Anda di halaman 1dari 2

Artikel #1

Hari Lahan Basah Sedunia


Kali ini kita memasuki topik diskusi Wetlands Issue atau yang lebih dikenal dengan masalah ketersediaan area lahan basah yang semakin kecil. Meskipun begitu, ternyata sampai sekarang masih banyak yang belum kenal dengan masalah lingkungan yang satu ini ya?? Sama kok, ketika kami lihat kalender lingkungan tertera ada keterangan Hari Lahan Basah Sedunia, kami jadi bertanya-tanya apa sih definisi lahan basah ini dan kenapa ada hari peringatannya dan pada akhirnya kami googling satu persatu tentang informasi masalah lahan basah ini. Okay, sekarang kita mulai dulu dari definisi lahan basah menurut Konvensi Lahan Basah atau dikenal sebagai Konvensi Ramsar yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971 di Kota Ramsar yang terletak di pantai laut Kaspia, Iran. Lahan basah adalah daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan. Lahan basah bisa terjadi secara alami atau buatan. Mengenai sifat airnya dapat tetap atau sementara. Begitu pula dengan daerah air tawar, payau atau asin dan wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari 6 meter pada saat air surut termasuk lahan basah juga. Lahan basah mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini telah diakui dalam Konvensi Ramsar bahwa manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan dengan lingkungan. Lahan basah menjadi sumber utama perekonomian, kebudayaan, ilmu pengetahuan maupun nilai rekreasi, dengan hilangnya lahan basah akan sulit untuk diganti. Secara ekologis lahan basah berfungsi sebagai pengatur tata air dan sebagai habitat yang mendukung sifat-sifat flora dan fauna yang khas, terutama burung air. Yang menjadi ancaman, wetlands atau lahan basah ini sering diplesetkan dengan wastelands, kawasan yang tidak bernilai dan menjadi tempat pembuangan sampah yang paling murah, menjadi sumber panyakit, dan persepsi-persepsi negatif lain berkembang di sebagian besar masyarakat dunia. Pandangan negatif dan didukung pernyataan Emil Salim dalam tulisan kang Ayos bahwa pola pikir manusia yang ekonomis membuat alam semakin kritis membuat keberadaan lahan basah semakin tidak berharga. Oleh karena itu lahan basah banyak dikonversi untuk meningkatkan nilai ekonomis. Yang terjadi seperti halnya di Jakarta dan Surabaya, dimana rawa-rawa banyak direklamasi menjadi perumahan dan pertokoan elit, nilai ekonomisnya pun akan berlipat berpuluh atau beratus kali lipat. Malah menurut Ahmad Suwandi dari Jakarta Green Monster (JGM), luas lahan basah untuk di Jakarta di kawasan Angke dulunya adalah sekitar 1300 hektar rawa sekarang hanya 25 hektar. Dan dengan berkurangnya luas lahan basah ini akibat berubahnya fungsi (misalnya menjadi tambak) akhirnya kelebihan air ini malah berpindah ke jalan-jalan yang akhirnya mengakibatkan banjir. Berkurang dan hilangya berbagai populasi flora-fauna yang tergantung pada keberadaan lahan basah berdampak langsung dengan lahan basah sebagai sumber perekonomian. Kualitas lingkungan yang semakin memburuk menurunkan produktivitas ikan dan sumber daya lain. Petani tambak dan nelayan tradisional semakin terpuruk. Bahkan Menurut DR. AHMED DJOGHLAF dari Convention of

Biological Diversity, kesalahan pengelolaan lahan basah berdampak pada hilangnya spesies dan berkaitan dengan pemanasan global. Wah, kalau begitu kira-kira apa yang bisa kita lakukan?? Lagi-lagi menurut Ahmad Suwandi, sebenarnya warga Jakarta (atau kota-kota lainnya di dunia) dapat melakukan penyelamatan lingkungan di halaman rumah sendiri. Caranya, memberi ruang sedikit untuk resapan air, atau membuat lubang biopori sehingga air makin cepat meresap ke dalam tanah. Terakhir adalah jangan membeton semua areal rumah kita, yang menyulitkan air meresap. Nah, kalau sudah banjir dimana-mana, jadi tau kan bahwa penyebabnya gak melulu sampah Janganjangan rumah yang kita tinggali merupakan rumah yang dibangun di atas lahan basah, kalau begitu harus semakin gencar lagi nih bikin bioporinya : ) Selamat Hari Lahan Basah Sedunia!! SOURCE : http://greeneration.tumblr.com/post/366704626/hari-lahan-basah-sedunia

Artikel #2 Artikel #3 Artikel #4 Artikel #5 Artikel #6

Anda mungkin juga menyukai