arah tegak lurus pada permukaan enamel sampai menembus jaringan dentin dan diteruskan sampai atap pulpa terbukan dengan kedalaman 3 mm. - Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi sampai menembus ruang pulpa sehingga ditemukan lubang saluran akar yang terletak pada dasar ruang pulpa yang disebut orifice. - Gunakan tapered fissure no 2 atau 4 untuk membentuk dinding cavity entrance divergen ke arah oklusal atau insisal sampai jarum miller dapat masuk dengan lurus, setelah terasa tembus maka orifice dicari dengan menggunakan jarum miller. - Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan menarik keluar kavitas sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat preparasi dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas. Masukkan jarum ektirpasi, diputar searah jarum jam dan ditarik keluar, diulang lagi sampai jaringan pulpa dicabut. Preparasi Cavity Entrance Insisivus RA 3.4.1.2.3 Saluran Akar Ganda - Pembutan cavity entrance menggunakan round bur no1 atau tapered fissure diamond bur pada tengah fossa di bagian oklusal atau endo access. - Setelah kedalaman preparasi mencapai dentin, preparasi dilanjutkan menggunakan fissure diamond bur sampai ditemukan orifice ke 3 saluran akar. - Pada gigi berakar ganda, bila atap pulpa belum terbuka maka cari orifice yang paling besar terlebih dahulu, kemudian atap pulpa diangkat dengan bur sesuai letak orifice. - Menghilangkan tanduk pulpa menggunakan round diamond bur dengan gerakan menarik keluar kavitas, sehingga cavity entrance terbentuk dengan baik dan alat preparasi dapat dimasukkan ke dalam saluran akar dengan bebas. Preparasi Cavity Entrance Premolar RA

Preparasi Cavity Entrance Molar RA

Preparasi Cavity Entrance Molar RB 3.4.1.2.4 Kesalahan-Kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada waktu preparasi cavity entrance :

1. Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau perforasi lateral 2. Preparasi terlalu dalam menyebabkan perforasi menembus bufurkasi 3. Jika preparasi cavity entrance terlalu lebar maka dinding kavitas menjadi tipis dan mudah pecah jika ditumpat.

3.4.2. Penentuan Panjang Kerja - Panjang Kerja : Panjang dari alat preparasi yang masuk ke dalam saluran akar pada waktu melakukan preparasi saluran akar. - Menentukan panjang kerja dikurangi 1 mm panjang gigi sebenarnya, untuk menghindari : o Rusaknya apical constriction (penyempitan saluran akar di apical). o Perforasi ke apical. - Cara melakukan DWP (Diagnostic Wire Photo) Masukkan jarum miller atau file nomor kecil yang diberi stopper dengan guttap perca pada batas panjang gigi rata-rata dikurangi 1-2 mm lalu dilakukan foto R. Dari hasil foto dilakukan pengukuran dengan menggunakan rumus : PGS = PGF x PAS PAF Keterangan : PGS = panjang gigi sebenarnya PGF = panjang gigi foto PAS = panjang alat sebenarnya PAF = panjang alat foto 3.4.3. Pembersihan dan Pembentukan Saluran Akar - Pembersihan debridement : pembuangan iritan dari sistem saluran akar. - Tujuan : Membasmi habis iritan tersebut walaupun dalam kenyataan praktisnya hanyalah sebatas pengurangan yang signifikan saja. - Iritan: bakteri, produk samping bakteri, jaringan nekrotik, debris organik, darah dan kontaminan lain. 3.4.4. Pembentukan Saluran Akar - Membentuk saluran akar melebar secar kontinyu dari apeks ke arah korona. - Pelebaran Saluran akar harus cukup besar untuk melakukan debridement yang baik dan dapat memanipulasi serta mengendalikan instrumen dan meterial obturasi dengan baik tapi tidak sampai melemahkan gigi serta meningkatkan peluang terjadinya kesalahan prosedur. - Ketirusan Ketirusan hasil preparasi harus cukup sehingga instrumen penguak dan pemampat gutta perca dapat berpenetrasi cukup dalam. - Kriteria Saluran akar siap menerima obturasi baik dengan kondensasi lateral maupun vertikal, saluran akar harus berbentuk corong ke arah korona dan dalam ukuran cukup besar sehingga instrument pemampat dan penguak dapar masuk cukup dalam. 3.4.5. Ekstirpasi Pulpa Menggunakan jarum ekstirpasi, reamer ataupun miller. 3.4.5.1 Indikasi : - Saluran akar lurus, tidak bengkok - Tidak ada obliterasi saluran akar - Saluran akar jelas - Kerusakan belum mengenai bifurkasi - Resorbsi < panjang akar gigi Pulpektomi - Resorbsi > panjang akar gigi Pulpotomi. 3.4.6. Teknik Perawatan Saluran Akar 3.4.6.1 Alat Preparasi Saluran Akar : 1. Jarum miller 2. Jarum ekstirpasi

3. Flexofile no. 15-80 penjang disesuaikan dengan panjang elemen 4. Alat irigasi 5. Cotton pellet, paper point steril, dan cotton roll 6. Tempat jarum 7. GGD 3.4.6.2 Gigi Permanen 3.4.6.2.1 Teknik Konvensional 1. Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna. 2. Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K 3. Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi. Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar. 4. Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil. Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apikal. 5. Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Irigasi harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril, bahan irigasi terakhir yang dipakai adalah aquadest steril. 6. Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah satu). 7. Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar teknik konvensional 3.4.6.2.2 Teknik Step Back a. Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang bengkok dan sempit pada 1/3 apikal. b. Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan gerakan berputar. c. Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur. d. Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil : No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja File No. 25 = Master Apical File (MAF) No. 30 = panjang kerja 1 mm MAF No. 35 = panjang kerja 2 mm MAF No. 40 = panjang kerja 3 mm MAF No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst e. Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk dentin yang terasah. f. Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian. Preparasi saluran akar teknik step back 3.4.6.2.3 Teknik Balance Force 1. Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex 2. Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam. 3. Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja. 4. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD) GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical GGD #3 = sepanjang GGD #2 2 mm GGD #4 = sepanjang GGD #3 2 mm GGD #5 = sepanjang GGD #4 2 mm

GGD #6 = sepanjang GGD #5 2 mm 5. Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45 6. Dilakukan irigasi 7. Keuntungan balance force : - Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula - Mencegah terjadinya ledge dan perforasi - Mencegah pecahnya dinding saluran akar - Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks 3.4.6.2.4 Teknik Crown Down Presureless a. Teknik disebut juga dengan teknik step down, merupakan modifikasi dari teknik step back. b. Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal (19 mm). c. Menghasilkan hasil yang serupa yakni seperti corong yang lebar dengan apeks yang kecil (tirus). d. Bermanfaat pada saluran akar yang kecil dan bengkok di molar RA dan RB. e. Saluran akar sedapat mungkin dibersihkan dengan baik sebelum instrument ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstruksi dentin ke jaringan periapeks dapat dikurangi. f. Menggunakan instrument nikel-titanium, baik yang genggam maupun digerakkan mesin. 3.4.6.3 Gigi Sulung Teknik Konvensional Prosedur Teknik Konvensional pada Gigi Sulung sama seperti Teknik Konvensional pada Gigi Permanen. 3.4.7. Irigasi Saluran Akar 3.4.7.1 Tujuan : Untuk mengeluarkan sisa jaringan nekrotik, serbuk dentin, dan kotoran-kotoran lain yang terdapat di saluran. - Irigasi dilakukan setiap : o Pergantian file pada saat preparasi saluran akar o Pada saat akan melakukan perbenihan o Sterilisasi saluran akar 3.4.7.2 Bahan irigasi yang digunakan : - H2O2 3% - Aquadest steril - NaOCl 3.4.7.3 Alat irigasi yang digunakan : - Spuit 2,5 cc dengan jarum yg dibengkokan dan ujungnya ditumpulkan - Alat irigasi yang dipakai harus diberi tanda untuk membedakan isi cairan irigasi yang dipakai - Alat irigasi disimpan dalam botol tertutup berisi alkohol 70% agar tetap terjaga sterilisasinya 3.4.7.4 Cara irigasi : - Jarum irigasi dimasukkan kedalam saluran akar. Jarum irigasi yang masuk kedalam saluran akar tidak boleh terlalu besar sehingga membuntu saluran akar yang akan mengakibatan cairan irigasi yang disemprotkan tidak mengalir keluar. - Bahan irigasi disemprotkan secara perlahan-lahan ke dalam saluran akar - Bahan irigasi digunakan secara bergantian. Bahan irigasi yang terakhir disemprotkan ke dalam saluran akar harus aquadest steril. - Menghisap cairan irigasi yang keluar dengan cotton roll atau saliva ejector atau section. Tidak boleh terkontaminasi dengan saliva. - Setelah irigasi, saluran akar dikeringkan dengan menggunakan paper point. Tidak boleh pakai hembusan udara 3.4.8. Bahan dan Obat-obatan Sterilisasi 3.4.8.1 Sebagai desinfektan antibakteri dengan spektrum luas : - ChKM ( Chlorophenol Kamfer Menthol ) - Cresophene - Cresatin - Formokresol - TKF ( Tri Kresol Formalin )

