Anda di halaman 1dari 1

Jaringan Informasi Kebijakan Publik

Perlu Lembaga Otonom


Contributed by Redaksi Friday, 23 September 2005

Indonesia perlu memiliki undang-undang persampahan. Kehadiran beleid itu akan meningkatkan kesadaran publik untuk menata kelola persampahan dengan baik. Benarkah begitu? Untuk mengetahui persoalan ini, berikut wawancara Suara Publik dengan Direktur Pusat Industri Daur Ulang Sampah Bagong Sunyoto. Petikannya. Bagaimana idealnya sampah dikelola dari hulu ke hilir? Pertama-tama harus ada produk hukum, peraturan dan kebijakan nasional yang jelas dalam pengelolaan sampah. Kedua, masalah kelembagaan. Mestinya ada lembaga yang otonom yang bertanggung jawab kepada presiden. Jadi, setingkat menterilah. selain itu, Soal pendanaan. Mestinya, pemerintah pusat menganggarkan dana untuk sampah dalam APBN. Pemda juga memasukkannya dalam APBD. Nah, itu dibedakan nanti dengan dana-dana yang sifatnya dari pihak swasta dan investor asing. Produk hukum yang diharapkan di Indonesia setingkat apa? Setingkat UU, legal drafting-nya sudah ada dan sudah masuk Prolegnas. Legal drafting yang menyusun Kementerian Lingkungan Hidup, tapi sebetulnya ada juga masukan-masukan dari berbagai departemen, pengusaha dan NGO. Kita targetkan awal Februari UU sudah disahkan oleh DPR. Penanganan masalah persampahan di Indonesia paling lemah di wilayah mana? Hampir semua sektor. Misalnya, kalau menggunakan sistem sanitary landfill mestinya di rumah tangga itu sudah dipilahpilah dulu, sampah organik yang mudah terurai. Seperti sayur-sayuran bekas makanan itu harus dipilah, dengan sampah yang anorganik seperti plastik yang tidak mudah terurai secara alami. Itu harus dipilah lagi dengan sampah-sampah rumah tangga yang mengandung limbah B3 seperti batu baterai. Ini kan belum dilaksanakan. Apa yang salah dengan pengelolaan sampah di hilir? Sampah hanya ditumpuk saja, sehingga menjadi masalah yang sangat kompleks. Yang bagus itu kan seharusnya landfill itu hanya salah satu teknologi. Karena itu, sebelum ke TPA, harus sudah dipotong. Misalnya, yang organik bisa diurai langsung ke pabrik kompos. Yang bisa langsung dimanfaatkan lagi, langsung dimanfaatkan misalnya botol-botol. Yang bisa masuk daur ulang plastik langsung ke daur ulang plastik. Yang masuk ke TPA itu sampah yang betul2 sudah tidak mempunyai nilai ekonomis.***

http://www.suarapublik.org

Powered by Joomla!

Generated: 15 August, 2008, 14:09

Anda mungkin juga menyukai