- Eugenol (sebagai sedative, digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang dikombinasikan pada saat dilakukan devitalisasi.) 3.4.8.2 Preparat poliantibiotik : Grossman : - Penisilin ( efektif terhadap gram (+) - Streptomysin ( efektif terhadap gram () - Sodium kapsilat ( efektif terhadap jamur ) 3.4.8.3 Kombinasi antibiotik kortikosteroid : - Kortikosteroid ( mengurangi keradangan periapikal .) - Antibiotik ( membunuh bakteri ex : septomixine dan ledermix .) 3.4.8.4 Bahan devitalisasi - Arsen ( As2O3 ) ( digunakan pada gigi permanen.) - Caustinerf Pedodontique / forte ( digunakan pada gigi sulung.) - TKF ( Tri Kresol Formalin ) 3.4.8.5 Medikamen Intrakanal yang biasa digunakan : 3.4.8.5.1 Golongan Fenol : - Eugenol - CMCP ( Camphorated Monoparachlorophenol ) - Parachlorophenol ( PCP ) - Camphorated parachlorophenol ( CPC ) - Metakresilasetat ( cresatin ) - Kresol - Creosote ( beechwood ) - Timol 3.4.8.5.2 Aldehid : - Formokresol - Glutaraldehid 3.4.8.5.3 Halida : - Natrium hipoklorit - Iodine kalium iodida 3.4.8.5.4 Steroid 3.4.8.5.5 Hidroksida kalsium Bukan antiseptik konvensional Dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bekerja lambat Harus berkontak langsung Dapat digunakan sebagai antiseptik antar kunjungan (terutama pada gigi nekrotik) 3.4.8.5.6 Antibiotik 3.4.8.5.7 Kombinasi 3.4.9. Perbenihan 3.4.9.1 Prosedur perbenihan : - Pasien dikontrol lebih dulu - Siapkan papper point dan cotton pellet. Masukkan papper point dan cotton pellet ke dalam Glassbead sterilisator dan ditutup, nyalakan, biarkan sampai lampu pada glassbead sterilisator menjadi hijau (Ready). Papper point dan cotton pellet siap digunakan. Buka alat glassbead sterilisator. Hasil Perbenihan negatif, saluran akar dapat diisi dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut : - Tidak ada keluhan pasien - Tidak ada gejala klinik

- Tidak ada eksudat dalam saluran akar (cek dari papper point yang terdapat dalam saluran akar caranya ulaskan papper point pada glass lab. Bila tidak berbekas, berarti bisa dilakukan pengisian), papper point diulaskan di glass lab. - Tumpatan sementara masih baik Hasil pembenihan positif, maka dilakukan sterilisasi ulang sampai hasil pembenihan negatif. 3.4.10. Bahan Pengisian Saluran Akar 3.4.10.1 Syarat-Syarat Bahan Pengisi Saluran Akar a. Bahan harus dapat dengan mudah dimasukkan ke saluran akar. b. Harus menutup saluran ke arah lateral dan apikal. c. Harus tidak mengerut setelah dimasukkan. d. Harus kedap terhadap cairan. e. Harus bakterisidal atau paling tidak harus menghalangi pertumbuhan bakteri. f. Harus radiopak. g. Tidak menodai struktur gigi. h. Tidak mengiritasi jaringan periapikal atau mempengaruhi struktur gigi. i. Harus steril atau dapat segera disterilkan dengan cepat sebelum dimasukkan. j. Bila perlu dapat dikeluarkan dengan mudah dari saluran akar. 3.4.10.2 Gigi Sulung - Zinc oxide eugenol paste - Iodoform paste - Calcium hydroxide 3.4.10.3 Gigi Permanen 3.4.10.3.1 Siller berbasis OSE Keuntungan : Riwayat keberhasilan berlangsung lama, kualitas positif mengalahkan aspek negatifnya (mewarnai gigi, waktu pengerasan sangat lambat, tidak adhesive, larut). 3.4.10.3.2 Formula Grossman Bubuk : - ZnO (badan semen) 42 bagian - Resin stabelit (konsistensi dan waktu pengerasan) 27 bagian - Bismuth subkarbonat 15 bagian - BaSO4 (keradiopakkan) 15 bagian - Na-barat 1 bagian Cairan : Eugenol Masalah yang ada pada formula ini adalah waktu pengerasan sangat lambat, > 2 bulan. 3.4.10.3.3 Plastik Epoksi tersedia dalam formula bubuk cairan (AH26). Sifat yang dimiliki : antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik. Kekurangannya : mewarnai gigi, relative tidak larut dalam pelarut, agak sedikit toksik jika belum mengeras dan agak larut pada cairan mulut. 3.4.10.3.4 Hidroksida kalsium (CaOH)2 Siller Ca(OH)2 yang telah diperkenalkan adalah siller yang Ca(OH)2 nya diinkoporasikan ke dalam basis OSE atau basis plastiknya. 3.4.10.3.5 Ionomer Kaca Material ini memiliki keuntungan bisa beradhesi ke dentin sehingga diharapkan bisa mencapai kerapatan yang baik di apeks dan korona dan biokompatibel. Tapi, kekerasan dan ketidaklarutannya menyukarkan perawatan ulang jika diperlukan dan menyukarkan pembuatan pasak. 3.4.11. Teknik Pengisian Saluran Akar 3.4.11.1 Alat Pengisian Saluran Akar :

1. Glass plate 2. Alat pengaduk semen 3. Stopper semen 4. Jarum lentulo 5. Finger spreader Gigi Sulung dan Gigi Permanen 3.4.11.2 Teknik single cone Teknik pengisian saluran akar untuk teknik preparasi secara konvension Tahapan : - Pencampuran pasta saluran akar petunjuk pabrik - Pasta diulaskan pada jarum lentulo dan guttap point untuk kemudian dimasukan kedalam saluran akar yang telah dipreparasi jarum lentulo sesuai panjang kerja dan diputar berlawanan jarum jam. - Guttap point ( trial foto disterilkan dengan alcohol 70% dan dikeringkan ) 1. Pilih guttap point yang diameternya sesuai dengan reamer / file terakhir yang digunakan pada waktu preparasi saluran akar. 2. Tandai guttap point sesuai dengan panjang kerja. 3. Masukkan guttap point dalam saluran akar sebatas tanda. 4. Guttap point yang memenuhi syarat dapat masuk saluran akar sebatas panjang kerja dan rapat dengan dinding saluran akar. - Kering ( diulas dengan pasta ) masuk ke dalam saluran akar. - Guttap point di potong 1-2mm dibawah orifice dengan ekskavator yang ujungnya telah di panasi dengan bunsen burner hingga membara. - Kemudian dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat lalu ditutup kapas dan tumpatan sementara menggunakan fletcher atau cavit. Gigi Permanen 3.4.11.3 Teknik Kondensasi Lateral Dengan teknik preparasi saluran akar secara step back. Sering digunakan hampir semua keadaan kecuali pada saluran akar yang sangat bengkok / abnormal Tahapan : - Pencampuran pasta - Guttap point ( trial foto disterilkan 70% alcohol dan dikeringkan - Guttap point nomor 25 (MAF) diulasi dengan pasta ke saluran akar sesuai dengan tanda yang telah dibuat dan ditekan kea rah lateral menggunakan spreader. - Ke dalam saluran akar diberi guttap tambahan, setiap memasukan guttap di tekan ke arah lateral sampai saluran akar penuh dan spreader tidak dapat masuk dalam saluran akar. - Guttap point dipotong 1-2mm dibawah orifice dengan eskavator yang telah dipanasi - Guttap point dipadatkan dengan root canal plugger - Bila pengisian sudah baik, maka dasar ruang pulpa diberi basis semen seng fosfat, ditutup kapas dan tumpatan sementara. 3.4.11.4 Teknik Kondensasi Vertical (Gutta perca panas) Untuk pengisian saluran akar dengan teknik step back. Menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan penekanan pada guttap perca yang telah dilunakan dengan panas kearah vertical dan dengan demikian menyebabkan guttap perca mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar. Tahapan : - Suatu kerucut guttap perca utama sesuai dengan instrument terakhir yang digunakan pada saluran dengan cara step back - Dinding saluran dilapisi dengan lapis tipis semen dengan menggunakan lentulo. - Kerucut disemen - Ujung koronal kerucut dipotong dengan instrument panas - Pembawa panas segera didorong ke dalam 1/3 koronal guttap perca. Sebagian terbakar oleh plugel bila diambil dari saluran akar. - Condenser vertical dengan ukuran yang sesuai dimasukan dan tekanan vertical dikenakan pada guttap perca yang telah dipanasi untuk mendorong guttap perca yang menjadi plastis ke arah apikal - Apikalis panas berganti oleh pembawa panas dan condenser diulangi sampai guttap perca plastis menutup saluran aksesori besar dan mengisi luman saluran dalam 3 dimensi foramen apikal. Bagian sisa saluran diisi dengan potongan tambahan guttap perca panas.

- Bila pengisisan sudah baik, maka dasar pulpa diberi basis semen ZnPO4, kemudian ditumpat sementara. 3.4.11.5 Metode seksional (teknik pluger) Dapat digunakan untuk mengisi saluran ke arah apikal dan lateral. Teknik menggunakan suatu bagian kerucut guttap perca untuk mengisi suatu bagian 1/3 saluran akar / ujung apikal. Tahapan : - Dinding saluran akar dilapisi semen - Pluger saluran dimasukan sampai 3-4mm dari apeks dipanaskan dalam sterilitator garam panas (1011) - Kerucut guttap perca dipotong beberapa bagian sesuai dengan ukuran saluran yang telah dipreparasi dengan panjang 3-4mm - Potong apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukan ke dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur dan ditekan ke arah vertical - Pluger dilepas dengan hati-hati untuk mencegah ke luarnya bagian guttap perca yang dimasukan - Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang dikondensasi - Bagian berikutnya dimasukan kedalam eukaliptol, dipanaskan tinggi diatas nyala api dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertical untuk memampatkan pengisi 3.4.11.6 Metode kompaksi - Menggunakan panas untuk mengurangi viskositas guttap perca dan menaikan plastisitasnya - Digunakan untuk pengisi saluran yang lurus - Menggunakan metode step back 3.4.11.7 Metode Inverted cone - Digunakan terbatas pada gigi dengan saluran kecil, berkelok-kelok, yang tidak dapat diisi dengan kerucut guttap perca secara lepas 3.4.11.8 Metode Role Gutta perca - Untuk mengisi saluran kecil bahan tersebut yang bengkok 3.4.11.9 Pengambilan Guttap Point dengan GGD a. Menentukan panjang GGD : 1. Panjang kerja (PK) panjang mahkota = panjang akar 2. Panjang 1/3 apikal = panjang akar : 3 3. Panjang GGD = PK panjang 1/3 apikal 4. GGD dimasukkan dalam contra angle handpiece low speed b. Membuka tumpatan sementara, cotton pellet diambil. c. Pemakaian GGD secara berurutan, dimulai dari ukuran besar sampai sesuai besarnya saluran akar. d. GGD yang telah disiapkan dimasukkan dalam saluran akar (letak GGD harus lurus / sejajar dengan sumbu gigi) kemudian airmotor digerakkan sampai guttap point terpotong dan seterusnya hingga mencapai panjang kerja GGD yang telah ditentukan. e. Serpihan guttap point dibersihkan dari saluran akar dengan hembusan udara. f. Rongga saluran akar yang kosong diisi dengan kapas steril, kemudian ditumpat sementara. 3.5 PENYEBAB KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang frekuensinya paling sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam diagnosis dan rencana perawatan; kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang tidak memadai; kesalahan selama perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan yang tidak cukup; dan fraktur akar vertikal. Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan saluran akar dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca perawatan. Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap tersebut, maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahap-tahap itu. 3.5.1. Faktor Kegagalan Tahap Pra-perawatan Kegagalan perawatan saluran akar pada tahap praperawatan sering disebabkan oleh : 1. Diagnosis yang keliru a. Diagnosis yang tidak tepat, biasanya berasal dari kurangnya atau salahnya interpretasi informasi, baik informasi klinis maupun radiografis. Radiograf merupakan alat bantu utama dalam penilaian konfigurasi anatomik sistem saluran akar perawatan.

b. Tidak teridentifikasinya penyimpangan berbagai sistem saluran akar pada radiograf sering menjadi penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Fraktur dentin akar atau didiagnosis keliru. Inflamasi kronis yang timbul akan menyebabkan defek periodontal, defek ini sering baru terlihat di kemudian hari. c. Dalam mendiagnosis suatu penyakit sangat diperlukan ketelitian dan pemahaman dokter gigi akan gejalagejala suatu penyakit. Karena keterbatasan pengetahuan, peralatan ataupun karena kelalaian dokter gigi, tidak jarang terjadi kesalahan dalam mendiagnosis penyakit yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah dalam proses penyembuhan. 2. Kesalahan dalam perencanaan perawatan Sebagian rencana perawatan adalah mengidentifikasi kasus-kasus mana yang cenderung akan mengalami kegagalan walaupun baiknya perawatan yang dilakukan. 3. Seleksi kasus yang buruk Seleksi kasus menentukan apakah perawatan dapat dilakukan atau tidak. Sejumlah kegagalan yang disebabkan oleh seleksi kasus yang buruk akan menimbulkan kekliruan dalam menilai kerjasama pasien serta kesukaran yang mungkin timbul selama perawatan. 4. Merawat gigi dengan prognosis yang buruk.

3.5.2. Faktor Kegagalan Selama Perawatan Banyak kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam prosedur perawatan, kesalahan dapat terjadi pada saat pembukaan kamar pulpa, saat melakukan preparasi saluran akar dan saat pengisian saluran akar. - Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa Tujuan utama pembukaan kamar pulpa adalah untuk mendapatkan jalan langsung ke foramen apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan penglihatan pada semua orofis saluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi mempunyai desain yang berbeda, suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan menghilangkan kesulitan-kesulitan teknis yang dijumpai dalam perawatan saluran akar. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar pulpa adalah : 1. Perforasi Permukaan akar Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan karena preparasi pembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke kamar pulpa. Hal ini terjadi karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui kesulitan menemukan lokasi kamar pulpa walaupun dari gambaran foto Rontgen jelas. 2. Perusakan dasar kamar pulpa Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya perforasi pada furkasi. Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan membuat dasar kamar pulpa menadi datar sehingga merusak bentuk corong alamiah orifis yang akan menyulitkan pemasukan instrumen, paper point serta bahan pengisian ke dalam saluran akar. 3. Preparasi saluran melalui tanduk pulpa Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui tanduk pulpa, selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran akar dengan baik. 4. Membuat pembukaan proksimal Pembukaan yang dilakukan melalui karies yang ada proksimal akan menyebabkan instrumen yang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan, akibatnya preparasi saluran akar tidak tepat dan instrumen dapat patah dalam saluran akar. 5. Membuat pembukaan yang terlalu kecil Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan pulpa terutama yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan pencarian orifis sehingga saluran akar tidak dapat ditemukan. 6. Preparasi pembukaan melebar ke arah dasar kamar pulpa Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan melemahnya kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan tambalan sementara dan akhirnya terjadi kebocoran. - Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan pembentukan (shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh : 1. Instrumentasi berlebih (over instrumentasi) Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat menyebabakan terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati konstriksi apikal dapat mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin dari saluran akar ke jaringan periapikal sehingga dapat memperburuk hasil perawatan. 2. Instrumentasi kurang (underinstrumentasi) Instrumen tidak mencapai panjang kerja yang benar sehingga pembersihan saluran akar tidak sempurna,

masih meninggalkan jaringan nekrotik di dalam saluran akar. 3. Preparasi berlebihan Yang dimaksud dengan preparasi berlebihan adalah pengambilan jaringan gigi yang berlebih dalam arah mesio-distal dan buko-lingual. Hal ini dapat terjadi dibagian koronal atau pertengahan saluran sehingga melemahkan akar dan dapat menyebabkan fraktur akarselama berlangsungnya kondensasi.

4. Preparasi yang kurang Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa, kikiran dentin dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk sempurna sehingga pengisian kurang hermetis. 5. Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya birai atau perforasi lateral akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan menambah buruk keadaan pada ligamen perodontal sehingga prognosisnya menjadi buruk. 6. Instrumen patah dalam saluran akar Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan saluran akar selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apical patahan yang belum dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari foramen apikal. 7. Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau memasukkan jarumnya terlalu dalam dapat mendorong bubuk dentin dan mikroorganisme keluar dari foramen apikal, sehingga dapat mengiritasi jaringan periapikal. 8. Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi saluran akar karena obatobat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga dapat menyebabkan terjadinya reinfeksi. - Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahan-kesalahan yang terjadi saat pengisian saluran akar, yaitu : 1. Pengisian yang tidak sempurna Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atau pengisian yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan periapikal, saluran akar dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga terjadi reinfeksi. 2. Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat. Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat eksudat yang persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi. 3. Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan tidak steril. Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu dilakukan pengisian saluran akar, tidak steril. 3.5.3. Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara langsung atau tidak langsung, misalnya. 1. Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk. Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari rongga mulut kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar yang kurang baik akan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar. 2. Trauma dan fraktur Kesalahan preparasi pada waktu pembuatan pasak dapat menyebabkan kegagalan perawatan. Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan melemahkan akar gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal. 3. Terkenanya jaringan periodontal Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan saluran akar dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak dari perawatan ortodontik atau penyakit periodontium. 3.5.4. Tanda-Tanda Kegagalan Perawatan Saluran Akar Di samping kurangnya konsensus mengenai kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca perawatan yang memadai juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar 6 bulan sampai 4 tahun. Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun bukan

keberhasilan yang langgeng karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat. Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian. 3.5.4.1. Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda gejala klinis, yaitu : 1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang. 2. Perkusi dan tekanan terasa peka. 3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka. 4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan. 5. Adanya fistula pada daerah apikal. 3.5.4.2. Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan, angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan pun berbeda. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah adanya : 1. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption). 2. Pelebaran jaringan periodontium. 3. Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal. 3.5.4.3. Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis) Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada ketidakpastian mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran radiologisnya. Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien jarang dilakukan. Tanda-tanda kegagalan secara histologis adalah : 1. Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal. 2. Ada mikro abses. 3. Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.1.1 Pembuatan Mahkota dan Jembatan Pembuatan gigi tiruan jembatan dan mahkota tidak harus melalui pulpektomi. Pulpektomi dilakukan apabila pulpa gigi dari gigi yang akan dipreparasi terkena infeksi. Bila gigi dalam keadaan vital (pulpa belum terkena) maka pulpektomi tidak perlu dilakukan. 4.1.2 Macam-Macam Perawatan Endodontik 4.1.2.1. ENDO KONVENSIONAL 1. PULP CAPPING a. DIREK b. INDIREK 2. PULPOTOMI 3. PERAWATAN S.A a. PULPEKTOMI b. ENDOINTRAKANAL 4. APEKSIFIKASI 4.1.2.2. ENDO BEDAH 1. KURETASE APEKS 2. RESEKSI APEKS 3. INTENTIONAL REPLANT 4. HEMISEKSI 5. IMPLAN ENDODONTIK

4.1.2.3 Indikasi umum perawatan endodonsia : 1. Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal 2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal 3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak 4. Sebagai penyangga / abunment gigi tiruan 5. Kesehatan umum pasien baik 6. Oral hygiene pasien baik 7. Masih didukung jaringan penyangga gigi yang baik 8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan 9. Operator mampu. 4.1.2.4. Kontraindikasi perawatan endodonsia : 1. Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi 2. Tidak didukung jaringan penyangga gigi yang cukup 3. Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional. Misalnya gigi yang lokasinya jauh di luar lengkung. 4. Fraktur vertikal 5. Resorpsi yang luas baik internal maupun eksternal 6. Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi; akar terlalu bengkok, saluran akar banyak dan berbelit-belit. 7. Jarak interoklusal terlalu pendek sehingga akan menyulitkan dalam instrumentasi. 8. Kesehatan umum pasien buruk 9. Pasien tidak bersedia untuk dilakukan perawatan 10. Operator tidak mampu. 4.1.3 Prosedur Perawatan Endodontik Konvensional 4.1.3.1 Pulp Capping Langkah-langkah Pulp Capping : 1. Siapkan peralatan dan bahan. 2. Isolasi gigi. 3. Preparasi kavitas. 5. Ekskavasi karies yang dalam 6. Berikan kalsium hidroksida. 4.1.3.2 Pulpotomi 4.1.3.2.1 Pulpotomi vital Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali kunjungan untuk gigi sulung : 1. Siapkan instrumen dan bahan. 2. Pemberian anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit saat perawatan 3. Isolasi gigi. 4. Preparasi kavitas. 5. Ekskavasi karies yang dalam. 6. Buang atap pulpa. 7. Buang pulpa bagian korona. 8. Cuci dan keringkan kamar pulpa. 9. Aplikasikan formokresol. 10. Berikan bahan antiseptik. 11. Restorasi gigi. 4.1.3.2.2 Pulpotomi Non-Vital Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital : Kunjungan pertama: 1. Siapkan instrumen dan bahan. 2. Isolasi gigi dengan rubber dam. 3. Preparasi kavitas. 4. Ekskavasi karies yang dalam. 5. Buang atap kamar pulpa dengan bor fisur steril dengan handpiece kecepatan rendah. 6. Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan bor bundar. 7. Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril.

8. Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas. 9. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 10. Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai dengan 3 hari, sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien untuk kembali setelah 1 minggu Kunjungan kedua : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Berikan bahan antiseptik. 4. Aplikasi semen zinc oxide eugenol. 5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen. 4.1.3.3 Pulpektomi 4.1.3.3.1 Pulpektomi Vital Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan : 1. Pembuatan foto Rontgen. 2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan. 3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva. 4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. 5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah. 6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit. 7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril 8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit. 9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum lentulo. 10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian . 11. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat. 12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen. 4.1.3.3.2 Pulpektomi Non-Vital Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital : Kunjungan pertama : 1. Lakukan foto rontgen. 2. Isolasi gigi dengan rubber dam. 3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi kavitas. 4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin. 5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat. 6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris. 7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa. 8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian. Kunjungan kedua : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi. 4. Berikan Beechwood creosote. 5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara. 6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian. Kunjungan ketiga : 1. Isolasi gigi dengan rubber dam. 2. Buang tambalan sementara. 3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks. 4. Letakkan semen zinc fosfat. 5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

4.1.3.4 Endo Intrakanal Langkah-langkah perawatan endo intrakanal : 1. Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. 2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan saliva. 3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril. 4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah. 5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file. 6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit. 7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan menggunakan jarum lentulo. 8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian. 9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau seng fosfat. 10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen. 4.1.4 Teknik Perawatan Saluran Akar Tahap-tahap perawatan endotektomi : - Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan - Menyiapkan file, paper point - Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital - Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi - Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifice : preparasi cavity entrance - DWF ; tentukan panjang kerja - Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi : teknik konvensional, teknik step back, teknik crown down - Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara. Sterilisasi ulang, sampai paper point kering dan tidak berbau - Tes perbenihan - Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol : teknik single cone, teknik kondensasi lateral, teknik kondensasi vertikal - Foto pengisian - Basis Zn PO4 - Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat tetap. 4.1.5 Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Perawatan Saluran Akar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor perawatan, faktor anatomi gigi dan faktor kecelakaan prosedural. 2. Macam-macam penyebab terjadinya kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah kesalahan yang terjadi pada tahap praperawatan, kesalahan selama perawatan dan kegagalan pascaperawatan. 3. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar yang mudah ditentukan oleh dokter gigi adalah dengan cara pemeriksaan klinis dan radiologis, cara histologis jarang dilakukan. 4. Kegagalan perawatan saluran akar sebagian besar disebabkan oleh faktor kesalahan selama perawatan dan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.

DAFTAR PUSTAKA Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby. Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book. Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & febiger. Harty. FJ. alih bahasa Lilian Yuono. 1992. Endodontik Klinis. Jakarta : Hipokrates. Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger. Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika. Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co. Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc

Campuran Kalsium Hydrokside, Zinc Oxide Eugenol Dan Sodium Fluoride Sebagai Bahan Pengisi Saluran Akar pada Gigi Sulung (Makalah)
BAB 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan endodontik pada gigi sulung lebih menarik daripada gigi permanen, hal ini karena anatomi saluran akar gigi sulung yang lebih rumit dan hubungannya dengan pertumbuhan gigi permanen serta sikap anak-anak yang cenderung sulit diatur. Syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi sulung adalah bahwa bahan saluran akar harus bisa terserap pada waktu yang sama seperti resorpsi fisiologis akarnya. Adapun syarat-syarat yang lainnya adalah bahan pengisi saluran akar harus radiopaque, non toksik pada jarigan periapikal dan benih gigi, mudah aplikasinya, tidak mengkerut, dan mempunyai sifat disinfektan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang bertujuan mempertahankan gigi agar tetap dapat berfungsi. Tahap perawatan saluran akar antara lain: preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan (biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal.Tindakan preparasi yang kurang bersih akan mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikroorganisme organisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar. Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur (Walton & Torabinejad, 1996). Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat, pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin perak, poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar misalnya iodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras.( Tarigan, R., 1994). Pasta

dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc oksideeugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang ditambah obat- obatan. ( Harty, F.J, 1992) Makalah ini membahas Penelitian yang menggunakan campuran bahan yang terdiri dari bubuk Zinc Oxide, pasta Calcium Hydrokside dan larutan Sodium Fluoride. Zinc Oxide Eugenol (ZnOEu) dan Calcium Hydrokside adalah bahan yang mudah ditemukan dan paling sering dipakai sebagai bahan pengisi saluran akar. Namun Zinc Oxide Eugenol (ZnOEu) selain bersifat sitoktoksis juga cenderung teresorbsi lebih lambat dibandingkan resobsi fisiologis akar gigi sulung sedangkan Calcium Hydrokside meskipun berfungsi sebagai antiseptik tapi lebih cepat teresorbsi dibandingkan resorbsi fisiologis akar gigi sulung. Sodium fluoride adalah bahan yang terkandung dalam pasta gigi. Salah satu dari beberapa peneliti yaitu (HSC) menyatakan bila bahan pengisi saluran akar mengandung fluoride, bahan tersebut akan melepaskan fluoride yang dapat menguntungkan bagi gigi yang erupsi. Hasil penelitian pada tahun 1965 oleh Torild dan Ericson adalah bahwa penggunaan pasta gigi sodium fluoride dapat menurunkan angka karies secara signifikan. Bahan pengisi saluran akar yang ideal harus memenuhi persyaratan antara lain mudah dimasukkan saluran akar, rapat ke lateral maupun apical, tidak mengerut setelah dimasukkan, tahan terhadap kelembaban, bersifat bakterisid atau paling tidak menghambat pertumbuhan bakteri, bersifat radiopak, tidak mewarnai gigi, tidak mengiritasi jaringan periapikal atau menganggu struktur gigi, steril atau mudah disterilkan, dan mudah dikeluarkan dari saluran akar. Sampai saat ini belum ada material yang dapat memenuhi semua persyaratan tersebut. Guta perca dengan semen saluran akar adalah salah satu bahan yang dapat mendekati persyaratan tersebut (Grosman et al, 1995). Makalah ini membahas penelitian yang menggabungkan beberapa bahan pengisi saluran akar sehingga didapatkan bahan pengisi saluran akar yang ideal khususnya untuk gigi sulung. 1.2 Tujuan Penelitian Mengevaluasi campuran bubuk ZnOxide, Calcium hydrokside dan sodium fluoride 10 % sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung.

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan yaitu: 1. Apakah campuran dari ZnOxide, Calcium hydrokside dan Sodium fluoride dapat dipergunakan sebagai bahan pengisi saluran akar yang secara radiografis dapat teresorpsi bersamaan dengan resorpsi fisiologis akar gigi sulung? 2. Apakah campuran dari ZnOxide, Calcium hydrokside dan Sodium Fluoride dapat dipergunakan sebagai bahan pengisi saluran akar tanpa disertai gejala klinis? 1.4 Manfaat 1. Dapat memberikan informasi secara klinis mengenai campuran ZnOxide, Calcium hydrokside dan Sodium fluoride sebagai bahan pengisi saluran akar . 2. Dapat memberikan informasi mengenai resorpsi bahan pengisi saluran akar yang terdiri dari campuran ZnOxide, Calcium Hydrokside dan Sodium Fluoride dibandingkan dengan resorpsi fisiologis akar gigi sulung. 3. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Saluran Akar Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada tanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang sehat (Bence, 1990). 2.2.1 Pokok-Pokok Perawatan Saluran Akar. Asepsis Preparasi saluran akar Sterilisasi saluran akar Pengisian saluran akar Dokter gigi harus memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin terjadi adalah memuaskan, meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu bahwa segala sesuatunya mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien akan lebih menerima jika kegagalan terjadi. Kegagalan yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan dalam mendiagnosa penyakit pulpa ataupun karena kesalahan dalam teknik perawatan yang dilakukan. Agar perawatan yang dilakukan tidak menemui kegagalan, maka diperlukan beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa penyakit pulpa dan menuntun operator dalam melakukan perawatan saluran akar (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996). Sebelum pengisian saluran akar, dilakukan preparasi saluran akar. Preparasi saluran akar biomekanikal dalam perawatan endodonti bertujuan untuk membersihkan dan membentuk saluran dalam mempersiapkan pengisian yang hermetis dengan bahan dan teknik pengisian yang sesuai. Bila preparasi saluran akar tidak dilakukan, maka perawatan endodontik akan gagal. Oleh karena itu, preparasi saluran akar biomekanikal harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai dengan bentuk saluran akar (Harty, 1992). Saluran akar harus dikeringkan setelah irigasi yang terakhir, terutama sebelum pengisian saluran akar. Cairan dapat diaspirasi dengan meletakkan ujung spuit pada dinding saluran akar. pengeringan menyeluruh dapat dilakukan dengan menggunakan paper point yang tediri dari berbagai macam ukuran. Secara klinis perlu disadari bahwa paper point bekerja seperti kertas penyerap dan

harus diberi waktu dalam saluran akar agar dapat bekerja efektif. Paper point dapat dipegang dengan pinset dan diukur sesuai dengan panjang kerja sehingga ujungnya tidak terdorong secara tidak sengaja melalui foramen apikal. Paper point dimasukkan secara perlahan sehingga mengurangi terdorongnya cairan irigasi ke dalam jaringan apikal. Kecelakaan seperti ini dapat menyebabkan pasien merasa sakit pada terapi endodontik (Harty, 1992). 2.2 Bahan Pengisi Saluran Akar Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat, pasta, dan semen. Yang termasuk golongan padat ialah poin gutaperca, poin perak, poin titan, poin emas. Golongan pasta; bahan ini tidak mengeras dalam saluran akar misalnya jodoform pasta (Walkhoff). Golongan semen; bahan ini setelah beberapa waktu dalam saluran akar akan mengeras (Tarigan, 1994). Pasta dan semen dapat dibagi dalam lima kelompok; berbahan dasar zinc okside eugenol, resin komposit, gutta perca, bahan adhesif dentin, bahan yang ditambah obat- obatan (Harty, 1992). Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Tarigan, 1994; Walton & Torabinejad, 1996). 2.2.1 Macam Bahan Pengisi Saluran Akar Bahan pengisi saluran akar biasanya material padat atau semipadat (pasta atau bentuk dilunakkan). Material ini terdiri atas inti yang mengisi saluran akar dan dapat disertai dengan atau tanpa semen saluran akar. a. Material Padat Material padat lebih unggul daripada semipadat (pasta). Walaupun berbagai material telah dicoba, yang sampai saat ini dapat diterima hanyalah kon gutaperca dan perak.

a.1 Gutaperca Kandungan utama gutaperca adalah oksida seng (75%). Duapuluh persennya adalah gutaperca yang memberinya sifat unik yakni plastis. Kandungan lainnya adalah pengikat, opaker dan pewarna. Gutaperca tersedia dalam dua bentuk yaitu: standar dan konvensional. Gutaperca standar dirancang sesuai dengan nomer dan bentuk instrument endodontik. Keuntungan gutaperca adalah pertama, karena sifat plastisnya, gutaperca beradaptasi secara baik dengan dinding saluran akar yang telah dipreparasi; kedua; relatif mudah diperlakukan dan dimanipulasikan meskipun untuk tekhnik obturasi yang kompleks; ketiga, mudah dikeluarkan dari saluran akar, baik sebagian untuk pemasangan pasak maupun seluruhnya untuk perawatan ulang; dan terakhir, toksisitasnya relative kecil dan stabil bila berkontak dengan jaringan. Sedangkan kekurangan gutaperca adalah tidak melekat pada dentin dan sedikit elastik, sehingga memantul dan menjauh dari dinding saluran akar. Gutaperca yang dipanaskan akan mengerut waktu mendingin. Gutaperca yang dilarutkan dalam kloroform atau ekaliptol mengerut pada waktu pelarut menguap karenanya harus digunakan semen saluran akar untuk mengisi celah antara gutaperca dengan dinding saluran akar. Gutaperca juga harus dimasukkan kedalam saluran sebagian demi sebagian.

a.2 Kon Perak Kon perak dibuat dari perak murni dengan bentuk dan ukuran standar. Keuntungannya adalah mudah dikontrol panjangnya. Kekakuan dan fleksibilitas memungkinkan untuk obturasi saluran akar yang sempit dan bengkok. Walaupun keberhasilannya sebanding dengan gutaperca untuk jangka waktu pendek, kon perak kurang baik untuk keberhasilan jangka panjang. Masalahnya adalah; adaptasi buruk karena tidak dapat beradaptasi pada dinding saluran akar tak teratur; toksisitas karena kon perak akan berkarat bila berkontak lama dengan cairan jaringan periapeks; sulit dikeluarkan karena kon perak seringkali terkunci dengan erat disaluran akar sebelum disemen. a.3 File sebagai Material Obturasi Penggunaan file sebagai material obturasi merupakan konsep yang menarik. Karena preparasi dilakukan dengan file, mengapa tidak file saja yang digunakan sebagai pengisi. Saluran akar diisi dengan semen saluran akar, file ditekan/disekrupkan ke dalam saluran akar sampai panjang yang dikehendaki, kemudian pangkalnya dipotong sampai orifis. Indikasi penggunaan file adalah sama dengan kon perak yaitu untuk saluran akar yang sangat bengkok. File merupakan alat yang paling mudah mencapai akar sampai dengan panjang kerja. Tetapi makin besar nomor alat, makin sulit mencapai panjang kerja. Kerugiaanny adalah karena bentuknya, maka file tidak dapat memberikan kerapatan yang konsisten. Ulirnya mengurangi adaptasi sehingga tidak seluruhnya akan terisi oleh semen saluran akar. b. Pasta (Semipadat) Keuntungan dari bahan pengisi saluran akar bentuk pasta adalah tekhnik ini cepat dan relative mudah dilakukan dan hanya menggunakan satu bahan. Alat yang diperlukan paling tidak dengan teknik jarum lentulo, relative sederhana hanya dengan jarum dan bur khusus. Namun kerugiannya ternyata lebih banyak daripada keuntungannya. Pertama, masalah umum yang dihadapi dengan material inti tidak padat adalah pengendalian panjang pengisian. Sangat sulit mencegah pengisian berlebih atau kurang. Teoritis, radiograf harus dibuat beberapa kali selama obturasi untuk mengetahui panjang dan kepadatan bahan yang dimasukkan. Hal ini akan memakan waktu dan pasien akan menerima radiasi yang tidak perlu. Sedangkan kerugian utama lainnya adalah kemampuan kerapatannya yang tidak konsisten. Hal ini mungkin disebabkan oleh tiga faktor: (1) adanya udara terjebak atau rongga didalam material atau diantara material dengan dinding saluran akar; (2) pengerutan OSE selama mengeras meninggalkan kebocoran; dan (3) kelarutan pasta oleh cairan jaringan atau cairan mulut. Secara umum ada tiga golongan besar semen saluran akar: berbasis-OSE, plastik dan mengandung hidroksida kalsium. b.1 Berbasis OSE Salah satu jenis dari material berbentuk pasta adalah Oksida Seng dan eugenol (ZnOEu). Oksida seng dapat dicampur dengan eugenol membentuk campuran murni (tanpa aditif) yang kental. Formula lain berupa campuran oksida seng eugenol (OSE) dengan berbagai aditif. Tipe yang umum dikenal adalah N2 atau RC2B. jenis ini merupakan derivate dari formula sargenti dan mengandung opaker, oksida metalik (timah) atau klorida (merkuri), steroid, plasticizers, paraformaldehid,n berbagai bahan lain. Formula ini diklaim memiliki aktivitas terapi biologis dan keunggulan; tidak ada bukti yang menyatakan bahwa formula ini memberikan aspek yang menguntungkan untuk obturasi . b.2 Plastik

Plastik kurang umum digunakan dan diterima, paling tidak di Amerika Serikat. Namun sebagian mempunyai sifat yang sangat baik. (Walton&Torabinejad, 1996). b.3 Kalsium Hydroksida Kompoun ini juga telah digunakan sebagai medikamen intrasaluran. Studi singkat pada gigi-gigi kucing oleh Stevens dan Grossman menemukan kalsium hidroksida kalsium hidroksida tidak seefektif klorofenol berkamfer. Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan pengaruh melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Tronsad dkk., menunjukkan bahwa kalsium hidroksida mennyebabkan kenaikan signifikan pH dentin sirkumpulpa bila kompoun diletakkan pada saluran akar. Pasta kalsium hidroksida paling banyak digunakan sebagai suatu medikamen intrasaluran bila ada penundaan yang terlalu lama antar kunjungan karna bahan ini tetap manjur selama berada didalam saluran akar. Bystrom. Dalam suatu studi klinis terhadap lebih dari 100 gigi dengan kerusakan periapikal, melaporkan bahwa kalsium hidroksida adalah disinfektan intrasaluran yang efektif. (Grosman, et al. 1995) 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Pengisian Saluran Akar Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996). 2.3.1. Faktor Patologis Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996) : a. Keadaan patologis jaringan pulpa. Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal. b. Keadaan patologis periapikal Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan. c. Keadaan periodontal Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi. d. Resorpsi internal dan eksternal Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran

radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis. 2.3.2 Faktor Penderita Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994; Walton &Torabinejad, 1996) : a. Motivasi Penderita Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).

b. Usia Penderita Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hal ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985). c. Keadaan kesehatan umum Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994). 2.3.3. Faktor Perawatan Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar bergantung kepada : a. Perbedaan operator Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996). b. Teknik-teknik perawatan Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996). c. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar. Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap

melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996). 2.3.4. Faktor Anatomi Gigi Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan : a. Bentuk saluran akar Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996). .b Kelompok gigi Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989). c. Saluran lateral atau saluran tambahan Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988). 2.3.5. Faktor Kecelakaan Prosedural Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya : a. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral. Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966). b. Instrumen patah Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir

preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996). c. Fraktur akar vertikal Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996). 2.4 Tanda-Tanda Kegagalan Perawatan Saluran Akar Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton & Torabinejad,1996; Mardewi, 2003). 2.4.1 Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : 1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang. 2. Perkusi dan tekanan terasa peka. 3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka. 4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan. 5. Adanya fistula pada daerah apikal. 2.4.2 Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan, angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan pun berbeda. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah adanya (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : 1. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption). 2. Pelebaran jaringan periodontium. 3. Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal. 4.3 Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis) Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada ketidakpastian mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran radiologisnya. Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien jarang dilakukan. Tanda-tanda kegagalan secara histologis adalah (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : 1. Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal. 2. Ada mikro abses. 3. Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah 25 anak-anak berusia 4-9 tahun berasal dari luar Unit Pedodontic Preventive Dentistry, Oral Health Sciences Center, Postgraduate Institute Of Medical Education and Research (PGIMER), Chandigargh, India yang memiliki gigi molar (pertama atau kedua sulung rahang bawah) dengan dukungan tulang dan panjang akar yang cukup, tanpa kelainan radiografis, tidak ada resorpsi patologis dan tanpa riwayat penyakit sistemik. 3.2 Metode Penelitian Prosedur perawatan saluran akar yang digunakan adalah pulpektomi one visit, dan dilakukan oleh operator yang sama. Sebelumnya pasien dianestesi local dan dipasang rubber dam. Prosedur dalam penelitian ini meliputi preparasi kavitas untuk menghilangan semua jaringan karies, cavity entrance ,ekstirpasi pulpa menggunakan files dan diirigasi dengan sodium hipoklorit 2,5% bergantian dengan larutan metronidazol 0,5%. Kemudian dilakukan foto roentgen periapikal untuk mengetahui panjang kerja dari gigi tersebut. Setelah menentukan panjang kerja, saluran akar siap dipreparasi dengan H-files (ukuran 30-35) dengan gerakan naik turun. Pada saat melakukan pengisian saluran akar, perlu lebih diperhatikan tekanan disepanjang dinding luar saluran akar yang merupakan dinding-dinding yang mengarah ke area interadikuler yang biasanya tipis dikarenakan resorpsi fisiologis dan lebih beresiko terjadi perforasi. Saluran akar diirigasi dengan sodium hyploklorit sedangkan larutan

metronidazole (0,5%) digunakan sebagai larutan irigasi yang terakhir. Saluran akar diisi dengan pasta kombinasi yang dibuat dari pasta calcium hydroxide, bubuk zinc oxide, dan larutan sodium fluoride 10% sebagai cairannya. Standarisasi kuantitas dari setiap komposisi campuran, yaitu 70 mg zinc oxide, ditimbang dan diletakkan dalam kapsul lalu disterilkan. Panjang standard pasta calcium hydroxide (Reogan Rapid) 7,5 cm diletakkan dalam mixing pad bersama dengan bubuk dari zinc oxide dalam kapsul yang telah ditimbang. Kedua bahan tersebut dicampur bersama dan ditetesi larutan sodium fluoride 10% sampai mencapai konsistensi yang diinginkan. Jarum lentulo digunakan dengan gerakan memutar searah jarum jam ketika memasukkan bahan kedalam saluran akar sesuai dengan panjang kerja yang telah ditetapkan. Gerakan memutar berlawanan arah jarum jam dilakukan sambil menarik keluar jarum lentulo dari saluran akar. Kavitas ditutup dengan pasta ZnOE yang cepat setting diikuti dengan tumpatan permanen, pada beberapa kasus diberi mahkota stainlees steel. Gigi dievaluasi secara klinis setelah 3 bulan dan juga secara radiografis setiap 6 bulan atau sampai gigi tersebut tanggal fisiologis. Pada setiap kunjungan gigi diperiksa secara klinis untuk mengetahui rasa nyeri dan mobilitasnya, secara radiografis gigi juga diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya resorpsi bahan saluran akar yang terdorong keluar bersamaan dengan resopsi fisiologis saluran akarnya, kemudian gigi tersebutdibandingkan dengan radiografi yang dibuat sebelum perawatan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Sebanyak 25 gigi molar sulung rahang bawah pada anak usia 4-9 tahun (7 molar pertama dan 18 molar kedua) dilakukan perawatan pulpektomi one visit dan diisi dengan campuran bahan yang mengandung calcium hydrokside, zinc oxide dan sodium fluoride (tabel 1)

. Gigi tersebut diamati secara teratur setiap 3 bulan selama 24 bulan. Untuk pemeriksaan radiografis saluran akar mesial dipakai sebagai saluran akar tunggal karena pada radiografi intraoral tampak dua saluran yang superimpos.

Pada awalnya dari total 50 saluran akar (25 mesial dan 25 distal) dari 25 gigi sulung, sejumlah 33 saluran (19 mesial dan 25 distal) cukup terisi, 14 saluran (5 mesial dan 9 distal) kurang tersisi (tabel 2). Setelah diamati selama periode 6 bulan, 2 dari 25 gigi sulung yang dirawat tidak berhasil dan akhirnya gigi tersebut diekstraksi, satu gigi pada setelah 3 bulan dan lainnya setelah 6 bulan. Setelah diamati selama 2 tahun, hanya 14 anak (14 molar mandibula) yang dapat diamati, 12 akar molar sulung secara fisiologis teresorpsi dan terlepas (tabel 3). Pada 14 gigi termasuk 28 saluran, gambaran radiografi awal menunjukkan 18 saluran terisi sempurna, 7 kurang terisi, dan overfilling sebanyak 3 saluran. Setelah lebih dari 2 tahun, resorpsi dari bahan pengisi sesuai dengan resorpsi fisiologis pada ke 28 saluran akar tersebut, sebagai contoh bahan saluran akar didalam saluran akar diresorpsi bersamaan dengan resorpsi akar gigi (gambar 1 dan 2). Terdapat -3 subyek yang tampak adanya bahan-bahan yang terdorong keluar secara berlebihan dan terjadi keterlambatan resorpsi dari bahan-bahan yang terdorong keluar tetapi setelah diamati selama 2 tahun, bahan-bahan yang terdorong tersebut tidak teresorpsi sempurna (gambar 3 dan 4). Satu dari beberapa gigi yang overfilling tersebut dapat tanggal secara fisiologis apabila sisa-sisa bahan pengisi dapat dikeluarkan dengan paksa. Table 3: distribution of sample according to follow up Follow up (in Months) Number of Teeth Followed up 25 25 Exfoliated Failed Total Cases Attrition Total Cases Followed up 25

Exfoliated 1 -

Failed 1 2 -

Immediately 3

6 9 12 15 18 21 24

22 20 13 07 04 02 02

1 1 3 4 2 1 -

1 -

1 2 5 9 11 12 12

2 2 2 2 2 2 2

01 05 07 08 09 09

25 24 20 18 17 16 16

4.2 Pembahasan Petalaksanaan perawatan pulpa yang terinfeksi pada gigi sulung tidak hanya melibatkan sistem pembersihan saluran akar tetapi juga obturasi dengan menggunakan bahan yang biocompatible dan akan diresorpsi sejalan dengan resorbsi fisiologis akar gigi sulung tanpa membahayakan gigi permanen pengganti dan erupsinya. Sampai sekarang, sejumlah peneliti telah menguji bahan-bahan

yang berbeda tapi tidak satupun dari bahan-bahan tersebut dapat memenuhi syarat sebagai bahan pengisi saluran akar yang ideal untuk gigi sulung, khususnya yang dapat teresorpsi bersamaan dengan resorpsi fisiologis akar gigi sulung. Pasta ZnOE adalah bahan yang paling sering dipakai sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung. Penelitian klinis pada hewan dan manusia menunjukkan keberhasilan penggunaan pasta ZnOE sebagai bahan pengisi saluran akar berkisar antara 65-95%. Untuk meningkatkan angka keberhasilan tersebut, ZnOE dikombinasikan dengan bahan yang berbeda seperti formokresol, formaldehyde, paraformaldehide, dan cresol yang sudah diuji coba, tetapi penambahan bahan-bahan ini belum bisa meningkatkan kualitas bahan tersebut maupun membuat bahan-bahan tersebut lebih dapat teresorpsi dibandingkan ZnOE tunggal. Selebihnya, penggunaan phenolic tidak disarankan karena kealamiannya yang meragukan. Phenolic telah terbukti sitotoksik, mutagenic dan berpotensi karsinogenik. Calcium Hydroxide adalah obat yang digunakan secara luas dalam kedokteran gigi, pada gigi permanen digunakan untuk pup capping dan apeksifikasi tetapi penggunaannya untuk pulpotomi pada gigi sulung dibatasi dikarenakan adanya resiko resorpsi internal. Penggunaan calcium hydroxide sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung hanya dilaporkan oleh sedikit peneliti. Suatu penelitian yang diprakarsai oleh Mani dkk, menyatakan bahwa resorpsi calcium hydroxide lebih cepat daripada resorpsi fisiologis akar dan bahan tersebut tampak sudah kosong dari saluran sebelum resorpsi fisiologis akar gigi sulung. Pasta iodoform dan kombinasinya dengan komposisi tertentu telah digunakan oleh sejumlah peneliti dengan nilai keberhasilan rata-rata 70-90%. Hasil klinis yang baik pada penggunakan pasta Walkhoffs telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Hasil klinis dangambaran radiografi yang baik dilaporkan pada penggunaan Vitapex, sebuah pasta komersial yang mengandung calcium hydroksida dan iodoform yang tersedia dalam syringe dengan cara pakai yang mudah. Bahan-bahan yang telah disebutkan diatas mempunyai kekurangan berupa waktu resorpsi yang lebih cepat daripada resorpsi fisiologis akar-akar gigi sulung. Fusk,dkk dalam penelitian retrospektif menggunakan endoflas sebagai bahan pengisi, yang merupakan campuran dari calcium hydrokside, zinc oxide, iodoform dan eugenol. Bahan-bahan ini tidak dapat diresorbsi secara intraradicular. Para peneliti yangmelakukan observasi, mendapatkan nilai keberhasilan yang lebih rendah dengan rata-rata 58% ketika terdapat overfilling tetapi didapatkan rata-rata 83 % kasus berhasil dengankasus yang sama dan disertai underfilling saluran akar. Tekanan yang berlebihan pada bahan pengisi saluran akar gigi sulung tidak dapat dihindarkan pada beberapa kasus karena dinding dentin saluran akar yang menuju daerah intraradikular sangat tipis. Bagaimanapun juga, penggunaan bahan yang mengandung iodoform dalam kedokteran gigi, masih dipertanyakan manfaatnya karena laporan adanya alergi iodine, perubahan warna pada gigi dan bahkan encefalopathy sampai koma. Sampai saat ini masih ada keraguan mengenai keamanan iodoform sebagai bahan pengisi saluran akar dan tampaknya iodoform masih belum dipercaya untuk digunakan pada gigi sulung. Untuk menanggulangi kekurangan dari calcium hydroxide (rata-rata resorpsinya lebih cepat dalam saluran akar) dan ZnOE (rata-rata resorpsi yang lebih lambat), Chawla,dkk menggunakan campuran calcium hydroksida dan zinc oxide sebagai bahan pengisi saluran akar, tetapi bahan pengisi ini juga diresorbsi lebih awal dibandingkan resorpsi fisiologis akar. Pada penelitian ini, digunakan campuran calcium hydrokside, bubuk zinc oxide dan sodium fluoride 10 %, menggabungkan kelebihan calcium hydroksida dan zinc oxide. Calcium hidrokside ditambahkan sebagai bahan pengisi saluran akar yangradiopak tanpa perlu penambahan bahan radiopak yang lain. Penambahan fluoride telah diamati, kecepatan resorpsi bahan ini sejalan dengan kecepatan resorpsi gigi sulung yang telah dipulpektomi.

Bahan pengisi saluran akar yang biasanya digunakan pada gigi sulung adalah dalam bentuk pasta seperti Zinc Oxide Eugenol, Calcium Hydrokside dan Pasta Iodoform. Menurut Walton & Torabinejad pada tahun 1995 material padat lebih unggul daripada semipadat (pasta). Kon guta perca dan perak adalah material padat yang sampai saat ini bisa diterima sebgai bahan pengisi saluran akar. Gutaperca adalah bahan pengisi saluran akar yang paling umum digunakan dan bahan ini telah lulus dari pengujian dan penelitian yang lama. Keunggulan dari bahan padat tersebut adalah panjang pengisian dapat dikontrol dan menghasilkan kerapatan yang baik. Namun gutaperca tidak bisa diterima sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung karena gutaperca adalah material padat yang sulit teresorbsi. Syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi sulung adalah bahwa bahan pengisi saluran akar harus bisa teresorbsi bersamaan dengan resorbsi fisiologis akar gigi sulung. Sampai sekarang ini belum ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang ideal. Tetapi paling tidak memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran akar, harus dapat menutup saluran lateral atau apikal, tidak boleh menyusut sesudah dimasukkan kedalam saluran akar gigi. Tidak dapat ditembus oleh air atau kelembaban, bakteriostatik, radiopague, tidak mewarnai struktur gigi, tidak mengiritasi jaringan apikal, steril atau dapat dengan mudah disterilkan, tidak larut dalam cairan jaringan, bukan penghantar panas, pada waktu dimasukkan harus dalam keadaan pekat atau semi solid dan sesudahnya menjadi keras (Tarigan, 1994; Walton & Torabinejad, 1996). Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknyacairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar (Grosman, et al. 1995). Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak teratur. Kalsium hidroksida [Ca(OH)2] merupakan bahan yang sering digunakan dalam perawatan resorbsi dan perforasi akar (Cohen & Burns, 1988). Kelebihan pasta kalsium hidroksida yang berhubungan dengan kerapatan penutupan apeks adalah mudahnya cara penggunaan dan baik adaptasinya. Menurut Goldberg, penggunaan pasta dengan bahan dasar kalsium hidroksida dapat beradaptasi dengan baik pada dentin maupun permukaan guttap point. Kemudian Sleder10 menyatakan bahwa kalsium hidroksida dapat merangsang penutupan biologis pada daerah apikal sehingga menghasilkan penutupan apeks yang lebih rapat dan meningkatkan keberhasilan perawatan. Kelebihan lain dari kalsium hidroksida adalah dapat merangsang pembentukan jaringan keras. Menurut penelitian Holland et al, penggunaan bahan kalsium hidroksida dalam proses pengisian saluran akar dapat mengurangi kebocoran foramen apikal. Karena pHnya yang tinggi dapat meningkatkan aktifitas alkali fosfatase yang meningkatkan mineralisasi selain itu juga karena dapat membuhuh mikroba yang merusak jaringan apikal sehingga mempermudah pembentukan cementum reparatif. Lingkungan alkali akan menghambat aktivitas osteoklas sehingga proses reabsorbsi akan dihambat dan proses perbaikan jaringan akan terus berjalan. Walaupun semen saluran akar ini memperlihatkan penutupan yang adekuat untuk jangka pendek, timbul pertanyaan tentang stabilitas jangka panjang dan toksisitas jaringannya. Sampai diperoleh data klinis dan eksperimental yang lebih baik, semen saluran akar ini tidak dianjurkan (Walton & Torabinejad, 1996). Calcium Hydrokside murni lebih dianjurkan bagi pengisian saluran akar sampai 2 mm dari ujung kar radiografik, karena telah dibuktikan keberhasilannya oleh Frank et al pada tahun 1966. Perparat Calcium hydrokside yang diperoleh dipasaran misalnya Dycal tidak dianjurkan sebagai bahan pengisi saluran

akar karena mengerasnya lebih cepat. (Kennedy, 1992). Calcium Hydrokside pasta disarankan digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar sementara, perbaikan jaringan tulang, sebagai pengontrol eksudat, sebagai barrier apical dan untuk mencegah resorpsi akar eksternal. Bahan pengisi lain yang paling umum digunakan adalah zinc oxide eugenol, keunggulan dari penggunaan semen saluran akar berbasis OSE ini adalah sejarah keberhasilannya yang jelas dan kebaikannya lebih banyak daripada kekurangannya (pewarnaan, tidak lekat dan kelarutan). (Walton & Torabinejad, 1996). Eugenol adalah essens (essence) kimiawi cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol. Agak lebih mengiritasi daripada minyak cengkeh dan keduanya adalah suatu antiseptic dan anodine (anodyne). Trowbridgw menunjukkan bahwa eugenol menghalangi impuls saraf interdental. Telah dilaporkan beberapa kasus terhadap eugenol (Grossman, et al 1995). Bahan pengisi saluran akar Plastik tersedia dalam bubuk cairan (AH26) yang memiliki sifat antimikroba, adhesi, waktu kerja yang lama, mudah mengaduknya, dan kerapatan yang sangat baik. Namun juga memiliki beberapa kekurangan antara lain mewarnai gigi, relative tidak larut dalam pelarut, agak sedikit toksik jika belum mengeras dan agak larut pada cairan mulut. Grossman telah membuat criteria ideal untuk semen saluran akar. Tidak ada satu semen saluran akar pun saat ini yang dapat memenuhi seluruh criteria tersebut, walaupun ada beberapa yang mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu menurut penulis bahan saluran akar yang lebih dianjurkan dipakai adalah bahan yang berbasis Zinc Oxide eugenol (OSE) karena menurut Walton & Torabinejad keberhasilannya telah terbukti selama bertahun-tahun dalam sejarah dan kebaikannya lebih banyak daripada kekurangannya (pewarnaa, tidak melekat dan kelarutan dan zinc oxide eugenol juga diklaim memiliki aktivitas terapi biologis. Penelitian ini bertujuan untuk menggabungkan beberapa bahan untuk mendapatkan campuran bahan pengisi saluran akar yang mendekati ideal. Campuran dari pasta calcium hydrokside, bubuk zinc oxide dan larutan sodium fluoride digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar. Sebanyak 25 gigi molar sulung rahang bawah pada anak-anak usia 4-9 tahun dipreparasi secara manual, dan setiap subyek penelitian dievaluasi secara klinis setiap 3 bulan dan radiografis setiap 6 bulan untuk melihat resorbsi bahan pengisi saluran akar dibandingkan dengan resorbsi fisiologis akar gigi sulung. Setelah perawatan selama 6 bulan, 2 dari 25 gigi gagal, satu gigi terksfoliasi dan sisanya sebanyak 22 gigi tanpa ada keluhan dan gejala klinis. Setelah 2 tahun pengamatan, 14 gigi dapat dievaluasi dan 12 gigi dapat terlepas secara fisiologis. Resorbsi dari bahan saluran akar ini bisa bersamaan dengan resorbsi fisiologis akar gigi sulung. Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radiografis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton & Torabinejad,1996; Mardewi, 2003). Pada penelitian ini lebih menekankan tanda keberhasilan secara radiografis dan mengabaikan tanda mikroskopis. Secara klinis hanya memperhatikan adanya keluhan nyeri dari pasien dan mobilitas gigi. Sedangkan menurut (Walton & Torabinejad pada tahun 1996 dan Mardewi pada tahun 2003, selain rasa nyeri dan adanya mobilitas juga harus dilihat apakah ada pembengkakan dan fistula pada mukosa disekitar gigi dan juga dilakukan tes perkusi dan tekanan serta palpasi disekitar mukosa. Menurut penulis bahan pengisi saluran akar yang terdiri dari campuran zinc oxide, calcium hydrokside dan sodium fluoride bisa dipakai sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung akan tetapi perlu penelitian lebih lanjut dan bila perlu diteliti juga secara mikroskopis .

BAB 5. KESIMPULAN Bahan pengisi saluran akar yang paling sering digunakan pada gigi sulung adalah zinc oxide eugenol (ZnOEu), Calcium Hydrokside (Ca(OH)2). Campuran dari bubuk zinc oxide, pasta calcium hydrokside dan larutan calcium fluoride dapat digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung. Syarat keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi sulung adalah bahwa bahan pengisi saluran akar harus teresorbsi bersamaan dengan resorbsi fisiologis akar gigi sulung. Secara Radiografis campuran bahan tersebut dapat teresorbsi bersamaan dengan resorbsi fisiologis akar gigi sulung dan untuk bisa dipakai sebagai bahan pengisi saluran akar untuk gigi sulung menurut penulis masih perlu penelitian lebih lanjut baik secara klinis dan mikroskopis.

Anda mungkin juga menyukai